I Believe... [open for kingdom members, Kira, and Lucius]

Wind melangkah masuk ke dalam gereja dengan langkah yang ragu-ragu.

Aku tidak sepenuhnya percaya kepada Tuhan, kenapa juga aku harus masuk ke tempat ini? katanya seraya tersenyum sedih dalam hati.

Wind duduk di bangku paling depan dan menutup mata. Setetes air mata perlahan mengalir dan ia tak kuasa menahan tangisnya. Ia susah payah berusaha menghentikan gejolak emosi di dadanya.

Untung saja gereja ini kosong... kalau tidak pasti akan sangat memalukan apabila orang lain melihat aku menangis seperti ini... Ah kenapa disaat tenang seperti ini aku harus mengingat kembali kejadian yang menyedihkan itu? Padahal selama ini aku berusaha mati-matian untuk melupakan segalanya...

Diraihnya ikat rambut yang selama ini selalu menyertainya. Ikat rambut itu adalah benda yang masih misterius, bahkan bagi dirinya. Dan ikat rambut itu tak pernah berhenti mengingatkannya akan orangtuanya, orang yang memberikannya benda tersebut, orang yang membantunya menguasai elemen angin dengan sempurnya.

Aku... berharap aku tak mengingat lagi kejadian menyedihkan itu...

Dan saat itu didengarnya langkah kaki yang mendekatinya. Tepat pada saat itu juga Wind, yang mengikuti instingnya mengeluarkan sihir anginnya untuk menyerang orang tersebut...

Langkah kaki itu langkah kaki Resshin.
Kepalanya agak tertunduk.

Liquizu..

Ia masih terbanyang kejadian 2 hari lalu di magical lake, ia berjalan-jalan ke luar kerajaan ke tempat yang menurutnya sepi dan tenang..Church..

Tiba-tiba ia merasa ada angin kencang hendak menyerangnya!

hah? di gereja pasang kipas angin sekarang??

pikirnya pendek. Namun refleknya yang cepat itu membuat ia langsung memasang barier dari air.

Wall of Water!

Ryazely yang sedang membopong Kira masuk ke tempat terdekat ketika mereka tiba di End Earth yaitu church. Tempat memuja pada Tuhan ya di church ini. Ryazely melihat bagian depan gereja karena ini pertama kalinya Ryazely memasuki Gereja karena ia sama sekali tidak pernah menginginkan ke gereja. Baginya tidak ada gunanya.

Kali ini ia masuk ke dalam gereja agar Kira dapat beristirahat sementara waktu. Ia membuka pintu gereja yang cukup besar itu dan melihat ke dalam arean gereja itu. Ia meletakkan Kira pada bagian depan kursi.

Saat ia meletakka Kira, ia mendengar suara tangisan dari seseorang. Dicarinya sumber suara itu dan ia menemukan seorang anak kecil yang sangat ia kenal, Wind sedang menanngis. Setelah beberapa saat melihat Wind nangis, didengarnya pula suara kaki yang berjalan.

Dilihatnya ke belakang dan ternyata itu Resshin. Wajahnya terlihat sedih sekali. Ryazely bingung apa yang terjadi pada dua orang anak ini. Akhirnya karena tidak ada siap siapa di sana, Ryazely mengeluarkan suaranya sedikit keras.

"Kalian kenapa?" tanya Ryazely.

"Kalian kenapa?" tanya Ryazely.

Resshin langsung menoleh ke arah suara itu..

seperti suara Kak Ryazely..

lalu ia berpikir lagi

kalian?

dilihatnya lagi baik-baik ke arah serangan itu datang dan ia baru menyadari bahwa itu Wind dan tampak seperti air berkilau di pipinya.

Wind.. oh iya.. dia salah satu pengguna angin.. apakah ia..menangis?

Akhirnya mereka kembali ke End Earth. Kira yang masih lemah karena luka yang disebebkan oleh makhluk
yang dibencinya dibantu berjalan oleh Ryazely. Kira memegangi lukanya, sakit. Mereka terus berjalan dan
berjalan. Namun tiba-tiba Ryazely menghentikan langkahnya. Mereka berada di depan sebuah gereja tua yang
besar dan megah.

Ugh... Mengapa harus kesini? Gereja adalah salah satu tempat yang hampir tidak mungkin dikunjungi Kira.
Ya, Kira tidak percaya akan Tuhan. Ia menganggap bahwa semua keajaiban yang ada itu terjadi dengan sendirinya.
Kalaupun Tuhan itu ada, Ia menganggapnya sebagai pembawa bencana. Mereka pun memasuki pintu gereja.
Ryazely meletakkan Kira di sebuah kursi panjang yang biasanya ada di gereja.

Didengarnya suara tangisan seseorang. Siapa itu?
Kira sedikit memiringkan tubuhnya supaya dapat melihat orang itu dengan jelas. Resshin! Dan siapa dia?
Kira melihat seorang anak perempuan, usianya kira-kira sama dengan Crein. Matanya basah oleh air mata. Mungkin
anak ini lah yang tadi menangis.

Tiba-tiba, lukanya terasa seperti ditusuk-tusuk oleh seribu jarum. Kira memegang lukanya, membungkuk.
"Ukh...Aaargh...!!!" lukanya seolah terbuka kembali. Entah mengapa sejak pertama kali masuk ke gereja ini, Ia
merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan.

"Ukh...Aaargh...!!!"

Resshin yang tadinya berjalan hendak mendekati Wind, tiba-tiba menoleh ke suara yang seperti kesakitan dari balik bangku.

?? siapa itu?

Resshin pun berjalan sedikit mendekati Ryazely dan dari agak jauh sudah terlihat olehnya sesosok yang sedang berbaring..

"emm.. yang di bazaar.." katanya pelan, sambil agak mengerutkan kening karena ia berusaha mengingat nama pria itu. Namun ia tak tampak berpikir keras seperti biasanya, wajahnya sedikit menyiratkan raut kesedihan dan kecemasan.

Rin berjalan mengitari kota untuk patroli hari ini. Seusai berpatroli, ingin rasanya dia mampir di tempat yang tenang untuk beristirahat. Sebenarnya ia tidak merasa lelah, tapi Rin memang lebih suka menyendiri di tempat yang tenang.

Hmm.. Kira-kira di mana ya tempat yang tenang di tengah kota seperti ini??

Sambil berjalan tak tentu arah, otak Rin terus berpikir. Gereja? Mungkin itu adalah tempat yang paling dekat dengannya dan memenuhi kriterianya saat ini. Lucu memang, seorang half-demon memilih gereja untuk tempat menyendiri. Tapi, bukan berarti setan tidak boleh ke gereja kan??

Rin memasuki kawasan gereja perlahan tanpa suara. Ia tidak ingin aura keberadaannya dirasakan oleh orang lain yang mungkin ada di dalam. Ia lebih mengawasi terlebih dahulu apa ada orang di dalam gereja.

Ehm.. Bukankah itu.. Resshin-sama dan Wind-sama? Lalu, juga ada Ryazely dan Kira.. Sedang apa mereka berkumpul di sana?

Wind sedikit kaget melihat bahwa orang yang tadi akan diserangnya, orang yang ia pikir punya hawa yang 'mengancam' itu adalah Resshin. Water wall yang dipasang Resshin tidak sepenuhnya menangkal namun juga mementalkan serangan Wind dan menimbulkan sedikit kerusakan.

Akh, kenapa aku menyerang teman sendiri... sepertinya kelabilan emosiku menumpulkan instingku dan membuat seruanganku tak terkontrol... huff... Aku benci saat-saat seperti ini...

"Maaf Resshin aku... tidak sengaja..." sebelum sempat Wind menyelesaikan kata-katanya terdengarlah sebuah teriakan...

"Ukh...Aaargh...!!!"

Wind sangat terkejut mendengar teriakan tersebut dan ia menolehkan pandangannya ke arah teriakan tersebut. Dilihatnya Ryazely, membawa orang... yang tampak asing baginya.

Wind menatap dengan heran.

Ah, jangan-jangan mereka semua daritadi melihaku menangis... Ah, bekas air mataku belum terhapus! Wind pun buru-buru menghapus air matanya. Dengan keceriaan yang pura-pura namun dengan kekhawatiran yang sesungguhnya Wind berjalan mendekati pria yang hberteriak kesakitan itu.

"Ryazely, mengapa orang ini berteriak kesakitan? Sakitkah dia? Apa kau mau aku membantumu membawanya ke tempat dimana ia bisa diobati dan beristirahat?"

Lucius dan Cypher akhirnya datang juga ke Church. Setelah tersesat berkali-kali, akhirnya mereka sampai juga ke tempat baru yang megah dan tampak tua ini. "Fiuh, akhirnya ketemu juga." ucapnya sambil mengusap sedikit keringat di kepalanya. Maklum, cuaca di luar cukup panas.

Kemudian, mereka menyempatkan untuk berdoa sebentar kepada Tuhan. Mereka ingin berterima kasih atas kebaikan-Nya selama ini sehingga mereka dapat bertemu dengan teman-teman yang luar biasa setelah ia mati. Namun, ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Karena ia tidak bisa berteman dengan Liquizu. Dia tidak ingin Liquizu membenci dirinya. Bukan sebatas karena job, tetapi tentunya akan lebih menyenangkan dalam hidupnya apabila bisa berteman dengan banyak tipe orang, dan bukan orang. Pastinya terasa tidak enak apabila merasa ditolak, bukan? Lalu mereka mulai berdoa.

"Tuhan, terima kasih atas berkkat-Mu selama ini. Walaupun kami sudah mati namun kami masih dapat merasakan kebaikan-Mu. Kami sangat,sangat berterima kasih. Semoga kami dapat berlanjut menemukan teman-teman baik di dunia ini.."
Sebelum ucapannya selesai, tiba-tiba terdengar suara isak tangisan seorang gadis. Lucius pun kaget.

"Ah, Tuhan. Permisi sebentar. Maafkan saya. Saya ingin melihat mengapa ada seseorang menangis. Saya mohon pamit dulu untuk sekarang. Terima kasih telah mendengarkan doa saya Tuhan."

Kemudian ia beranjak dari tempatnya bersama dengan Cypher menuju ke sumber suara tangisan tersebut. Ternyata yang menangis adalah seorang gadis. Dan ada beberapa orang yang ikut hadir dalam gereja tersebut, seperti Resshin, Ryazely, Kira,dan Rin.

"Maaf..boleh kutanya mengapa kamu menangis gadis kecil?' tanyanya kepada gadis yang sedang menangis.
"Aah.. kalian! Kebetulan sekali bertemu dengan kalian semua!" senyumnya girang. Lalu ia menyadari Kira tampak kesakitan.
"Kira! Apa yang terjadi denganmu!?" paniknya.

Sejak masuk ke gereja, luka Kira yang semula mulai membaik kembali terasa sakit, bahkan lebih parah.
Kira terduduk di bangku panjang gereja sambil mengerang, sakit sekali. Ia mulai berkeringat dingin.
Lalu dilihatnya sang gadis kecil dan Lucius yang menghapirinya.

Ryazely, mengapa orang ini berteriak kesakitan? Sakitkah dia? Apa kau mau aku membantumu membawanya ke tempat dimana ia bisa diobati dan beristirahat?
Kira! Apa yang terjadi denganmu!?

Ia memandang orang-orang itu, sang gadis yang tidak dikenalnya terlihat khawatir dengannya. Kira memang tidak
tahan dengan anak kecil. Ia melukiskan senyum lembut yang dipaksakan karena menahan rasa sakitnya.
"...Aku...tidak apa-apa...Ugh..." katanya sambil terus memegang lukanya yang semakin sakit.

Seorang lagi tampak memasuki gereja tua itu. Kira sangat mengenal hawa keberadaan ini. Itu Rin, salah satu
orang yang paling malas Ia temui. Ia menatap Rin dengan tatapan dinginnya seperti biasa, namun agak dipaksakan.
"Heh. Aku heran demon sepertimu datang ke gereja...Ugh.." katanya sinis, tetap memegangi lukanya.

Sial! Orang itu harus membayar semuanya! Kira mengerutkan alisnya, kesal teringat dengan orang yang
menebasnya. Luka itu cukup dalam sehingga sepertinya akan lama untuk sembuh. Nafasnya mulai terengah-engah.
Seharusnya Ia tidak masuk ke gereja. Memang benar Tuhan hanya memperburuk keadaan.

"Aah.. kalian! Kebetulan sekali bertemu dengan kalian semua!" senyumnya girang.

Resshin kembali menoleh dan baru menyadari bahwa Lucius tadinya berlutut dekat altar.

"Heh. Aku heran demon sepertimu datang ke gereja...Ugh.." katanya sinis, tetap memegangi lukanya.

demon..?

Resshin melihat ke arah mata seorang pria yang kesakitan yang rasanya pernah ia kenal.

Itu.. Rin-san..?

Walaupun Resshin melihat mereka semua, ia tetap diam berdiri dalam posisinya, tak bergerak. Ia hanya memandangi mereka semua dengan pandangan kosong. Ntah kenapa saat itu minatnya untuk menyapa orang menghilang. Bahkan ia pun agak memalingkan mukanya dari Lucius, ia seperti salah tingkah, merasa belum siap kalau-kalau Lucius menanyakan tentang Liquizu.

gereja ini semakin ramai saja.. seperti akan ada misa, tidak seperti dugaanku mengira ini tempat yang hening..

Ia merasa sedikit kecewa, karena ia salah memilih tempat pikirnya.

"Heh. Aku heran demon sepertimu datang ke gereja...Ugh.." katanya sinis, tetap memegangi lukanya.

Dalam hati, Wind merasa semakin bingung. Ketenangan yang tadi dicarinya kini telah menjadi keramaian yang tidak diharapkannya.

Dan yang lebih buruk... mereka semua tahu bahwa aku menangis... Ah, bagaimanakah aku menjawab pertanyaan mereka tentang mengapa aku menangis? Aku tentu tak mau menjawab yang sebenarnya tapi apabila aku menjawab dengan kebohongan... sepertinya aku akan merusak suasana yang serius ini... Argh! Apa yang haris kuperbuat???

Wind diam sejenak, seraya berusaha menjernihkan pikiran.

Lagipula mengapa mereka mesti bertengkar di dalam gereja sih?

"Sudah! Hentikan saja keributan ini! Kita seharusnya tidak menodai kesucian tempat ini dengan pertengkaran yang tidak ada artinya ini. Jika mau bertarung lakukanlah di tempat lain!"

Wind yang ternyata tidak berhasil menenangkan emosinya malah meledak kemarahannya.

Mengapa ini mesti terjadi di saat aku membutuhkan waktu untuk menenangkan diri??

Kaget juga, karena hawa keberadaannya dirasakan oleh Kira. Tapi, Rin juga maklum karena Kira memang sudah sering menangkapnya yang sedang 'bersembunyi'. Mungkin ini dikarenakan Rin dan Kira yang mirip satu sama lain. Termasuk dengan sifat dingin mereka.

"Apa urusanmu hai kau, manusia berbudi? Apakah tidak pantas seorang demon sepertiku masuk ke sini?" tanya Rin datar. Ia sengaja menekan suaranya pada kata 'berbudi'.

Sepertinya aku salah memilih tempat ini..

Rin melihat situasi sekelilingnya yang menurutnya kacau itu. Ia tidak pernah menyangka bahwa tempat sepi yang didatanginya dengan Crein waktu itu akan menjadi ramai seperti ini. Apalagi adanya kerusakan dan luka Kira. Entah apa yang akan terjadi di gereja tua ini.

"Maaf Wind-sama. Saya sama sekali tidak bermaksud membuat keributan. Tapi bisa anda lihat sendiri, dia yang memprovokasi saya, bahkan dengan kondisinya yang seperti itu," jawab Rin tenang ketika mendengar amarah Wind.

Aku benar-benar hanya bermaksud menyendiri di sini.. Kenapa di mana ada Kira aku selalu dianggap begitu jahat??

? Perasaanku saja atau Resshin barusan memalingkan mukanya dariku? Hah..pasti perasaanku semata. Pikirnya.
Cypher mendekati Resshin, sepertinya ia ingin melihat Resshin yang tampak sedikit canggung.

Hem..waw.. anak ini mengagumkan sekali. Kecil-kecil cabai rawit katanya. Dan bahkan aku tidak suka cabai.

"Haduh..kok kalian pada berkelahi begini sih. Sudah-sudah..kalau sedang lapar tentunya akan lebih mudah marah. Nih, untuk kalian. Untung tadi aku beli taiyaki selusin dari paman. " ucapnya sembari membagikan taiyaki masing-masing satu ke setiap orang.

Wind menerima taiyaki itu dan mulai makan. Rasa manis dari taiyaki tersebut sedikit meredakan amarahnya tapi hatinya tak kunjung tenang... Wind yang sudah mulai bisa berpikir jernih pun mulai berbicara lagi...

"Maaf Wind-sama. Saya sama sekali tidak bermaksud membuat keributan. Tapi bisa anda lihat sendiri, dia yang memprovokasi saya, bahkan dengan kondisinya yang seperti itu," jawab Rin tenang ketika mendengar amarah Wind.

"Yah mungkin sebaiknya sekarang kita semua pergi dengan tenang dari tempat ini. Mungkin di antara kalian ada yang tuidak percaya dengan Tuhan sehingga tidak menghargai tempat ini. Akupun sesungguhnya tidak sepenuhnya percaya pada Tuhan tapi aku rasa bagaimanapun juga tempat ini harus kita hargai dan kita jaga ketenangannya..."

"Dan Rin... Aku tidak bermaksud menyalahkanmu... Begitu juga dengan... er... maaf... aku belum tahu namamu..." kata Wind sambil menunjuk Kira.

Wind pun melanjutkan lagi. "Mungkin ada sesuatu di antara kalian tapi... tidak pantas meributkannya disini..." Wind menarik napas.

"Dan ohya... Taiyaki ini enak! Terima kasih... er... namamu?" Wind berkata dengan nada yang sudah tidak serius lagi. Nada suaranya lebih ringan dan pikirannya pun menjadi lebih cerah.

"Apa urusanmu hai kau, manusia berbudi? Apakah tidak pantas seorang demon sepertiku masuk ke sini?

Kira memejamkan matanya, lukanya semakin terasa sakit. Sebenarnya Ia ingin membalas perkataan Rin, namun
diurungkannya niat itu berhubung kondisinya sedang seperti itu.

Ia melihat Lucius yang membagikan taiyakinya untuk orang-orang yang ada di gereja. Saat disodorkan ke arah Kira,
Ia tidak mengambilnya.
"Maaf, aku tidak suka makanan manis." tolaknya sambil sedikit terengah-engah.
Tubuhnya basah karena keringat dinginnya. Ia itu manusia biasa, tapi mengapa saat ia memasuki gereja lukanya
malah bertambah sakit? Sungguh aneh. Ataukah mungkin karena ketidakpercayaannya pada Tuhan. Ya, mungkin
saja.

Dan Rin... Aku tidak bermaksud menyalahkanmu... Begitu juga dengan... er... maaf... aku belum tahu namamu...

Kira memandang anak perempuan yang dipanggil 'wind' oleh Rin, bahkan terdapat embel-embel 'sama'. Mungkinkah
ia keturunan raja Eternia? Dibalik tubuhnya yang seperti anak perempuan biasa, Kira merasakan sesuatu yang
berbeda. "Kira..." katanya lirih sambil menahan sakit yang luar biasa.

Ugh...Mengapa aku harus terlihat seperti ini di depan Rin?!

"Ryazely, mengapa orang ini berteriak kesakitan? Sakitkah dia? Apa kau mau aku membantumu membawanya ke tempat dimana ia bisa diobati dan beristirahat?"

Ryazely yang sempat hilang konsentrasinya sehingga hanya melihat saja apa yang terjadi di gereja. Begitu ia sadar, di sana sudah ada Rin dan Lucius yang berada di gereja. Begitu pula Ryazely langsung tahu jika Kira sangat tidak ingin bertemu dengan Rin. Kira beberapa kali menahan sakit di lukanya membuat Ryazely mengeluarkan lagi obat yang tadi ia keluarkan di Zornykh. Ia sempat membawa 2 keping obat lagi untuk berjaga - jaga di sana.

"Ini Kira, kau minum lagi. Sudah sakit begini masih menyindir orang. Kau ini benar - benar,,,"kata Ryazely menghela nafas.

Kemudian setelah Ryazely memberikan obat itu, ia menghadap Rin dan Lucius.
"Hai Rin. Hai Lucius. Apa kahbar?" tanyanya

Dan setelah itu ia menghadap keuda anak yang dianggapanya sebagai adiknya, Resshin dan Wind yang tadi raut wajahnya seperti sedang sedih.

"Resshin. Wind. Kalian ada masalah?" tanya Ryazely lagi sambil tersenyum ramah.

Cypher yang mendekati Resshin seperti sempat diacuhkan oleh Resshin, sebab saat itu tatapannya kosong melompong jauh entah ke mana.
Ia sedikit kaget karena tiba-tiba Cypher berada di depannya, dielusnya kepala Cypher dengan lembut, dan Resshin pun tersenyum, namun ia tak tersenyum lebar seperti biasanya, senyumnya tampak seperti beban.

Kemudian Lucius pun datang menawari Taiyaki.

"oh Thanks.." sahut Resshin pelan dan kurang bersemangat seperti biasanya. Ia hanya memandang Lucius sekelebat, sekilas, secepatnya, ia seperti tak berani menatap Lucius dan merasa tak enak karena teringat kejadian tentang Liquizu. Namun dimakannya taiyaki itu dengan lahap dan membuat hatinya sedikit lebih lega, sekaligus perutnya.

"Kira..." katanya lirih sambil menahan sakit yang luar biasa.

oh iya namanya Kira..

Sengal-sengal Kira terdengar Resshin, ia berjalan tenang dengan wajah yang datar agak mendekati Kira dan hendak menggunakan sihirnya.

Smooth Rain

sambil men-cast spellnya wajah Kira tertutup bayang-bayang tangan Resshin, dan beberapa saat dari arah tangannya seperti ada butir-butir air yang sangaaatt halus dan hangat, menyapu keringat dingin Kira.
Resshin bermaksud menetralkan suhu tubuh Kira yang mendingin. Semua itu seperti dilakukan tanpa ekspresi, sungguh mengerikan, Resshin yang ekspresionis tampak diam.

"Resshin. Wind. Kalian ada masalah?" tanya Ryazely lagi sambil tersenyum ramah.

tiba-tiba suara Ryazely yang ada di dekatnya seperti mengingatkan kehadiran dirinya.

"oh.. erm.. tidak juga haha.." jawab Resshin pelan dan seperti orang ling-lung. Ia agak terkejut, karenanya spell yang digunakannya seketika berhenti.

Masalah. Itu mengingatkan Resshin kembali tentang Liquizu.

aku.. bagaimana aku menjelaskannya pada Lucius? kasihan dia, quest ini kenapa diberikan padanya? bagaimana aku menjelaskan pada orang baru yang belum bisa kupercaya, apalagi Liquizu..

Saat memikirkan itu tanpa sadar Resshin tertunduk dan wajahnya agak menunjukkan rasa bingung, pedih, dan sedih, juga khawatir. Semua itu bercampr aduk jadi satu.

"oh.. erm.. tidak juga haha.."

Ryazely menggelengkan kepala karena melihat tingkah laku Resshin. Ia tahu kalau Resshin punya masalah karena ia sudah mengenal lama seperti apa Resshin itu. Ryazely beranjak dari kursinya tanpa menghiraukan taiyaki yang diberikan Lucius ke Resshin. Ryazely mengelu - elus kepala Resshin da tersenyum.

"Jangan berbohong padaku Resshin. Aku mengenalmu sudah lama jadi aku tahu saat kau sedang ada masalah." kata Ryazely lembut dan tersenyum.

Ryazely juga melihat Resshin men-cast spell untuk Kira agar keringatnya tidak ada lagi dan Ryazely tersenyum lagi karena Resshin menggunakan sihirnya untuk hal yang baik.

"Terima kasih kuucapkan untukmu, Resshin karena menghapus keringat Kira." kata Ryazely lembut.

"Dan ohya... Taiyaki ini enak! Terima kasih... er... namamu?"

"Lucius. Lucius Clyde. Untunglah kamu sepertinya bertambah ceria." senyumnya ramah.

"Maaf, aku tidak suka makanan manis."

"Wahwah..pada tidak suka taiyaki ya? Haha tidak apa-apa..More for me~"

Kira tidak suka makanan manis, tapi mengapa ia bisa memasak taiyaki yang enak ya? Mungkin ini salah satu keajaiban dunia yang belum pernah ia lihat selama ini..

"oh Thanks.."

Kemudian Lucius mulai merasa ada yang benar-benar aneh.
"Ah Resshin? Apakah kamu memikirkan tentang masalah di Magical Lake ya? Aku benar-benar benar-benar minta maaf sekali. Aku memang tidak sopan. Maafkan ketidaksopananku karena telah bertindak tidak seharusnya. Harusnya aku menyadari lebih baik kalau dari awal kamu hendak melindung Liquizu. Sekali lagi maaf" ucapnya dengan tidak enak.

"Jangan berbohong padaku Resshin. Aku mengenalmu sudah lama jadi aku tahu saat kau sedang ada masalah." kata Ryazely lembut dan tersenyum.

Resshin tak memberi respon, ia tetap tertunduk dan merasa matanya mulai panas, seperti ada air yang akan muncul.

kenapa.. aku harus mengingat kejadian itu lagi? tapi.. Liquizu-lah yang harusnya lebih sakit..

"Terima kasih kuucapkan untukmu, Resshin karena menghapus keringat Kira." kata Ryazely lembut.

Resshin hanya mengangguk pelan.

"Ah Resshin? Apakah kamu memikirkan tentang masalah di Magical Lake ya? Aku benar-benar benar-benar minta maaf sekali. Aku memang tidak sopan. Maafkan ketidaksopananku karena telah bertindak tidak seharusnya. Harusnya aku menyadari lebih baik kalau dari awal kamu hendak melindung Liquizu. Sekali lagi maaf" ucapnya dengan tidak enak.

Resshin tertegun. Matanya agak terbelalak mendengar itu. Ia pun mundur dua langkah tanpa sadar, seperti hendak mendekati tembok gereja di belakangnya.
Benar saja, Lucius menyinggung tentang kejadian itu.

"a.. erm.. tidak apa-apa.." katanya lirih. tiada siapapun dapat melihat ekspresi wajahnya karena tertunduk. "a..akulah yang harus..minta maaf" lanjutnya lagi cepat dan sangat pelan, mungkin hanya beberapa orang di situ yang dapat mendengar kata-kata Resshin itu.

Ugh...Entah mengapa semakin lama semakin sakit saja.
Seharusnya bila seorang manusia masuk ke dalam gereja Ia akan merasa nyaman dan ringan, bukan? Namun
mengapa justru Kira merasa semakin berat dan tertekan? Bahkan lukanya yang sudah membaik kembali dirasa
sakit. Apakah karena tangannya sudah ternoda dengan darah?

Ini Kira, kau minum lagi. Sudah sakit begini masih menyindir orang. Kau ini benar - benar,,,

Dasar. Terlalu ramah seperti biasa. Kira merasa lukanya itu sudah baik-baik saja maka Ia menolak obat pemberian
Ryazely. "Aku tidak apa-apa. Entah mengapa sejak masuk gereja ini lukaku seperti terbuka kembali...Ugh.." rasa
sakit kembali menusuknya. Tubuhnya dingin sekali.

Di saat Kira sedang terengah-engah, Resshin sepertinya melakukan sesuatu. Wajahnya seperti diselimuti kabut
air yang sangat tipis. Perlahan-lahan suhu tubuhnya mulain meninggi, keringat dinginnya berkurang.
Kira merasa sedikit lebih baik walaupun lukanya masih sakit sekali.
"Thx..." katanya dengan nafas yang terengeh-engah.

Namun ada suatu keanehan disini. Resshin yang biasanya ceria, bisa dibilang hiperaktif, sekarang sepertinya
sedang lesu, seperti terjadi sesuatu yang menyakitkan dirinya. Kira sebenarnya penasaran dengan apa yang
terjadi, namun Ia mngurungkan niatnya untuk bertanya. Toh, itu bukan urusannya. Ia lebih memilih untuk duduk
diam di bangku panjang gereja.

Lucius. Lucius Clyde. Untunglah kamu sepertinya bertambah ceria.
Wahwah..pada tidak suka taiyaki ya? Haha tidak apa-apa..More for me~

Senyum tipis terlukis di wajah Kira. Lucius ini memang selalu ceria di saat apapun, seakan Ia adalah seorang
pemuda yang selamanya bahagia. Bahkan ia membuat gadis kecil yang tadi terlihat menangis itu menjadi lebih
ceria. Apakah Ia pernah merasakan kesedihan? Kemarahan? Dendam? Huh... Bertambahlah satu orang lagi yang
sangat bertolak belakang dengannya.

Hai Rin. Hai Lucius. Apa kahbar?

"Aku baik-baik saja Ryazely," ujar Rin singkat. Ia tidak ingin terlalu banyak bicara di hadapan orang yang satu ini (baca:Kira). Ia tidak mau situasi yang telah membaik ini kembali menjadi buruk karena pertengkarannya dengan Kira. Ia lebih baik diam daripada memicu hal yang tidak mengenakkan.

Rin melihat keadaan Kira saat ini. Kasihan? Bukan itu kata-kata yang tepat bagi Rin. Rin tidak punya simpati dengan keadaan orang lain yang tidak dekat dengannya. Menyedihkan? Mungkin itu lebih tepat. Rin tidak berkomentar apa-apa dan tetap diam. Ia tidak ingin menambah luka Kira dengan mengomentari keadaannya saat ini.

Lucius memang hebat. Sifatnya yang ceria dan jujur itu bisa membuat atmosfer di sini berubah. Setidaknya untuk mereka semua. Atmosfer Rin tetap saja tidak berubah. Ia lebih suka membangun jarak di antara mereka dibandingkan terlalu dekat dengan mereka. Ia tidak ingin kembali menambah jumlah orang-orang yang penting dalam hidupnya. Rin sudah pernah kehilangan orang yang ia sayangi lebih dari dua kali. Ia tidak mau menambah jumlah orang-orang itu. Lebih baik ia menjaga jarak.

Entah ada apa di gereja ini. Rin sempat merasakan kalau ada atmosfer yang berat melingkupi daerah ini. Mungkin, orang-orang di sini berkumpul di gereja karena ingin memikirkan tentang masalahnya. Apa itu berarti Rin juga masih memiliki sifat manusia? Lari ke tempat Tuhan saat ingin menyendiri dan berpikir..

"Resshin. Wind. Kalian ada masalah?" tanya Ryazely lagi sambil tersenyum ramah.

"Sebenarnya... aku..." Wind berhenti melanjutkan kata-katanya.

Tidak, sebaiknya aku tidak menceritakannya sekarang. Semua orang di sini nanti mengetahuinya. Dan lagi... semua orang di tempat ini sepertinya sedang memiliki masalah mereka masing-masing... Tidakkah aku menjadi egois apabila aku menambahkan satu beban lagi kepada mereka dengan menceritakan masalahku? Lagipula... sepertinya aku bisa menahannya... setidaknya sampai hari ini berakhir... Semoga saja...

"Emm... tidak... tidak ada apa-apa..." Wind melanjutkan kalimatnya dengan sangat canggung, gagal menutupi kegelisahannya.

Akh, bodoh! Ryazely pasti tahu...

Wind menggelengkan kepalanya dan sekali lagi berkata "Aku tidak apa-apa Ryazely. Tetapi terima kasih telah mengkhawatirkan keadaanku..."

Setelah itu, keheningan yang sangat tidak mengenakkan menyelimuti gereja...

"a..akulah yang harus..minta maaf"

Suara Resshin terdengar sangat pelan. Terlalu pelan, sampai-sampai Lucius tidak dapat mendengar ucapannya.
"Maaf, apa yang barusan kamu ucapkan? Aku tidak bisa mendengar jelas."

Lalu Lucius melihat Resshin tampaknya mengeluarkan sihirnya untuk membantu meringankan penderitaan Kira. Muka Kira pun tampak lebih baik.
"Wah! Keren sekali! Apa yang barusan kamu lakukan Resshin? Aku jadi mau bisa cepat-cepat menjadi mage lalu belajar dari kamu dan Ryazely supaya bisa cepat menjadi mage yang hebat!"

Kemudian ia melihat Kira sepertinya memperlihatkan senyuman namun sangat tipis.
"Kira. Ada sesuatukah?" tanyanya bingung apakah ada apa dengannya.