Relaxing time...after a long walk [finished]

After all of the walking journey through End Earth, not all though, gadis bertongkat mayoret itu pergi ke tempat yang sudah ia lihat sebelumnya, yaitu The Hotspring.
Ahh..akhirnya aku bisa bersantai juga di sini... ucap gadis itu dalam hati. Kakinya yang awalnya biasa saja sekarang menjadi seperti direbus. Ketika ia menanggalkan sepatu dan kaus kakinya, kakinya terasa panas dan berwarna merah.
Oww..ouch!..kakiku sakit sekali...huh..karena perjalanan melelahkan tadi kakiku menjadi seperti ini tatapnya pada kedua kakinya. Karena sudah tidak tahu mau diapakan lagi kakinya itu, akhirnya ia merendam kakinya di dalam air hangat itu.
Ahh..lumayan..Ini sangat meredakan sakitku
"Lelahnya..Mengapa tidak ada orang ya??", kata gadis itu menyuarakan hatinya.

Catriel menatap gadis berambut biru yang akhir-akhir ini sering ia temui dengan tatapan penasaran.
Ia datang pada saat yang kurang tepat. Tapi biarlah, toh di tempat ini hanya ada dirinya dan si gadis berambut biru.

"Kita pernah bertemu," sapanya sambil mencelupkan kakinya ke dalam air hangat yang melepas rasa lelahnya setelah berlatih-tarung dengan monster-monster di Volcano.

"Kita pernah bertemu," sapanya sambil mencelupkan kakinya ke dalam air hangat yang melepas rasa lelahnya setelah berlatih-tarung dengan monster-monster di Volcano.

"Benarkah? Mungkin aku lupa, tapi sepertinya wajahmu pernah kulihat di suatu tempat.", sapa gadis bertongkat mayoret kepada si gadis berambut hitam sambil melontarkan senyumnya.
Ingatanku sangat payah!
Gadis berambut biru muda itu terus memainkan kakinya di dalam air. Ia hanya ingin rasa lelah dan sakit di kakinya menghilang.
"Aku Marianne Volxrade..dan kau?", tanya gadis berambut biru muda kepada gadis berambut hitam setelah beberapa saat hening.

"Catriel," jawabnya sambil menceburkan diri ke air panas yang beruap tebal.

Catriel meregangkan badannya dan menyibakkan rambut hitamnya, membiarkan dirinya serileks mungkin.
"Marianne, kalau begitu," sapanya, "kenapa kau berada di sini, di End Earth...?"

"Ehm..Aku tidak tahu. Kata orang yang aku temui, aku sudah meninggal. Tapi...", jawab Marianne. "Aku tidak tahu apa yang menyebabkan aku meninggal dan berada di sini..", lanjutnya dengan nada yang lebih pelan.
Wajahnya tidak seceria tadi.
Apakah wanita ini tahu? Aku harap..Iya

"Maaf kalau begitu... Bukan maksudku mengungkit masalah tentang kematian," ujarnya sambil merendahkan suaranya.

"Marianne, apa kau belum memutuskan untuk mengambil job?" tanyanya setelah memperhatikan tongkat mayoret yang diletakan si gadis di pinggir kolam air panas.

"Maaf kalau begitu... Bukan maksudku mengungkit masalah tentang kematian," ujarnya sambil merendahkan suaranya.

"Tidak apa-apa. Apalagi sekarang aku sudah lupa dengan dunia.", kata Marianne setengah hati.
Ya..bahagialah aku di sini.

"Marianne, apa kau belum memutuskan untuk mengambil job?" tanyanya setelah memperhatikan tongkat mayoret yang diletakan si gadis di pinggir kolam air panas.

"Belum. Aku rasa aku masih harus menjelajah tempat ini dulu baru memutuskan.", balas Marianne, tertawa kecil. "Apakah kau punya usulan?", tanyanya pada Catriel.

Catriel sedikit merasa bersalah telah mengungkit masa lalu Marianne. Tapi ia memutuskan bahwa suka atau tidak, cepat atau lambat, semua rahasia dan cerita juga akan terbongkar seiring berjalannya waktu...

"Apakah kau punya usulan?"

"Hmmm... Mungkin lebih baik kalau aku menanyakan bakat dan minatmu dibanding berspekulasi. After all, semua orang pasti punya kelebihan..."

"Well..Aku paling bisa bermain mayoret. Apakah itu bisa berpotensi dijadikan salah satu job?", tanya Marianne. "Minatku dan bakatku yang paling menonjol ya hanya itu. Hahahaha", lanjutnya sambil tertawa.
Wajahnya menunjukkan keceriaan, walau hatinya sedikit gundah.

Catriel tersenyum kecil mendengar gadis itu.
"Kupikir itu bukanlah hobi yang buruk... Yah, aku yakin siapapun pasti memiliki potensi alaminya. Kau juga pasti akan menemukannya suatu saat nanti."

Sambil benagkit berdiri, Catriel keluar dari kolam, menuju ke tempat ganti.
"Kepalaku sudah jauh lebih baik. Terima kasih sudah menemaniku berbincang-bincang," ujarnya pada si gadis berambut biru.

"Iya, sama-sama. Terimakasih juga atas pendapatmu....", kata Marianne pada Catriel.
Ia pun ikut bangkit berdiri. Kakinya sudah lebih baik.
"Aku juga sudahan ah! hehehe", tawanya kepada gadis berambut hitam. :P

"Iya, sama-sama. Terimakasih juga atas pendapatmu...."

Catriel tersenyum tipis sebagai jawaban. Ia kemudian mengganti pakaiannya dan keluar dari Hotspring.
Gadis berambut bitu itu, Marianne, sangat bertolak belakang dengannya dalam berbagai hal... Namun entah kenapa ia tidak keberatan untuk ada di sekitarnya. Mungkin karena justru di dalam perbedaan itulah terdapat ikatan yang sesungguhnya...

[Catriel Out]