Goa Tersembunyi [finished]

Angin sepoi-sepoi yang menghembuskan nafasnya disapa riang oleh Catriel.
Ia selalu suka daerah ini. Tenang, dan sepi. Dan yang terpenting, banyak binatang dan tumbuhan hijaunya. Tempat di mana ia merasa bersatu dengan Mother Earth.

Dengan santai, Catriel berjalan melintasi pohon-pohon rindang yang berdiri tegap di sekelilingnya sambil mengamati tingkah binatang-binatang yang ia temui di sela-sela pepohonan.
Andai saja waktu seperti ini bisa terus berjalan selamanya, pikirnya sambil menghirup udara segar.

Catriel berhenti saat kakinya terantuk sesuatu. Namun saat ia menyadari apa yang terjadi, semuanya telah terlambat. Tanah berundak yang ia injak longsor membawa dirinya jatuh terjerembab sepuluh kaki dari tempatnya semula, terjatuh ke lembah yang agak dalam.

Sambil mengumpat kesal, Catriel berdiri dan membersihkan bajunya yang kotor karena tanah. Hal ini lebih dari cukup untuk merusak harinya yang selalu tenang dan sepi.
Namun, siapa sangka sang Swordwoman akan menemukan lebih dari itu.
Menganga di hadapannya, sebuah goa dengan lubang masuk tidak lebih dari dua meter.
[i]Goa tersembunyi...?

Cuaca hari ini benar-benar baik. Kira yang sedang ingin mencari ketenangan akhirnya memutuskan untuk mempir ke the valley, lembah nan indah di end earth. Angin sepoi-sepoi menambah kenyamanan tempat itu, membuatnya seakan tidak ingin kembali ke kota yang ramai dan bising, tempat yang paling tidak disukainya.

Kira berjalan menuju hamparan lembah yang luas. Dari situ Ia bisa melihat seluruh pemandangan Eternia.
Akhirnya aku bisa lepas dari kebisingan kota. pikirnya sambil duduk di bawah sebuah pohon yang sangat rindang.
Didengarnya suara-suara binatang penghuni lembah itu. Ia lalu memandang langit biru, baginya tidak ada yang lebih indah dari langit. Ia memejamkan matanya.

Ditengah ketenangan yang membuat serasa dunia miliknya, Kira mendengar suara tanah longsor.
Apa gerangan yang terjadi? Ia berjalan menuju asal suara longsor tadi. Dilihatnya seorang gadis yang jatuh.
Sedang apa dia disini? Sebenarnya Ia malas menyapanya, tetapi sepertinya orang ini sedikit kepayahan.
"Hei! Siapa kau, dan sedang apa kau disini?" tanyanya dingin. Memang sulit bagi Kira untuk bersikap ramah pada orang yang baru dilihatnya.

Karena telah kelelahan menjelajah tempat-tempat baru yang belum pernah ia temui dan tidak ada orang yang mengenalkannya, maka pergilah gadis ketua mayoret itu ke sebuah tempat yang baru juga. Entah mengapa kakinya mengarahkannya ke tempat tersebut.
Tempat itu begitu indah dan sejuk...
Menenangkan sekali.. pikirnya.
Saat sedang menikmati keindahan dan ketenangan bukit itu, ia tersentak kaget karena ada seorang lelaki yang berteriak. Gadis itu tidak tahu siapa atau apa yang diteriaki sampai ia melihat seorang gadis yang telah jatuh dan terkotori oleh tanah.
Siapa mereka? Dan..apa yang sedang mereka lakukan?
Karena penasaran, gadis berambut biru muda itu mendekati mereka...

Catriel mendongak ke atas dengan cepat, ke arah suara tidak ramah yang baru saja mengusiknya. Ia sudah jatuh, sekarang malah diteriaki... Tidak ada yang bisa membuatnya lebih kesal dari ini...

"Aku hanya... jatuh," sahut Catriel sambil berdiri. Nadanya yang datar dan dingin memang tidak bisa dibuat pura-pura ramah, terutama pada pria kasar seperti orang yang berdiri sepuluh kaki di atasnya ini.

Tato merah di wajah si pria membuat Catriel tertarik... Ia pernah melihat tato seperti itu... Tapi-

Dengan sigap, Catriel berbalik, ke arah sumber aura yang baru saja ia rasakan.
Seorang gadis berbaju merah dengan tongkat mayoret--lagi-lagi dengan tampang kebingungan--berdiri di belakangnya...

Ugh... Kira benar-benar kesal, waktunya bersantai dan melepaskan diri dari kebisingan kota dan
orang-orang yang menurutnya sangat mengganggu kandas sudah.
Ia masih menatap gadis berambut hitam yang mengaku hanya jatuh ke jurang setinggi sepuluh kaki itu.
Tidak masuk akal bila seseorang yang jatuh hanya diam dan tidak berusaha kembali naik keatas, Kira
merasa ada sesuatu di bawah sana.

Baru saat itu ia berniat untuk turun ke bawah, memeriksa apakah ada sesuatu yang membuat gadis itu
tidak segera kembali ke atas, ia merasakan kedatangan seorang lagi.
Ugh... Semakin ramai saja. Seorang gadis berambut biru muda berdiri di belakangnya dengan ekspresi bingung.
Kira hanya menoleh sebentar, masih dengan ekspresi dinginnya, lalu Ia turun ke bawah untuk memeriksa apa yang
ada di bawah sana.
Tidak disangka-sangka, di sana ada sebuah gua.

Catriel dengan sigap mengambil jarak dari si pria yang baru saja meluncur turun dari atas tebing.
Ia memang selalu bertindak hati-hati dan penuh prasangka.

Lalu setelah bertatapan sekian lama, akhirnya Catriel mendesah dan memecah keheningan yang bodoh ini.
"Aku juga baru menemukan gua ini," akunya sambil menoleh ke arah gua yang gelap itu. "Tidak pernah dengar ada gua di sini sebelumnya..."

Namun saat si pria berambut biru hendak menjawab, lengkingan yang memekakan telinga terdengar dari dalam gua itu. Catriel melompat mundur. Ia mengisyaratkan agar si pria dan si wanita berambut biru terang juga melakukan hal yang sama karena ia merasakan sesuatu dari dalam... Sesuatu yang... bukan manusia...

Ryazely yang sedang berjalan - jalan sehabis menemui Treavanna, Ia menemukan Kira dan 2 orang yang tak dikenalnya. Dihampirinya Kira. Ia melihat 2 wanita yang sangat cantik dan sepertinya pendatang baru di End Earth ini. Ryazely seperti biasanya tersenyum ramah pada mereka.

"Hai, kalian baru ya disini? Hai Kira! sedang apa di sini?" tanya Ryazely sennag.

Kira melihat gadis itu menjauh darinya.
Matanya masih menatap gadis itu dengan pandangan dingin. Tanpa berbicara sepatah kata pun, Kira
sedikit menoleh ke arah goa itu.

"Aku juga baru menemukan gua ini,"
"Tidak pernah dengar ada gua di sini sebelumnya..."

Mungkin gadis ini benar, sepertinya Ia memang baru menemukan goa itu. Terlihat sekali dari pakaiannya yang kotor bahwa Ia tidak familiar dengan daerah sini. Ditambah lagi wajahnya yang baru pernah dilihat Kira, sepertinya Ia orang baru.

Ditengah kebekuan mereka, Kira merasakan sesuatu, sesuatu yang mengancam. Dicabutnya enver dari sarungnya (Enver:nama pistol), lalu diarahkannya ke dalam goa itu. Terdengar lengkingan mengerikan dari dalam goa. Kira melihat isyarat dari gadis berambut hitam itu dan sedikit mengangguk.

Tampak kaget karena kedua orang tersebut menyadari kehadirannya, ia mencoba menyapa. Tetapi sebelum ia melakukannya, pria berambut biru dengan tato merah melompat turun ke gua mengikuti si gadis.
Karena tidak tahu harus melakukan apa, akhirnya ia memutuskan untuk ikut masuk ke dalam gua.

Namun saat si pria berambut biru hendak menjawab, lengkingan yang memekakan telinga terdengar dari dalam gua itu. Catriel melompat mundur. Ia mengisyaratkan agar si pria dan si wanita berambut biru terang juga melakukan hal yang sama karena ia merasakan sesuatu dari dalam... Sesuatu yang... bukan manusia...

Tiba-tiba terdengar lengkingan yang memekakkan telinga. Seketika itu, si gadis melompat mundur, maka refleks, gadis berambut biru muda mengikuti gerakan si gadis.
Ouch..!Lengkingan yang mematikan!
Tidak tahu apa yang dirasakannya, tetapi ia tahu ada yang tidak beres. Ada sesuatu...yang sangat tidak disangka muncul....
Apakah itu?? Apakah mereka tahu? Seandainya saja aku punya kemampuan

Catriel mengambil posisi dengan Griffith, dan ia juga bisa merasakan si pria berpistol melakukan hal yang sama.
"Kalian... Kau, yang berambut biru terang dan kau," tuding Catriel cepat pada pria yang baru saja menyapa pria bertato yang tadi ia sebut "Kira"...

"Lebih baik ambil posisi. Ada sesuatu yang akan keluar dari situ... Dan bukan sesuatu yang ramah..."

Catriel menajamkan inderanya, mencoba mendeteksi makhluk seperti apa yang bisa mengeluarkan lengkingan tinggi dan memekakan seperti itu... Apa... Ia pernah membacanya... Sesuatu yang akan menjerit bila diusik... Jeritan kematian...

Begitu tersadar apa yang ia hadapi, Catriel terhentak. "Tutup hidung kalian!! Jangan bernapas dan menjauh dari goa!!" serunya. "Di dalam ada Mandragora!!"

"Tutup hidung kalian!! Jangan bernapas dan menjauh dari goa!! Di dalam ada Mandragora!!"

Kira melompat mundur dari goa itu. Tepat setelah Kira menjauh, keluarlah sulur tanaman, sepertinya milik
si Mandragora dan berusaha membelit kakinya.

DOR!!

Ditembaknya sulur itu dan seketika hancur, sisa-sisa sulurnya ditarik kembali oleh monster itu. Lalu keluarlah
sang Mandragora raksasa berukuran sekitar 9 kaki. Dari tubuhnya keluar semacam lendir berwarna hijau menjijikan.
Kira yang melihat sang gadis berambut biru tampak ketakutan serta bingung spontan berdiri di depannya, bermaksud
melindunginya dari serangan monster itu.
"Cepat berlindung!!" serunya pada gadis itu.

Monster itu lagi-lagi menyerukan jeritan yang memekakkan telinga. Kira menutup telinganya yang serasa berdengung
mendengar lengkingan monster itu. Ia lalu menutup hidungnya dengan selembar kain miliknya kemudian
melesat mengelilingi monster itu dengan cepat sambil menembak.
"Hei! Aku akan mengalihkan perhatiannya, larilah!" katanya pada sang gadis berambut hitam dan gadis berambut biru.

"Cepat berlindung!!" serunya pada gadis itu.

Saat itu juga si gadis berambut biru muda berlindung diantara bebatuan yang ada di goa. Karena ia belum mempunyai, atau belum menyadari, kemampuan, maka ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Mengapa di saat seperti ini aku sangat lemah?! Andai saja tongkatku ini bisa berguna

"Hei! Aku akan mengalihkan perhatiannya, larilah!" katanya pada sang gadis berambut hitam dan gadis berambut biru.

Setelah mendengar perintah lelaki yang dipanggil Kira itu, maka larilah si gadis berambut biru muda ke arah jalan keluar goa.
Sangat tidak enak jika hanya dilindungi tapi tidak melindungi..Bodoh! Apakah pria itu bisa mengatasi monster Mandragora itu sendirian, bagaimana dengan gadis itu?? pikirnya dalam hati penuh kekhawatiran.

Catriel tersenyum kecil mendengar peringatan si pria, Kira. Dengan satu lompatan, ia menancapkan Griffith ke salah satu sulur Mandragora raksasa itu.

Teriakan memekakan telinga kembali di keluarkan oleh tanaman berlendir itu, membuat Catriel terpaksa melompat mundur untuk mengambil jarak.

"Tadi kau bilang mau jadi pengalih perhatian, bukan? Lakukanlah...! Pistolmu akan sangat berguna. Aku akan mengincar sulur-sulur itu sementara kau menembaki badan utamanya!"

Ugh... Kepalanya berdengung karena jeritan mematikan si mandragora.
Ia menyempatkan diri melihat keadaan si gadis berambut biru. Bagus, Ia telah selamat. Lalu Ia
menoleh ke arah Ryazely dan berseru, "Ryazely! Kau lindungi gadis itu, aku akan mengalihkan perhatiannya."
Kira melanjutkan serangan-serangannya tanpa harus mengkhawatirkan keselamatan gadis itu.

Dengan cepat Ia melesat dan menembaki badan monster itu. Jeritannya semakin menjadi-jadi seakan
monster itu merasa sangat kesakitan. Sebenarnya rasa iba sedikit menggubris Kira, tetapi Ia tidak bisa
membiarkan monster ini hidup begitu saja setelah menyerang mereka, sifatnya yang pendendam
terkadang memang merepotkan.

"Tadi kau bilang mau jadi pengalih perhatian, bukan? Lakukanlah...! Pistolmu akan sangat berguna. Aku akan mengincar sulur-sulur itu sementara kau menembaki badan utamanya!"

Kira menoleh kearah gadis itu. Boleh juga kemampuannya. Kira sedikit tertarik dengan gadis berambut hitam
itu. Ia juga mahir menggunakan pedangnya.
"Heh. Aku tidak akan melupakan kata-kataku sendiri." katanya sambil tersenyum licik.

"Ryazely! Kau lindungi gadis itu, aku akan mengalihkan perhatiannya."

Ryazely yang baru saja datang sudah dikagetkan dengan adanya monster di gua itu. Mandragora? Monster yang sangat besar. Jarang Ryazely lihat di End Earth ini. Ryazely dengan sigap setalah meliha Kira memerintahnya langsung dengan kecepatannya berdiri di depan gadis berambut biru itu.

Ryazely melihat monster itu rasanya ingin sekali membunuhnya dengan sihirnya. Dengan membekukan mandragora itu. Tetapi jika dia langsung membekukan mandragora itu, suasana pertarungan menjadi tidak seru. Akhirnya cara Ryazely menyerang dengan sihir esnya.

Ryazely menaikkan tangannya sejajar dengan dadanya.
Ice Blade

Kristal - kristal es keluar dari tangan Ryazely. Es itu berbentuk Kristal dan keluar dalam jumlah banyak, menyerang Monster berukuran 9 kaki itu walaupun hanya setengahnya tetapi membuat luka - luka pada tubuhnya karena es itu menancap di bagian tubuhnya dengan keras.

Setelah itu, Ryazely melihat ke arah gadis berambut biru itu dan tersenyum ramah seperti biasanya.
"Tenang saja, sebentar lagi pasti kami bisa mengalahkannya." kata Ryazely tersenyum.

"Ryazely! Kau lindungi gadis itu, aku akan mengalihkan perhatiannya."

Ryazely? Siapa? Oh..ternyata ada orang lain.

"Tenang saja, sebentar lagi pasti kami bisa mengalahkannya." kata Ryazely tersenyum.

"Terimakasih telah berkata begitu.", balas gadis berambut biru muda kepada pria yang dipanggil Ryazely itu.
Jangan khawatirkan mereka lagi. Baiklah. Ini akan berakhir. Urghh..kenapa aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu. Aku hanya merepotkan saja.
"Maaf merepotkan..", lanjut gadis itu, merasa menjadi beban.

Beban...? Apa yang gadis itu katakan mengusik Catriel. Gadis itu mengingatkannya dengan dirinya di masa lalu...

Ia menusukan Griffith ke salah satu sulur terbesar si Mandragora dan mengoyaknya hingga terputus. Sulur yang terputus itu mengeluarkan cairan hijau kental berbau tidak sedap yang kemudian disusul dengan raungan si Mandragora yang kesakitan karena serangan bertubi-tubi dari tiga orang sekaligus.

Saat Catriel akan bergerak untuk kembali memutuskan sulur lainnya, keberadaan sesuatu yang baru ia rasakan memaksanya melompat mundur. Ia mendesis kesal saat menyadari apa yang berada jauh di dalam goa...

"Harusnya aku tahu... Mandragora adalah tumbuhan pemakan darah dan daging. Tapi yang ada di hadapan kita bukanlah badan utamanya. Tubuh utama Mandragora seharusnya berupa seperti manusia perempuan dengan lengkingan suara yang sanggup membunuhmu!! Yang ada di hadapan kita hanya 'badan' terpisahnya, bukan intinya!"

"Harusnya aku tahu... Mandragora adalah tumbuhan pemakan darah dan daging. Tapi yang ada di hadapan kita bukanlah badan utamanya. Tubuh utama Mandragora seharusnya berupa seperti manusia perempuan dengan lengkingan suara yang sanggup membunuhmu!! Yang ada di hadapan kita hanya 'badan' terpisahnya, bukan intinya!"

Cih!! Aku lupa hal itu. Ia baru menyadari wujud asli monster raksasa itu. Namun sekilas dilihatnya si gadis berambut hitam sedikit menunjukkan ekspresi sedih.
"Hei!! Bukanlah saat yang tepat untuk merenung!! Konsentrasi!" seru Kira pada gadis itu.

Ia tidak bisa terus menyerang bagian tubuh monster itu yang ternyata bukan badan aslinya. Kira kembali menutup
hidung dan mulutnya dengan selembar kain, lalu masuk dan mencari inti monster itu. Goa tempat monster itu berada
diselimuti kabut tebal berwarna hijau yang pastinya beracun.
"Ryazely! Sebaiknya kau urus bagian luarnya, jangan sampai gadis bertongkat mayoret itu terluka. Hei, kau, bantu
aku kedalam." seru Kira pada si gadis berambut hitam. Pedangnya akan sangat berguna dalam menghadapi
monster itu.
Matanya pedas karena kabut hijau itu. Ia terus measuk ke dalam sampai menemukan sesosok wanita yang katanya
adalah badan utama sang mandragora.

"Hei!! Bukanlah saat yang tepat untuk merenung!! Konsentrasi!"

Catriel mengangguk kemudian melompat maju sambil menghujamkan Griffith, membuka jalan baginya untuk masuk lebih dalam ke goa lembab itu.
Mengikuti pria bertato yang dipanggil Kira, Catriel berlari masuk ke dalam, menyerahkan badan tumbuhan Mandragora yang sudah setengah lumpuh itu pada Ryazely, yakin ia pasti dapat membunuhnya dengan mudah.

Kabut hijau yang semakin pekat menghalangi jalan Catriel sehingga ia terpaksa mengayunkan Griffith dengan kekuatan penuh ke tanah untuk membelah udara.

Sesosok wanita tampak di kejauhan, menyambut Catriel dan Kira. Wanita itu berambut hijau, dan seluruh tubuhnya dipenuhi sulur tanaman.
"Kita tak bisa menyerang sembarangan. Seperti monster tumbuhan tadi, ia juga pasti akan bereaksi dengan serangan kita, entah dengan cairan hijau atau dengan teriakan yang akan memecahkan kepalamu..."

"Ryazely! Sebaiknya kau urus bagian luarnya, jangan sampai gadis bertongkat mayoret itu terluka.

Ryazely menganggukkan kepala karena ini merupakan pertarungan yang cukup serius dan ia juga harus melindungi perempuan berambut biru ini. Ryazely tidak mengetahui mengapa anak itu tidak bisa memakai sihir hanya saja sudah kewajibannya untuk melindungi perempuan itu.

Banyak sekali kabut hijau yang sangat beracun keluar dari goa itu. Beracun pastinya. Untung saja hari ini Ryazely memakai jubah berwarna biru tua. Ia melepaskan jubah itu kepada wanita berambut biru itu.

"kau pakailah ini! untuk mencegahmu terkena dari racun itu!" kata Ryazely.

Ryazely juga melihat Catriel dan Kira ke dalam goa, menyerahkan tugas di bagian depan kepadanya.
Aku harus mengalahkan monster bagian depan ini. Ice blade tidaklah cukup.

Ryazely mengeluarkan jurus Ice bladenya lagi dan menusuk monster itu lagi. Monster itu tertusuk dan mengeluarkan darah lagi berwarna merah. Setelah itu Ryazely mengeluarkan Ice sword yang bisa digunakan hanya selama beberapa menit karena terbuat dari es.

Ryazely menggunakan pedang itu dan mencabik - cabik bagian monster itu hingga tak berbentuk bagian dalamnya. Ryazely lalu tersenyum pada anak perempuan berambut biru itu.
"Tenanglah! bagian sini sudah selesai!" kata Ryazely berusaha menenangkan anak itu.

Catriel mau tidak mau harus menjaga jarak dengan tubuh inti Mandragora itu. Ia tahu serangan normal hanya akan membunuh si penyerang, karena reaksi balik yang ditimbulkan si Mandragora....
Ini berarti, mereka harus menyelesaikannya dalam satu kali serang, tanpa mencabut nyawa mereka terlebih dahulu...

Kira dan aku saja mungkin bisa mengalahkan monster ini dengan sekali serang... Tapi bagaimana cara membuka momen penyerangan itu adalah masalah lain... desahnya dalam hati.

Tunggu, bukan berarti tidak ada kesempatan... Sihir Ryazely!! Es pasti akan sangat membantu dalam membuat makhluk itu terdiam, walau hanya beberapa detik...!!

Sosok wanita berambut hijau itu mendekatinya. Makhluk itu menyerang mereka dengan sulur-sulurnya.
Dengan cepat Kira menghindari sulur-sulur yang menjalar berusaha menyerangnya. Ia tidak ingin sampai
terkena sulur itu. Racun yang ditimbulkan akan menyebar sangan cepat dan mengancam keselamatan
nyawanya.

Kita tak bisa menyerang sembarangan. Seperti monster tumbuhan tadi, ia juga pasti akan bereaksi dengan serangan kita, entah dengan cairan hijau atau dengan teriakan yang akan memecahkan kepalamu...

Gadis ini sombong juga. Ia berkata seakan Kira tidak mengerti apa-apa tentang monster itu.
"Aku tahu. Cih... Kita harus memikirkan serangan yang langsung akan berpengaruh padanya."

Kira melesat menuju bagian belakang monster itu. Ia berpikir serangan apa yang mampu membuat monster itu
diam, walaupun sesaat. !!!! Kira teringat sesuatu. Sihir Ryazely itu es.
"Hei, Ryazely!! Could you lend us a hand??" serunya, meminta Ryazely masuk ke dalam dan membekukan monster
itu.

"Hei, Ryazely!! Could you lend us a hand??"

Ryazely yang sedang berbicara dengan gadis berambut biru itu mendengar suara Kira dari dalam goa. Ia meminta bantuan darinya. Entah apa yang bisa ia bantu. Ryazely ingin masuk ke dalam goa tetapi itu berarti ia harus meniggalakan perempuan di hadapannya ini untuk sementara waktu.

Ryazely kemudian membuat bola - bola es dan diberikan pada perempuan itu.
"Gunakanlah ini! kalau tiba - tiba sulur itu bergerak lagi. Lemparkan bola ini!" kata Ryazely sambil memberikan bola itu ke tangannya.

Ryazely bergegas masuk ke dalam gua dan meliha monster berkepala manusia dan berambut hijau. Wajahnya sanagn jelek untuk dilihat. Dilihatnya Kira dan Catriel di sana dengan posisi defense.
"Ada apa Kira?" tanya Ryazely.

Catriel mendesah lega saat Ryazely berlari masuk menghampiri mereka.

"Tolong lakukan sesuatu untuk membuat makhluk ini diam...! Sedetik pun akan berguna," kata Catriel sambil melompat menghindari sulur-sulur yang dengan cepat berusaha untuk menusuk dan membelit dirinya.

"Tolong lakukan sesuatu untuk membuat makhluk ini diam...! Sedetik pun akan berguna,"

Ryazely berpikir sesaat untuk membuat monster ini diam hanya untuk sementara waktu. AH! Ryazely berpikir untuk membekukannya lalu dengan segera ia mengangkat tangan kirinya dan mengeluarkan serbuk es dengan cepat.

Serbuk es itu kemudian dengan cepat membekukan monster berkepala yang sanagt menyeramkan itu.

"apa segini cukup?" tanya Ryazely.