Revenge?? [open]

Hakuei berjalan-jalan di tengah kota. Sudah beberapa hari ia tinggal di tempat yang bernama End Earth ini. Ia sudah mulai bisa menghapal letak tempat-tempat yang ada di Eternia ini. Hari ini, entah kenapa ia sangat tertarik dengan bangunan tua dengan lambang salib yang ada di hadapannya ini. Belum pernah ia melihat gedung dengan dekorasi seperti ini sebelumnya.

Krit..

Bunyi pintu itu saat dibuka perlahan. Dalam bangunan ini pun ternyata juga sangat indah. Bangku-bangku panjang yang berjejer dengan kaca-kaca penuh ukiran indah menghiasai tempat itu. Cahaya lampu yang remang-remang menambah suasana misterius tempat tersebut.

Tempat apa ini?

Hakuei memang belum pernah melihat gedung seperti ini sebelumnya. Di zaman Heian dimana ia lahir, belum ada pengaruh agama yang masuk ke Jepang. Satu-satunya tempat ibadah yang ia kenali adalah kuil. Hakuei pun duduk di bangku pinggir jendela berukiran gambar seorang wanita cantik yang sambil menggedong anak itu. Hakuei memandangi gambar itu lekat-lekat. Benar-benar membawa rindu. Hakuei memang tidak pernah lagi merasakan kasih sayang semenjak saat itu.

Hakuei terdiam di tempat itu sambil menyenderkan kepalanya ke jendela. Tangannya menyentuh ukiran itu dengan lembut.

Aneh... Gereja end earth ini memang benar-benar misterius. Seorang Kira yang sebenarnya tidak percaya dengan keberadaan Tuhan ini berkali-kali merasakan adanya aura yang menariknya ke dalam sana, seperti sekarang ini. Ia memasuki gereja tua nan megah itu, tidak tahu akan berbuat apa. Ia berjala masuk perlahan-lahan, berharap tidak ada orang lain selain dirinya di tempat itu.

Kenyataan berkata lain. Seorang gadis, sepertinya sepantaran dengannya sedang berdiri di depan ukiran sang wanita yang sedang menggendong anak.Siapa dia? Wajahnya terasa asing baginya, Ia belum pernah sekali pun melihatnya di end earth ini. Ia duduk di bangku tengah gereja tua itu sambil memperhatikan gadis itu. Apa gerangan yang sedang Ia lakukan di sini?

Kira melipat tangannya sambil memejamkan matanya. Entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak saat masuk ke sini. Berat... Mungkin itulah kata yang dapat menggambarkan perasaannya saat itu.

Insting Hakuei memang sudah dilatih untuk menjadi seorang pembunuh profesional. Hakuei bisa merasakan ada orang yang ada di bangunan ini selain dirinya. Apa semua orang yang ada di End Earth memang setipe sepertinya ya? Begitu suka menghilangkan auranya sendiri.

Hakuei berdiri dan menoleh ke belakang. Terlihat sosok seorang anak laki-laki yang belum pernah ia temui. Sebagai orang baru di End Earth, pasti memang ada banyak orang-orang yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Ingin menambah teman, Hakuei pun menghampiri lelaki tersebut.

"Hai," sapa Hakuei ramah. Lelaki yang ada di hadapannya ini bisa dibilang dingin dan tidak punya ekspresi. Rambutnya biru dan memiliki tanda di wajahnya yang membuat Hakuei semakin tertarik padanya. "Namaku Hakuei. Siapa namamu? Sedang apa kau di sini?" tanya Hakuei penasaran. Hakuei memang tidak pernah bisa diam kalau bertemu dengan orang baru.

Agaknya gadis ini sudah terlatih. Ia mampu merasakan aura keberadaan Kira yang sengaja dihilangkannya. Wajah gadis itu khas sekali orang asia, jepang tepatnya. Kira dapat mengetahuinya karena memang Ia sendiri berdarah campuran Jepang-Eropa. Anak itu kelihatan ramah, namun seperti biasa, Kira memang tidak suka berurusan dengan orang baru.

Namaku Hakuei. Siapa namamu? Sedang apa kau di sini?

Wow... Tidak disangka, gadis ini bukanlah tipe orang yang tidak disukai Kira. Jarang-jarang orang memperkenalkan dirinya terlebih dahulu baru menanyakan siapa seseorang.
"Kira... Panggil saja Kira. Aku sendiri tidak yakin mengapa aku bisa ada di sini." katanya datar, cuek.

Akh...Memang dasar pemuda ini sangat tidak pandai berurusan dengan orang baru. Gadis ini telah ramah padanya. Namun Ia tidak begitu peduli dengan perasaan orang lain.
"Kau... Teringat sesuatu dari lukisan itu?"
tanya Kira pada gadis yang mengaku bernama Hakuei itu.

Auranya... Walaupun tidak seperti seorang pembunuh, namun Kira agak yakin bahwa gadis ini telah ternoda dengan darah.

Hakuei tersenyum manis. Lelaki yang ada di hadapannya ini ternyata tidak sedingin kelihatannya. "Ja, Kira-san, kau sama denganku," ujar Hakuei santai.

Hakuei tertawa kecil, sepertinya lelaki ini memiliki aura yang sama dengan Catriel. Tipe yang sulit untuk berhubungan dengan orang lain. Entah kenapa, Hakuei merasa sifat Catriel dan Kira mirip dengan seseorang yang mengingatkannya dengan masa lalu. Orang yang sangat dibencinya. Tapi, Hakuei harus bisa mengingat bahwa orang-orang ini berbeda dengan 'makhluk' itu.

"Kau tidak perlu tegang seperti itu, Kira-san," ujar Hakuei dengan suara riang. Hakuei kembali berjalan mendekati ukiran itu. Menyadari ketertarikannya, Kira bertanya pada Hakuei,

Kau... Teringat sesuatu dari lukisan itu?

Hakuei tertawa lepas. "Apa aku begitu mudah ditebak ya? Ukiran ini memang membangkitkan memoriku," lanjut Hakuei getir. Ia berusaha menyembunyikan suaranya yang pedih.

Ukiran itu memang membuatnya teringat pada kenangan-kenangannya. Kenangan-kenangan indah yang dinodai oleh kejadian berlumuran darah. Kejadian yang mengubah seluruh hidupnya. Kejadian yang menyeretnya menjadi seorang pembunuh.

Hakuei menahan emosinya. Ia memang paling tidak suka kalau memorinya ini kembali muncul. Wajahnya berubah menjadi tanpa ekspresi dan sangat dingin. Aura membunuhnya ia tekan seminim mungkin. Ia tidak mau sosok pembunuhnya muncul di depan orang yang baru ia temui.

Kira sedikit heran melihat gadis ini. Walaupun Ia yakin bahwa Hakuei jelas-jelas berbau darah, namun bagaimana bisa Ia tetap begitu riang seperti ini? Mungkin itulah hal yang tidak dimilikinya. Kira hanya bisa terdiam, malas bicara.

Apa aku begitu mudah ditebak ya? Ukiran ini memang membangkitkan memoriku,

Memori...Satu-satunya memori yang selalu teringat di dalam pikiran Kira hanyalah kejadian yang mengubahnya menjadi seorang monster berdarah dingin, pembunuh, vampire... Semakin diperhatikan, Hakuei juga terlihat menyimpan sebuah dendam. Matanya yang walaupun baik menunjukkan segelintir dendam yang terpancar, sama seperti Kira.

Lalu Ia merasakan aura membunuh, aura kebencian yang terpancar dari Hakuei, walaupun Ia tahu gadis itu berusaha untuk menutupinya, namun sense Kira yang tajam mengetahuinya. Bahkan ekspresi wajah gadis itu mendadak berubah menjadi dingin dan penuh kebencian. Kira hanya bisa menghela napas, ekspresinya tetap dingin dan datar.

"Kau...Aku dapat merasakan aura kebencian dari dirimu." kata Kira dingin, sepertinya tidak mempedulikan perasaan Hakuei. Memang ia terbiasa melontarkan segala isi hatinya begitu saja, hampir selalu tanpa menghiraukan perasaan orang lain.

Berjalan - jalan kembali ke luar kerajaan. Ryazely yang suasana hatinya masih belum terlalu baik sejak kejadian di bar itu bersama dengan Rin. Ryazely akhirnya membawa dirinya ke gereja yang berada di End Earth untuk sekedar berjalan - jalan. Sesampainya di gereja itu, ia memasuki gereja itu perlahan - lahan supaya tidak mengganggu orang - orang yang sedang berada di sana.

Ketika memasuki gereja itu, dilihatnya dua orang yang berada di sana. Seorang pemuada yang tentu saja Ryazely kenal yaitu Kira dan yang satu lagi seorang perempuan yang sama sekali belum ia kenal. Mungkin orang baru di End Earth.

Ryazely menghampiri kedua orang itu untuk menyapanya. Sudah tugas seorang anggota kerajaan untuk menyapa orang yang baru berada di ENd Earth ini. Ryazely berjalan dengan senang karena ada orang baru yang berada di End Earth ini.

"Hai Kira, sedang apa kau di sini? Jarang - jarang aku melihatmu berada di sini." tanya Ryazely.

Ryazely kemudian melihat ke arah gadis yang baru pertama kali ia lihat dan seperti biasanya ia tersenyum untuk perempuan itu.
"Hai, selamat siang. Namaku Ryazely. Siapa namamu?" tanya Ryazely ramah.

Benar dugaan Hakuei. Kebenciannya dan aura membunuhnya memang tidak bisa disembunyikan di hadapan Kira. \

Kau...Aku dapat merasakan aura kebencian dari dirimu.

Hakuei tertawa.

Apa sebegitu jatuhnya aku di jurang kebencian ini?? Sampai orang-orang bisa merasakan aura kebencianku..

"Ya. Aku memang hidup untuk membunuh seseorang. Makhluk yang seharusnya kubunuh dari awal. Makhluk yang menjadi kunci utama kesalahanku dalam hidup," jawab Hakuei. Hakuei tahu bahwa Kira sebenarnya tidak bermaksud jahat, ia hanya ingin mengungkapkan pikirannya.

Tiba-tiba dari belakang terdengar ada suara seseorang yang menghampiri mereka. Lelaki berwajah ramah dengan rambut biru itu langsung menyapa Kira.

Apa dia kenalan Kira-san?

"Konnichiwa. Namaku Hakuei. Salam kenal," ujar Hakuei. Ia berusaha tidak ingin menunjukkan wajahnya yang penuh kebencian di depan orang ini. Hakuei tersenyum.

Ya. Aku memang hidup untuk membunuh seseorang. Makhluk yang seharusnya kubunuh dari awal. Makhluk yang menjadi kunci utama kesalahanku dalam hidup,

Kira tersenyum licik. Sejak awal Ia sudah menduga kalau gadis ini memang mendendam, terlihat sekali dari sorot matanya yang kelam, walaupun berusaha ditutupinya dengan bersekspresi riang.
"Dendam...Heh...Tidak kusangka aku menemukan orang seperti diriku." katanya dingin.
"hidup hanya karena dendam...Sepertinya kita mempunyai banyak kesamaan."

Hai Kira, sedang apa kau di sini? Jarang - jarang aku melihatmu berada di sini

Di tengah pembicaraan mereka saat itu, seseorang terdengar memasuki gereja tua ini. Orang itu Ryazely. Sudah lumayan lama Kira tidak melihat Ryazely. Sekedar beramah-tamah (walaupun tidak terdengar ramah) Kira menoleh kearahnya dan menyapanya.
"Betsu ni..." (tidak tahu)

Mungkin adalah suatu keberuntungan Ryazely datang kemari. Pembicaraan Kira dan Hakuei sudah mulai memanas.

"Konnichiwa. Namaku Hakuei. Salam kenal,"

Hakuei? seperti nama Jepang. Pakaian yang dipakai Hakuei pun mirip sekali dengan orang Jepang pada zaman dahulu. Ryazely tidak begitu mengetahui tentang Jepang tetapi ia tahu negara itu.

"Salam kenal Hakuei. Kau baru di sini? Apakah ada yang bisa kubantu?"

"Betsu ni..."

Ryazely mendengan Kira berkata sesuatu yang tidak ia mengerti. Bahasa apa itu? Terlihat seperti bahasa Jepang tetapi ia tidak mengetahui benar tidaknya bahwa itu bahasa Jepang atau bukan.

"Apa arti dari bahasamu,Kira? Aku tidak mengerti." kata Ryazely

Ryazely sedikit berjalan - jalan dengan pelan melihat - lihat gambar - gambar yang ada di gereja itu. Betapa indahnya gambar - gambar yang ada di sana.

Dendam...Heh...Tidak kusangka aku menemukan orang seperti diriku. hidup hanya karena dendam...Sepertinya kita mempunyai banyak kesamaan.

Di manapun, pasti akan ada orang sepertiku.. Hidup karena dendam..

Hakuei terdiam. Karena Kira yang lagi-lagi mengungkapkan soal dendam, api kebencian yang ada dalam diri Hakuei menyala lagi. Api kebencian itu tampak seperti akan membakar pemiliknya sendiri.

"Mungkin. Aku hidup hanya dengan tujuan untuk membunuh makhluk itu. Iblis yang tidak pantas hidup," ujar Hakuei dengan suara kelam dan penuh kebencian.

Hakuei melirik sekilas ke arah pria berwajah ramah dengan rambut biru yang ada di sebelahnya ini. Lucu sekali, sekarang dirinya diapit oleh 2 orang yang sangat kontras kepribadiannya. Kira yang setipe dengannya dalam hal tujuan hidup, dan satu orang lagi yang tampak begitu ramah dan tidak punya niat buruk sama sekali.

Menyadari sikapnya itu, Hakuei langsung berpaling ke arah mereka berdua. "Maaf.. Aku agak lepas kendali tadi karena teringat oleh seseorang," ucap Hakuei sambil menahan agar suaranya tidak bergetar saat berkata 'seseorang'.

Sebenarnya dia tidak pantas untuk disebut sebagai orang..

Mungkin. Aku hidup hanya dengan tujuan untuk membunuh makhluk itu. Iblis yang tidak pantas hidup,

Sama denganku... pikirnya. Gadis ini benar-benar persis sepertinya. Tujuan hidupnya hanya satu, membunuh seseorang yang sangat dibenci mereka. Ingatannya tentang orang itu pun perlahan-lahan merasuki pikirannya. Mata abu-abunya mendadak berubah merah.

Apa arti dari bahasamu,Kira? Aku tidak mengerti.

Kira baru teringat di belakangnya ada Ryazely. Matanya kembali abu-abu seperti biasa. Walaupun masih teringat tentang orang itu, Ia berusaha terlihat baik-baik saja di depan Ryazely.
"Jangan dipikirkan. Bukan apa-apa." katanya cuek.

Maaf.. Aku agak lepas kendali tadi karena teringat oleh seseorang

Sepertinya gadis ini memang belum sepenuhnya bisa mengendalikan diri bila teringat dengan orang yang ingin sekali dibunuhnya itu. Buktinya aura membunuhnya jelas sekali terbaca oleh Kira. Ia diam saja, menganggap hal tersebut sangatlah wajar.

"Maaf.. Aku agak lepas kendali tadi karena teringat oleh seseorang,"

Ryazely berpikir, ia selalu bertemu dengan orang yang mempunyai masa lalu yang kelam dan sepertinya perempuan di hadapannya ini juga mempunyai dendam pada seseorang sama seperti Kira yang ingin membalas dendamnya. Entah itu masih ada dalam dirinya atau sudah menghilang.

"tenang saja. Aku sudah pernah bertemu orang yang lebih parah darimu kalau hilang kendali. Orang tepat di sebelah kita." Kata Ryazely dengan mata sedikit usil lagi pada Kira.

"Jangan dipikirkan. Bukan apa-apa."

Lagi - lagi Kira selalu saja cuek tapi dia senang sekali bisa berteman dengan Kira. Kira sebenarnya orang yang baik dan suka menolong tetapi ia selalu terlihat cuek dan tidak pernah memperlihatkan perasaannya. Ryazely juga berharap dendam yang dimiliki Kira bisa menghilang.

"Bahasa apa itu Kira? Bahasa kaummu di Xion?" tanya Ryazely dan tidak bermaksud untuk mengingatkannya pada kejadiannya di Xion.

Spoiler:

Hakuei hanya mengulas senyum tipis di wajahnya. Tampaknya kedua orang yang ada di hadapannya ini bisa memaklumi keadaannya. Hakuei agak kaget saat melihat mata Kira mendadak berubah menjadi merah. Mungkin ia teringat akan dendamnya juga.

"Bagaimana dengan dirimu Kira-san? Kenapa kau memiliki dendam?" tanya Hakuei. Mungkin tidaklah sopan untuk menanyakan hal yang bisa dikatakan termasuk dalam privasi itu. Tapi Hakuei tidak peduli, ia hanya ingin membagi bebannya saat ini.

tenang saja. Aku sudah pernah bertemu orang yang lebih parah darimu kalau hilang kendali. Orang tepat di sebelah kita.

Hakuei tersenyum. Sepertinya kata-kata Ryazely memang benar. Buktinya sikap Kira sekarang saja sudah berubah. "Sepertinya memang begitu," ujar Hakuei.

Spoiler:

tenang saja. Aku sudah pernah bertemu orang yang lebih parah darimu kalau hilang kendali. Orang tepat di sebelah kita.

Kira nyaris tidak mempedulikan perkataan Ryazely yang seenaknya itu. Dasar. Bocah ini memang sejak pertama bertemu dengan Kira sudah seperti itu. Mungkin itu memang bawaannya sejak dulu. Kiraa hanya bisa tersenyum sesaat mendengar Ryazely.

Bagaimana dengan dirimu Kira-san? Kenapa kau memiliki dendam?

Senyum tipis Kira berubah menjadi senyum pahit. Ia malas memberitahu Hakuei tentang apa yang membuatnya mendendam. Apalagi Ia baru saja mengenal gadis itu. Ia mengurungkan niatnya untuk menjawab hakuei dan lebih memilih untuk diam. Setelah berbagao macam kejadian di end earth, satu-satunya hal yang tidak berubah darinya Ialah dendamnya pada orang itu.

Suasana di gereja tua itu terasa semakin mencekam. Kira sebenarnya malas berlama-lama di tempat itu. Mungkin hanya perasaannya semata atau memang gereja ini mempunyai aura yang mencekam. Ia bertanya-tanya apakah mereka berdua merasakan hal yang sama.

Ryazely yang melihat Kira tyersenyum kemudian ikut tersenyum juga. Ryazely sangat senang bertemahn dengan Kira. Biarpun Kira terkesan cuek dan tidak perduli dengan orang lain tetapi hatinya sangat baik. Ryazely tiba - tiba terpikir untuk menggoda Kira dan agar untuk memecah suasana yang cukup sengit karena Kira tiba - tiba menjadi tersenyum pahit.

Akhirnya Ryazely seprti biasanya menunjukkan kelemahan Kira di depan Hakuei secara terang - terangan. Ia menyentuk bagian pinggang Kira yang merupakn tempat sensitifnya. Ia menusukka jarinya.

"Hakuei, kalau ingin menggelitik dia begini caranya." kata Ryazely dengan mata yang usil ketika melihat Kira.

Ryazely yang melihat Kira tyersenyum kemudian ikut tersenyum juga. Ryazely sangat senang bertemahn dengan Kira. Biarpun Kira terkesan cuek dan tidak perduli dengan orang lain tetapi hatinya sangat baik. Ryazely tiba - tiba terpikir untuk menggoda Kira dan agar untuk memecah suasana yang cukup sengit karena Kira tiba - tiba menjadi tersenyum pahit.

Akhirnya Ryazely seprti biasanya menunjukkan kelemahan Kira di depan Hakuei secara terang - terangan. Ia menyentuk bagian pinggang Kira yang merupakn tempat sensitifnya. Ia menusukka jarinya.

"Hakuei, kalau ingin menggelitik dia begini caranya." kata Ryazely dengan mata yang usil ketika melihat Kira.

Hakuei, kalau ingin menggelitik dia begini caranya.

Ryazely dengan sukses mencairkan suasana tegang yang ada di dalam gereja tua itu. Suara tawa Hakuei menggema dalam ruangan luas tersebut.

"Haha.. Mungkin tidak akan pernah ada orang lain yang berani melakukan hal itu pada Kira-san," ujar Hakuei riang.

Suasana hati Hakuei memang menjadi lebih baik saat melihat upaya Ryazely untuk menggelitik Kira. Bagi Hakuei, pemandangan itu lucu. Bayangkan saja, sosok Kira yang dingin bisa dijahili oleh orang lembut seperti Ryazely.