I Believe... [open for kingdom members, Kira, and Lucius]

"Sebenarnya... aku..." Wind berhenti melanjutkan kata-katanya.

Resshin memandang Wind yang kelihatan panik dan sedih itu sekilas.

hm.. Wind.. kau teringat masa lalu juga kah? hm.. kalau aku.. tak ingat bagaimana aku bisa sampai di sini.. tapi.. masa lalu.. di mana kita mencapai di sini....

lamunan Resshin menghilang ketika Lucius bertanya padanya :

"Maaf, apa yang barusan kamu ucapkan? Aku tidak bisa mendengar jelas."

Resshin jadi tertegun dan mukannya agak pucat namun juga merona, ia paling sulit meminta maaf.

"ti..tidak.. tidak ada.." jawabnya singkat tapi terbata-bata.

"Wah! Keren sekali! Apa yang barusan kamu lakukan Resshin? Aku jadi mau bisa cepat-cepat menjadi mage lalu belajar dari kamu dan Ryazely supaya bisa cepat menjadi mage yang hebat!"

"ah.. ahaha.. masa? hehe " Resshin tersipu malu, ia tidak menyangka jurus paling sederhananya itu dipuji oleh Lucius.

hmm.. mage.. Lucius harus memenuhi quest untuk jadi mage.. dan quest itu... kenapa begitu sulit? kasihan dia..

"Mu..mungkin.. kau berminat jadi acolyte? ha..ha.." Resshin mencoba mengalihkan topik soal 'mage'. Siapa tahu berhasil, karena apa yang dilakukannya tadi seperti berhubungan dengan kesehatan.

Namun tanpa sadar, selama mengatakan itu kepalanya kembali tertunduk.

senangnya jika ada mage baru.. tapi.. apa yang harus kulakukan untuk membantunya? rasanya aku tak sanggup.. aku takut Liquizu akan membenciku..
Lucius,, tampaknya kau harus berjuang sendiri.. mungkin.. kalau aku menceritakan tentang Liquizu yang dulu akan membantunya.. tapi..
di hadapan orang sebanyak ini yang benar saja??

"Lu..lucius.. a.. ave Maria.. " sekilas Resshin dengan suara yang pelan dan terputus-putus menyerukan sesuatu yang tak jelas didengar lagi oleh orang lain.

duh.. maksudku 'kan ayo ke goa Maria @_@

bruk!

Resshin jatuh terduduk karena merasa kepalanya tiba-tiba menjadi pusing karena berpikir keras.

"Aku tidak apa-apa. Entah mengapa sejak masuk gereja ini lukaku seperti terbuka kembali...Ugh.."

Ryazely menggelengkan kepala melihat Kira menolak obat yang ia berikan. Jelas saja lukanya terbuka, dia banyak bergerak dan bertengkar mulut dengan Rin. Ryazely melihat luka yang terbesit pedang itu sepertinya keluar darah lagi.

"Lebih baik kau minum Kira, kalau tidak akan kupaksa masuk mulutmu. Bagaimana?" tanya Ryazely serius karena untuk kebaikan Kira sendiri.

"Sebenarnya... aku..."

Ryazely segera menyadari ada yang salh dengan mereka berdua. Entah apa yang terjadi tetapi Ryazely tidak bisa tidak bertanya karena ia ingin sekali tahu dan ingin menghibur mereka jika mereka ada masalah. Bagi Ryazely keluarga di kerajaan adalah hal yang paling penting bagi hidupnya. Bahkan mungkin melebihi nyawanya sendiri. Ryazely tersenyum lembut pada Wind.

"Ayo Wind, ceritakan. Kalian semua tidak bisa berbohong padaku. Aku tahu sifat kalian semua." kata Ryazely lembut.

"Wah! Keren sekali! Apa yang barusan kamu lakukan Resshin? Aku jadi mau bisa cepat-cepat menjadi mage lalu belajar dari kamu dan Ryazely supaya bisa cepat menjadi mage yang hebat!"

Ryazely tersenyum karena melihat Lucius memujinya dan Resshin. Memang Ryazely dan Resshin mungkin bisa dibilang partner dalam sihir. Resshin masternya air dan Ryazely masternya es.

"Terima kasih Lucius." kata Ryazely tersenyum.

"ti..tidak.. tidak ada.."

Ryazely benar - benar bingung apa yang terjadi pada mereka berdua. Resshin mungkin karena Liquizu tetapi apakah yang terjadi pada Liquizu sehingga ia menjadi sperti ini. Mengapa Resshin susah sekali untuk menceritakannya pada Ryazely. Ryazely memikirkan cara - cara agar Resshin mau menceritakannya. Setelah beberapa lama berpikir, dilihatnya Resshin terjatuh. Ryazely langsung maju ke arahnya Resshin dan berlutut dengan satu kaki.

"Resshin kau tidak apa - apa? Bukankah aku bilang kalau ada masalah cerita ke aku? apa kau tidak menganggapku keluarga?" tanya Ryazely.

Lebih baik kau minum Kira, kalau tidak akan kupaksa masuk mulutmu. Bagaimana?

Kira mendengus kesal mendengar perkataan Ryazely yang terdengar seolah seperti seorang tua yang sedang
berceramah. Ia menyambar pil itu dan meminumnya, sekedar untuk mendiamkan Ryazely.
"Puas?" katanya pendek.

Emm... tidak... tidak ada apa-apa...
ti..tidak.. tidak ada..

Kedua orang ini sepertinya sedang berada dalam masalah. Entah apa yang menyebabkannya namun Kira tidak
terlalu peduli berhubung hal itu sama sekali bukan urusannya. Tapi perlahan-lahan Kira merasa ada sesuatu yang
mengganjal. Resshin tidak biasanya datar dan diam seperti ini. Justru biasanya anak itu selalu ceria, hiperaktif, dan
terkesan ceroboh. Apa gerangan yang dapat membuatnya seperti ini?

Lalu matanya yang nanar tertuju ke arah Rin. Cih..Mengapa aku harus dalam kondisi seperti ini didepannya?
Kira benci dalam kondisi seperti ini. Ia terlihat menyedihkan. Bergerak saja sudah sulit, apalagi berdiri? Ugh...Ia
benar-benar benci terlihat seperti ini. Rin sepertinya tidak ingin dekat-dekat dengan orang lain, bahkan dengan
sesama anggota kerajaan. Mungkinkah Ia terlalu takut berinteraksi dengan orang lain? Ataukah ia memang terlalu
pengecut? Who knows. Kira bukanlah seorang cenayang yang dapat membaca pikiran seseorang.

"Mu..mungkin.. kau berminat jadi acolyte? ha..ha.."

"Mungkin itu pekerjaan yang baik. Tapi aku tidak terlalu suka pekerjaan seperti itu." ucapnya halus.

"Lu..lucius.. a.. ave Maria.. "

"Hmm? Ada apa dengan Ave Maria Resshin? Kamu mau mengajak aku berdoa secara khusus di gua Maria untuk menyanyikan Ave Maria?" tanyanya bingung.

Kemudian Lucius menatap Kira yang sepertinya memicingkan mata kepada Rin, seakan-akan dia sebal dengannya.
Dasar! Sudah sakit kok menyempatkan untuk memiccingkan mata begitu..
Lucius pun membletak kepala Kira, namun agak halus karena Kira masih tampak sakit.

"Sudah! Kalau sedang sakit jangan banyak gerak! Dan itu termasuk memicingkan matamu ke mana-mana!" katanya sedikit marah kepada Kira.

BRUK
Terdengar suara Resshin yang jatuh secara tiba-tiba.
"!! Resshin, kamu tidak apa-apa?" ucapnya sambil ikut membantu Ryazely supaya Resshin dapat berdiri kembali.

Suasana di gereja tampak tak banyak berubah sejak tadi. Kira masih tetap seperti biasa dan menatap Rin dengan sinis. Mungkin hal ini memang sudah menjadi kebiasaan Kira begitu bertemu dengan Rin. Padahal, Rin tahu Kira tidak berlaku seperti itu dengan orang lain. Rin tidak mau banyak protes karena ia tahu dirinya memang selalu diperlakukan seperti itu oleh orang awam.

Agak lucu juga saat melihat Kira yang begitu galak dijitak oleh Lucius tanpa berkutik. Mungkin Kira lemah pada tipe-tipe orang seperti Lucius. Rin hanya bisa berkata pelan, "Kira, apa kau sebegitu bencinya padaku? Aku kasihan melihat sosokmu seperti tu."

Tiba-tiba, Rin mendengar dentuman yang cukup keras. Tampaknya ada orang yang jatuh. "Resshin-sama anda tidak apa-apa?" tanya Rin agak sedikit cemas.

"Hmm? Ada apa dengan Ave Maria Resshin? Kamu mau mengajak aku berdoa secara khusus di gua Maria untuk menyanyikan Ave Maria?" tanyanya bingung.

"eh..oh.. oh iya.. haha.. ayo.." kata Resshin seperti orang linglung.

bruuk!

"Resshin kau tidak apa - apa? Bukankah aku bilang kalau ada masalah cerita ke aku? apa kau tidak menganggapku keluarga?" tanya Ryazely.

"!! Resshin, kamu tidak apa-apa?" ucapnya sambil ikut membantu Ryazely supaya Resshin dapat berdiri kembali.

"Resshin-sama anda tidak apa-apa?" tanya Rin agak sedikit cemas.

suara Ryazely, Lucius dan bahkan Rin terdengar berbarengan setelah Resshin jatuh terduduk.

"e.. ahaha.. aku.. haha tak apa.. aku tak apa.. hanya.. mungkin aku lapar.. ha..ha.." kata Resshin mencoba mengelabui mereka walau tentu itu pasti tak sukses, Resshin terlalu gugup dan terbata-bata.

waa.. @_@
aduuh.. bagaimana ini~~?? ter..terlalu banyak orang.. kalau kebohonganku ketahuan aku terpakasa bercerita pada mereka semua.. aku belum begitu siap~~
aku.. harus.. mengalihkan pertanyaan mereka.. tapi..

tiba-tiba Resshin teringat kalimat yang dilontarkan Ryazely;

"Ayo Wind, ceritakan. Kalian semua tidak bisa berbohong padaku. Aku tahu sifat kalian semua." kata Ryazely lembut.

oh iya.. Wind.. ada apa dengannya? sepertinya ia teringat.....

Resshin pun bergegas berdiri dan mendekati Wind..

"ba..bagaimana dengan Wind? Ia tampak lesu hari ini.." Resshin mencoba mengalihkan perhatian yang tertuju padanya.

"kau kenapa, Wind? apakah..teringat lagi..?" bisik Resshin pelan kepada Wind.

"kau kenapa, Wind? apakah..teringat lagi..?" bisik Resshin pelan kepada Wind.

Wind mengangguk lemah, lalu menatap Resshin dengan tatapan khawatir.

"Sebenarnya mimpi buruk yang sama menggentayangiku selama seminggu ini. Kau pun pasti tahu Resshin. Kau, salah satu orang yang mengetahui segalanya Gelapnya masa laluku dan kakakku... Karena hari itu telah dekat... Sangat dekat. Dan aku... aku sangat khawatir... sangat ketakutan... aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan untuk melupakannya selama-lamanya..." Wind berkata dengan perlahan... sangat perlahan hingga mungkin hanya bisa didengar Resshin yang saat iitu berdiri dekatnya.

Spoiler:

Obat pemberian Ryazely sepertinya tidaklah banyak membantunya. Lukanya masih saja sakit walaupun rasa
sakitnya sedikit berkurang. Keringat dinginnya kembali mengucur, napasnya juga masih saja tersengal-sengal.
Tanpa diduga-duga, ternyata lukanya kembali terbuka dan mengeluarkan darah, namun Kira berusaha menyembunyikannya. Ia tidak ingin terjadi keributan lagi di tempat ini karenanya.

Kira, apa kau sebegitu bencinya padaku? Aku kasihan melihat sosokmu seperti tu.

Orang ini... Apa maksudnya Ia berkata seperti itu?? Menghinanya kah? Kira memaksakan sebuah senyum sinis di
wajahnya, memang Ia benar-benar tidak menyukai bocah half breed yang satu ini.
"Aku...tidak butuh rasa kasihanmu, demon..." jawab Kira dengan napas yang terengah-engah.

Tanpa sengaja, Kira mendengarkan pembicaraan Rasshin dan Wind yang sepertinya serius. Wind sedang
bicara tentang masa lalunya, namun Ia tidak berniat mendengarkan lebih jauh. Masa lalu seseorang adalah urusan
orang itu sendiri, tidak ada orang lain yang boleh ikut campur. Begitu menurutnya.

"Sebenarnya mimpi buruk yang sama menggentayangiku selama seminggu ini. Kau pun pasti tahu Resshin. Kau, salah satu orang yang mengetahui segalanya Gelapnya masa laluku dan kakakku... Karena hari itu telah dekat... Sangat dekat. Dan aku... aku sangat khawatir... sangat ketakutan... aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan untuk melupakannya selama-lamanya..." Wind berkata dengan perlahan... sangat perlahan hingga mungkin hanya bisa didengar Resshin yang saat iitu berdiri dekatnya.

Resshin jadi ikut khawatir, namun ia menyembunyikan kekhawatirannya itu. Ia memeluk Wind untuk menenangkannya, seperti yang dilakukan Resshin kalau sedang cemas.
Ia memeluk lembut tanpa kata-kata, tetapi senyum menghiasi wajahnya, walaupun dalam senyumnya itu ada kepahitan yang tersembunyi karena kekhawatirannya itu.. cemas akan Wind dan juga pada masalahnya sendiri.

"Aku...tidak butuh rasa kasihanmu, demon..."

Ryazely mendengar Kira yang sedang sakit itu mengejek Rin. Rin saja dibilang seperti itu apalagi Ryazely? Ryazely juga setengah demon. Rasa ini membuat Ryazely sakit hatinya karena merasa dikatakan seperti itu juga. Rin sama seperti dia, Half human dan half demon tapi mengapa hanya Rin saja yang dihinanya?

Ryazely bangun dari tempatnya berlutut untuk menolong Resshin karena Resshin sudah lari ke tempat Wind.

"Kira, Jangan bilang begitu pada Rin. Aku juga demon, Kira." kata Ryazely sedikit sedih.

"Sebenarnya mimpi buruk yang sama menggentayangiku selama seminggu ini. Kau pun pasti tahu Resshin. Kau, salah satu orang yang mengetahui segalanya Gelapnya masa laluku dan kakakku... Karena hari itu telah dekat... Sangat dekat. Dan aku... aku sangat khawatir... sangat ketakutan... aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan untuk melupakannya selama-lamanya..."

Ryazely yang mendengar cerita Wind itu langsung timbul rasa khawatirnya pada Wind itu. Resshin juga ia khawatirkan hanya saja Wind saat ini mungkin lebih tertekan dan karena Wind menceritakannya terlebih dahulu jadi masalah Wind harus diselesaikan terlebih dahulu. Ryazely segera berjalan cepat ke arah mereka berdua yang sedang berpelukan. Ryazely mengelus kepala mereka berdua.

"Wind, Resshin. Boleh aku mengetahui kalian kenapa? Wind, aku tidak tahu mengenai masa lalumu. Maukah kalian berdua menceritakannya padaku? Aku benar - benar khawatir terhadap kalian berdua. Kalian berdua dan semua anggota kerajaan penting sekali untukku. Ya?" tanya Ryazely karena ia benar - benar sedih sekali melihat Resshin dan Wind sedang sedih.

Aku...tidak butuh rasa kasihanmu, demon...

Tak kusangka Kira mendengar kata-kataku.. Lagipula,, aku juga tidak mau mengasihanimu, tapi keadaanmu yang memaksaku begitu..

Rin melihat ke arah Resshin dan Wind. Entah apa yang mereka berdua bicarakan sehingga menjadi serius seperti itu. Resshin yang biasanya Rin kenal sebagai anak yang ceria, dan penuh semangat bisa terdiam seperti itu. Rin tidak berani banyak bicara karena tidak mau mencampuri urusan mereka berdua yang kelihatannya serius.

Kira, Jangan bilang begitu pada Rin. Aku juga demon, Kira.

Rin tersentak kaget. Meski hal itu tidak ia tunjukkan pada ekspresi wajahnya. Rin tidak pernah menyangka bahwa Ryazely juga half-demon seperti dirinya. Sifat Rin dan Ryazely benar-benar bagaikan langit dan bumi. Bahkan menurut Rin, Ryazely lebih cocok menjadi half-angel dibandingkan half-demon seperti dirinya. Mungkin hal itu lah yang membedakan dirinya dengan Ryazely. Hal yang membuat dirinya selalu dihina orang lain..

"Aku...tidak butuh rasa kasihanmu, demon..."

"Kira, Jangan bilang begitu pada Rin. Aku juga demon, Kira."

Hoow..dunia ini menarik sekali..banyak orang yang kukenal ternyata demon atau half-demon..Sepertinya aku belum tahu apa-apa.. pikirnya agak sedih karena ia hanya mengetahui sedikit dari apa dan siapa sebenarnya kawan-kawannya.

Kemudian Lucius tiba-tiba teringat dengan Resshin yang mengajaknya ke Gua Maria. Ia ingin mengajak Resshin untuk ke Gua Maria. Ia sedikit senang karena ada orang yang mau pergi ke Gua Maria bersamanya. Ia ingin mengucapkan sedikit permohonan untuk dikabulkan. Tetapi sepertinya Resshin sedang menenangkan Wind. Tentunya tidak enak mengganggu bukan?

"Cypher.. kita biarkan mereka berdua dahulu ya.." bisiknya. Cypher tampaknya mengangguk. Mereka berdua hanya menatapi adegan yang menurut mereka mengharukan.

"Wind, Resshin. Boleh aku mengetahui kalian kenapa? Wind, aku tidak tahu mengenai masa lalumu. Maukah kalian berdua menceritakannya padaku? Aku benar - benar khawatir terhadap kalian berdua. Kalian berdua dan semua anggota kerajaan penting sekali untukku. Ya?"

Wind menatap Resshin dengan tatapan ragu. Wind terdiam, terlihat gelisah dan tak tahu harus melakukan apa. Wind menarik nafas dalam-dalam dan yang bisa ia lakukan hanya membalas pelukan Ryazely. Tubuhnya gemetaran dan Wind tidak bisa menahan rasa takut yang dirasakannya. Takut akan terulangnya semua yang telah terjadi di masa lampau. Takut akan ada lagi yang tersakiti...

Wind berbisik lirih sambil tetap memeluk Ryazely. Ia berkata dengan suara yang mungkin hanya bisa didengar Ryazely.
"Ayah... ibu... gara-gara benda ini... mereka... dan... dan... aku... aku... tidak bisa melakukan apapun selain melihat... apa yang telah kuperbuat... darah dimana-mana... kakakku melihat... tapi.. ayah... tersenyum... aku... takut..." Wind berkata dengan rentetan kata yang berantakan. Wind mengigit bibirnya dalam-dalam hingga bibirnya berdarah. Cengkeramannya begitu kuat hingga nyaris mengojak baju Ryazely. Tubuhnya bergetar kuat dan lututnya terasa lemas.

Wind pun tersungkur ke lantai sambil bergumam. Berbisik dengan suara yang sangat lebut, tak terdengar oleh seorangpun, seolah bicara pada dirinya sendiri.

"Hari itu akan datang lagi..."

"Ayah... ibu... gara-gara benda ini... mereka... dan... dan... aku... aku... tidak bisa melakukan apapun selain melihat... apa yang telah kuperbuat... darah dimana-mana... kakakku melihat... tapi.. ayah... tersenyum... aku... takut..."

Ryazely bingung karena tiba - tiba Wind memeluknya dengan erat dan keras sampai baju Ryazely lecek. Ryazely mendengar Wind menangis dan menceritakan sesuatu yang tak dimengerti olehnya. Pembunuhan?Seorang ayah tersenyum? Ryazely sempat bingung tetapi tiba - tiba Ryazely merasa ikatan pelukan Wind terlepas dan ia terjatuh tersungkur. Ryazely berlutut dan melihat keadaan Wind. Dilihatnya bibir Wind berdarah! Dia menggigit bibirnya kah?

Tanpa pikir panjang Ryazely segera menggendong Wind karena Wind masih kecil dan ringan. Diangkatnya Wind dan dengan wajah yang benar - benar khawatir.

"Wind, janagn menggigit bibirmu ya! Jika ingin gigit dan tidak tahan kau boleh menangis dan menggigit bahuku sampai kau puas tapi jangan menyakiti dirimu ya! Aku minta maaf menyuruhmu menceritakan sesuatu yang membuatmu seperti ini. Maafkan aku!" kata Ryazely penuh rasa bersalah.

Kira, Jangan bilang begitu pada Rin. Aku juga demon, Kira.

Kesunyian merasuki diri pemuda bertato merah ini. Ia lupa sama sekali bahwa Ryazely juga merupakan seorang
half brees, seperti Rin. Namun sifatnya begitu berbeda dengan Rin. Entah mengapa ia merasa sedikit terbuka bila
berada di dekat Ryazely. Sebaliknya, moodnya selalu berantakan ketika ada Rin.

Ayah... ibu... gara-gara benda ini... mereka... dan... dan... aku... aku... tidak bisa melakukan apapun selain melihat... apa yang telah kuperbuat... darah dimana-mana... kakakku melihat... tapi.. ayah... tersenyum... aku... takut...

Kira tidak sengaja mendengar isak Wind, walaupun tidak terlalu jelas. Gadis kecil itu sepertinya sedang menghadapi
suatu masalah yang berat. Ia merasa bahwa kehadirannya hanya sebagai pengganggu saja. Ia memaksakan
tubuhnya yang sakit luar biasa untuk bangun. Darah kembali menetes dari lukanya, Ia mencoba keluar dari tempat itu,
merasa bahwa dirinya mengganggu mereka saja.

Baru beberapa langkah Ia berjalan, Ia terjatuh. Pandangannya sudah berkunang-kunang, Ia tidak dapat melihat
dengan baik. Namun Ia tetap bersikeras untuk meninggalkan tempat itu. Ia berjalan sampai ke pintu gerbang
gereja itu lali bersandar di sana, tidak ingin mengganggu urusan mereka.

"Wind, jangan menggigit bibirmu ya! Jika ingin gigit dan tidak tahan kau boleh menangis dan menggigit bahuku sampai kau puas tapi jangan menyakiti dirimu ya! Aku minta maaf menyuruhmu menceritakan sesuatu yang membuatmu seperti ini. Maafkan aku!" kata Ryazely penuh rasa bersalah.

"Kak Ryazely.. Wind pasti.. sedikit banyak akan membutuhkanmu.. Master of Ice.. mirip dengan King of Ice, Kak Wolfgang, kakaknya Wind.. tapi.. sudah lama, lama sekali kami tak pernah melihatnya beberapa saat ketika masuk eternia ini.." bisik Resshin pelan kepada Ryazely.

Ia melihat Kira terseok-seok mengambil kesempatan untuk keluar dari gereja.. darahnya menetes.

andai.. ada acolyte di sini.

Resshin pun men-cast sihirnya.

Smooth Rain in Bubble Beam

Kira pun terperangkap dalam gelembung air buatan Resshin, ia berharap setidaknya kehangatan uap air dalam gelembung itu bisa mensterilkan luka Kira lebih cepat, sehingga benang-benang fibrin bisa cepat terbentuk.. Yah, tentunya memakan waktu yang lama tidak secepat sihir acolyte, tapi setidaknya perlahan memulihkan secara alami. Mungkin dampaknya, luka itu jadi agak perih karena disterilkan.

Resshin kemudian membalikkan badannya mendekati Wind.

"kalau kau takut itu akan datang.. tetaplah bersama kami. percayalah, setidaknya sihirku bisa meminimalisasi efek sihirmu, walau sihirku mungkin tak begitu hebat. Tapi, semua orang di eternia pasti akan membantu," bisik Resshin tersenyum dan mengelus rambut Wind, dan sedikit menyentuh ikat rambutnya itu..memperhatikan ikat rambut itu sebentar.
saat itulah.. hanya saat itulah Resshin terlihat sepeti seorang kakak.

Rin benar-benar bingung. Ia tidak tahu hal apa yang sebaiknya dilakukan olehnya. Rin tidak pandai menghibur hati orang lain seperti yang dilakukan Ryazly pada Resshin dan Wind.

Di sisi lain, ia juga tidak punya rasa simpati pada keadaan Kira yang seperti itu. Rin sama sekali tidak berminat untuk membantu Kira yang tengah berjalan terseok-seok ke arah pintu.

Daripada ia terus mengganggu di sini, Rin memutuskan untuk pergi dari sana. Ia tidak ingin memperkeruh suasana karena keberadaan dirinya. Lagipula, sangat tidak sopan untuk berdiam diri di keadaan seperti itu bukan? Rin lebih memilih untuk pergi ke tempat lain untuk menyendiri.

Perlahan dan tanpa suara, Rin berjalan ke arah pintu gereja tanpa menunjukkan aura keberadaannya. Ia tidak ingin berpamitan di tengah keadaan seperti ini.

[Rin Out]

Wind merasa sedikit lebih baik sekarang. Perasaannya lebih tenang dan ketakutannya memudar

Aku percaya... aku percaya... Aku percaya pada sahabat-sahabatku... Kata-kata itu diulangnya dalam hati bagai mantra.

Wind sedikit teringat dengan masa lalunya. Dahulu, di tempat dimana ia tinggal, Wind tidak mempunyai banyak teman. Mereka takut karena ia bisa menggunakan sihir. Wind hidyp dalam kesepian. Yang bisa menghiburnya hanya kakaknya dan kedua orangtuanya. Tapi bagi Wind, selama ia memiliki keluarganya, tak masalah apabila ia dikucilkan teman-temannya.

Ikat rambut yang selalu dikenakannya adalah bagian dari kekuatan sihirnya, yang mengandung sumber kekuatan elemen angin yang sangat besar. Ikat rambut tersebut adalah warisan dari ibunya dan tak pernah dilepaskannya. Di hari ia mendapatkannya ia sangat gembira. Ia pun segera mengenakannya dan sejak saat itu kemampuan sihir anginnya meningkat dengan sangat pesat. Wind sangat senang, begitu juga keluarganya.

Namun kegembiraan itu tidak berlangsung lama. Wind masih bisa mengingatnya dengan jelas. Malam itu adalah malam dimana bulan berwarna merah darah. Tiba-tiba ikat rambut itu bercahaya dan seketika itu juga Wind tidak bisa mengontrol dirinya. Malam itu, Wind yang tidak memegang kendali atas dirinya-seolah dikuasai oleh item tersebut- menyerang kedua orangtuanya dan mengakibatkan kedua orang tuanya secara kejam terbunuh oleh sihir anginnya. Ketika kedua orang tuanya sudah mati, barulah Wind kembali pada kesadarannya. Dan saat Wind menangis sambil menggoncang tubuh orangtuanya-berharap bahwa mereka masih hidup- ayahnya tersenyum penuh pengertian. Seolah tahu bahwa semua ini harus terjadi. Dan senyum itulah yang selalu menggentayanginya dalam tiap mimpi buruk......

Dan sebentar lagi... bulan berwarna merah akan kembali bersinar....