One Way to Let It Out [finished]

Catriel berjalan di Valley, menikmati malam itu dalam kesunyian.
Ia merenungkan kehidupannya, baik sebelum ini dan saat ia telah berada di End Earth. Banyak hal yang telah terjadi dalam hidupnya, dan ia tahu bahwa itu semua membantunya untuk bertumbuh.

Tapi kejadian di dalam goa tersembunyi kemarin ini telah menyadarkannya pada satu hal. Tidak ada makhluk apapun yang mampu bertahan seorang diri. Tanpa bantuan si pria bertato yang bernama Kira, dan si pria berambut biru, Ryazely, ia pasti tidak akan mampu menghadapi Mandragora raksasa itu.

Tapi tetap saja ada bagian dari dirinya yang tidak ingin menerima kenyataan itu. Ia tidak mau mengulang kesalahannya yang lama... Karena ia tahu, pertalian seperti apapun pasti akan putus suatu saat nanti, sama seperti bunga yang cantik akan layu juga pada musim dingin. Tapi keraguan selalu menyelimutinya. Ia tidak yakin untuk apa ia hidup, bahkan sampai masuk ke End Earth. Ia merasa tak layak...

Tanpa sadar, Catriel telah berpikir terlalu jauh dan menggenggam tangannya dengan erat sampai meneteskan darah...
Ia mendekap tangannya yang terluka... Berharap mendapatkan jawaban akan kegundahannya...

[timeline: seminggu setelah mandragora]
Malam itu Kira kembali ke valley. Entah apa yang membuatnya dapat kembali ke sana, yang jelas Ia merasa
ada sesuatu yang mengganjal. Selama ini Ia terus memikirkan dendam, dendam yang tidak dapat dipisahkan
dari dirinya, dendam yang seakan menjadi bagian dari dirinya yang sudah ternoda dengan darah.

Bekas luka yang disebabkan oleh makhluk yang paling dibencinya di seluruh penjuru dunia ini belum hilang
sepenuhnya. Ia memegang lukanya, kebencian kembali berkecamuk di dalam dirinya. Belum puaskah kau
menyiksaku?? Kira mengerutkan alisnya, mencoba mengusir rasa benci yang seakan menguasai dirinya.
Ia merebahkan diri di atas rumput hijau, memandang langit penuh bintang yang senantiasa menemaninya.

Kira mulai bertanya-tanya mengapa Ia dinamai sesuai bintang paling terang di angkasa. Ia tidaklah seperti cahaya.
Dipegangnya tato merah di matanya. Ugh...Ia tidak ingin mengingat bagaimana Ia mendapatkan tato itu.
Diletakkannya tangannya menutupi kedua matanya.

...!! Kira merasakan hawa keberadaan orang lain selain dirinya di lembah itu. Ia bangkit berdiri dan mencabut
enver. Lalu dengan cepat mengarahkan enver pada orang itu.
"!!! Catriel!! Sedang apa kau disini?" katanya sambil kembali menyarungkan enver.

Catriel duduk di sisi lembah berumput hijau itu dan kembali menatap langit malam End Earth yang dipenuhi dengan bintang dengan berbagai cahaya. Ia percaya, bahwa salah satu cara berbicara dengan mereka yang telah tiada adalah dengan menengadah pada langit berbintang. Rasanya nyaman mempercayai bahwa salah satu dari bintang itu adalah keluarganya yang telah tiada...

"!!! Catriel!! Sedang apa kau disini?"

Catriel menoleh dengan cepat. Ia nyaris tidak merasakan kehadiran Kira karena terlalu tenggelam dalam dirinya sendiri.
"Kira...? ...Sedang apa katamu? ...Tidak melakukan apa-apa seperti yang kau lihat," balas Catriel.

Ia tidak pernah terbiasa mengobrol dengan orang lain. Tapi rasanya pria bertato ini memiliki kemiripan dengannya, entah di mana...
"Kau sendiri, sedang apa di Valley selarut ini?"

Kira...? ...Sedang apa katamu? ...Tidak melakukan apa-apa seperti yang kau lihat,

Catriel terlihat sama bingungnya dengan Kira yang bertanya-tanya mengapa Catriel ada di sini. Ugh... Kira
memang tidak pernah menyukai berinteraksi dengan orang lain. Ia lebih suka sendiri di mana tidak ada orang
yang mengganggunya.

Kau sendiri, sedang apa di Valley selarut ini?

Kira menghela napasnya. Ia yang tadinya hanya ingin sendiri saja di lembah itu malahan bertemu dengan Catriel.
Namun sekedar menghargai tata krama, Ia merebahkan diri di samping Catriel, kembali menatap langit.
"Aku sendiri tidak yakin mengapa aku kesini." jawabnya dingin.

Dari nada bicaranya, Kira merasa Catriel juga merupakan tipe penyendiri sepertinya. Kira terdiam, tidak tahu
harus berkata apa. Memang ia tidak suka berinteraksi dengan orang lain, terutama dengan orang yang baru
dikenalnya seperti Catriel. Mata abu-abunya tertuju pada bintang-bintang yang bertebaran di langit malam,
sunyi... Tanpa suara...

"Aku sendiri tidak yakin mengapa aku kesini."

Catriel mengangguk samar dan kembali mendekap lututnya dan menatap langit. Ia tahu Kira mirip dengannya, dan ia juga tahu ada saat di mana seseorang membutuhkan waktu bagi diri mereka sendiri, seperti ia saat ini.

Setelah menatap langit dalam keheningan, tiba-tiba salah satu bintang menyala berkedip-kedip, lalu pudar dan jatuh membentuk komet yang melintas di langit malam dengan cepat.
"Bintang itu mati..." gumamnya.

Catriel menggeleng perlahan kemudian memandang hamparan rumput yang luas di bawah bukit itu. "Apakah kau tidak pernah berpikir bahwa kehidupan manusia sama seperti bintang-bintang itu...? Mereka menyala, memberikan kehidupan, kemudian memudar, dan mati..."

Bintang itu mati...

Mati? Kira tidak yakin bintang itu mati. Bagaimana mungkin sesuatu yang mati dapat menimbulkan sesuatu yang
begitu indah? Dan bagaimana makhluk xion maupun end earth mengetahui bahwa bintang itu mati?
"Bagaimana kau tahu bila bintang itu mati? Kau tidak pernah mendekatinya, bukan?" kata Kira datar. Ya, Ia memang
amat menyukai bintang. Langit dan bintang, dua hal yang benar-benar disukai Kira.

Apakah kau tidak pernah berpikir bahwa kehidupan manusia sama seperti bintang-bintang itu...? Mereka menyala, memberikan kehidupan, kemudian memudar, dan mati...

Mata Kira tetap tertuju pada bintang-bintang di langit. Ia memikirkan kata-kata Catriel, mungkin ada benarnya juga.
"Menurutku... Orang-orang yang sudah tiada naik ke langit dan menjadi bintang, sehingga mereka masih bisa
mengawasi kita dari atas sana."

Kira kembali berpikir, Ia memegang tato merah di matanya, lalu memejamkan matanya. Entah mengapa kenangan
tentang bagaimana Ia memperoleh tato itu kembali muncul, kenangan yang tidak ingin diingatnya, kenangan yang
ingin dipendamnya dalam-dalam.

"Bagaimana kau tahu bila bintang itu mati? Kau tidak pernah mendekatinya, bukan?"

Catriel menunduk. "Ayah pernah mengajariku mengenai bintang... Ia mengatakan bahwa jika bintang itu akan padam dan mati, ia akan berkelap-kelip seperti tadi kemudian jatuh..."

[/quote]"Menurutku... Orang-orang yang sudah tiada naik ke langit dan menjadi bintang, sehingga mereka masih bisa
mengawasi kita dari atas sana."
[quote]

"Aku juga berpikir seperti itu," ujar Catriel sambil kembali memandangi hamparan rumput...

Ada perasaan tidak suka tiba-tiba yang menyala pada dirinya. Lelaki ini terlalu mengingatkannya pada masa lalunya...
Terlebih lagi dengan kata-katanya barusan... Kata-kata yang sama persis dengan apa yang ia selalu dengar dan pegang selama hidupnya...

"Kau benar-benar tidak berperasaan,ya," katanya pada Kira sambil tersenyum pahit, "menyuarakan pendapat yang sama dengan orang itu..."

Ayah pernah mengajariku mengenai bintang... Ia mengatakan bahwa jika bintang itu akan padam dan mati, ia akan berkelap-kelip seperti tadi kemudian jatuh...

Ayah... Kira mengerutkan alisnya. Ia tidak ingin mengingat apa pun tentang ayahnya. Ia bahkan tidak ingin
mengingat apapun tentang kehidupan sebelumnya, baginya hal itu terlalu menyakitkan. ia memqalingkan wajahnya
sari Catriel, Ia yang membuatnya mengingat masa lalunya yang pahit.

Kau benar-benar tidak berperasaan,ya, menyuarakan pendapat yang sama dengan orang itu...

Orang itu? Siapa orang itu? Kira tersenyum sinis. Tidak berperasaan? Huh.. Kata-kata itu memang tepat untuk
mendeskripsikan pria berambut navy itu. Memang sudah sejak lama Ia membuang perasaannya jauh-jauh.
"Huh...Apa yang kau tahu tentang 'berperasaan'? Lagipula aku tidak peduli apa perasaannmu terhadap perkataanku,
aku hanya mengatakan yang kumau, itu saja."

Ekspresi wajah Kira dingin, mencekam. Bila sudah menyangkut masa lalu ataupun 'perasaan' dalam dirinya, Ia memang
kembali ke sifat asalnya.

"Huh...Apa yang kau tahu tentang 'berperasaan'? Lagipula aku tidak peduli apa perasaannmu terhadap perkataanku,
aku hanya mengatakan yang kumau, itu saja."

Catriel mendelik ke arah pria itu, dan menatapnya dengan dingin.
"Kau tidak mengetahui apapun tentang 'perasaan' bila milikmu sendiri telah mati. Aku sendiri tidak peduli dengan perasaanku, tapi apa yang kau katakan telah merendahkan harga diriku..."

Kau tidak mengetahui apapun tentang 'perasaan' bila milikmu sendiri telah mati. Aku sendiri tidak peduli dengan perasaanku, tapi apa yang kau katakan telah merendahkan harga diriku...

Ekspresi Kira semakin dingin. Ia menyinggungkan sebuah senyum, sama sekali bukan senyuman yang lembut,
senyuman itu dingin, sinis, dan menghina.
"Heh! Ya, memang perasaanku telah mati. Apa pedulimu? Lagipula siapa yang peduli pada harga dirimu?"
Nada perkataannya seolah menantang Catriel.

Catriel tidak bereaksi terhadap hinaan si pria bertato. Ia hanya memandang Kira dengan dingin, dan saat berikutnya ia telah berdiri.

"Memang... Aku juga tidak peduli. Aku yang bodoh telah mempertahankan apa yang seharusnya bukan milikku lagi..." kata Catriel dingin.

Kabut keperakan berputar di tangan kanannya dengan cepat, dan dalam detik berikutnya, Griffith telah ada di tangannya...

Memang... Aku juga tidak peduli. Aku yang bodoh telah mempertahankan apa yang seharusnya bukan milikku lagi...

Kira mempertahankan senyum sinisnya. Ia yang kini melihat Catriel sudah menggenggam pedang miliknya, dengan
sekejap melesat ke belakang Catriel dan mengarahkan Enver ke kepala Catriel. Kecepatannya memang melampaui
manusia biasa.

"Jangan coba-coba. Kecepatanmu takkan mengalahkanku." katanya sinis sambil tetap tersenyum sinis.
Memang Kira sudah terlatih untuk menandingi kecepatan vampire sehingga mau tidak mau Ia juga meiliki kecepatan
setara dengan kaum vampire.

Catriel terkejut melihat kecepatan Kira.

"Jangan coba-coba. Kecepatanmu takkan mengalahkanku."

Tapi, rupanya ia dipandang terlalu rendah oleh pria ini. Catriel tidak bergerak, tatapannya dingin dan lurus ke hamparan rumput di hadapannya... Dalam detik selanjutnya kabut keperakan telah menyelimuti Griffith dan tubuhnya, mengalir deras dari sekujur tubuhnya...

Bila pria itu memiliki bekal kekuatan dari kehidupan sebelumnya, Catriel pun juga memilikinya...

Tanpa membalikan badan, ia menyapukan Kira agar menjauh darinya dengan aura keperakan itu. Ia berbalik, dan kini mata scarletnya menyala terang, tanda ia siap menggunakan kekuatannya...

Hmm....Sepetinya wanita ini boleh juga.. batin Kira.
Ia merasa tertarik dengan gadis ini. Ia sepertinya menguasai teknik pedang dengan baik. Hal itu bisa terlihat
dari usahanya yang cukup berhasil untuk menjauhkan Kira darinya.

Kira melesat mundur, menghindari sapuan pedang Catriel yang cukup cepat, tetapi kurang cepat untuk mengenai
Kira. Agaknya gadis ini serius. Kira mengisi Enver dengan 6 butir peluru, jumlah maksimal yang dapat diisikan pada
Enver. Mata abu-abu Kira berubah merah, tanda Ia mulai serius menghadapi lawannya.

Diarahkannya Enver ke arah gadis itu, menunggu momen yang tepat untuk menyerang.
"Heh...Kita lihat kemampuanmu seperti apa..." Kira menantang sang gadis swordman itu.

"Come..."

Catriel diam tidak bergeming di hadapan Kira yang telah membangkitkan kekuatannya. Matanya menatap dingin ke depan, namun ia tidak bergerak. Atau lebih tepatnya, ia tidak perlu untuk bergerak.

Catriel memainkan Griffithnya dengan elegan namun perlahan, membuat gerakan-gerakan indah yang menimbulkan percikan aura keperakan yang masih terus keluar dari tubuh dan pedangnya. Membuat perisai perak dari gerakan-gerakan itu, Griffith yang tadinya berwarna perak mulai menyala, membuyarkan aura keperakan itu lebih lagi...

"Come..."

Catriel tetap memainkan pedangnya dengan anggun. Dengan begini ia tidak lagi perlu menutupi jati dirinya. Semua sudah terungkap dari tekniknya... Ia adalah seorang Rune Knight di kehidupannya di masa lalu...

Code:

Maap, tapi Catriel emang char fanfict Ragnarok gw... :-p

Catriel memainkan pedangnya dengan sangat anggun. Teknik seperti ini... hanya dikuasai oleh seorang
Rune Knight. Jadi itulah Ia di kehidupan sebelumnya. Aura-aura keperakan tampak melesat dengan cepat
menuju Kira, siap untuk membuatnya terbelah.

Heh..Belum cukup Kira melesat mendekati Catriel, menghindari semua aura keperakan yang keluar
dari pedang gadis itu. Lalu Ia meletakkan jari kelingkingnya ke palatuk Enver, siap untuk menembak.
Mengapa bukan telunjuk? Itulah ciri khas clan pemburu vampire Kira di kehidupan sebelumnya. Grip handgun
yang tidak biasa.

"Hei, apakah hanya segini kemampuanmu? Buktikanlah 'harga diri' mu yang begitu kau sanjung." Kira seperti
dan memang memprovokasi Catriel supaya Ia bertarung serius. Kira mulai menembakkan 2 buah peluru.
Di saat yang bersamaan, Ia melesat ke belakang Catriel dan memukulkan Enver ke punggung gadis itu.

Catriel memutar sekali lagi Griffith, kali ini dengan kecepatan yang jauuh lebih dashat sehingga Griffith menyala jauh lebih terang.

Hei, apakah hanya segini kemampuanmu? Buktikanlah 'harga diri' mu yang begitu kau sanjung."

Catriel tidak mengelak sama sekali saat Kira menembakan pelurunya. Sebagai gantinya, aura keperakan itu telah menahannya dengan sempurna. Dan saat Kira masuk ke bagian belakang posisi Catriel, ia melompat sambil mengayunkan Griffith, yang jangkauannya telah diperpanjang dengan aura keperakan yang menyelimutinya.

"Orang seperti dirimu tahu apa mengenai harga diri seorang Knight?!"

Orang seperti dirimu tahu apa mengenai harga diri seorang Knight?!

Kira kembali tersenyum sinis. Ia sadar bahwa Catriel telah benar-benar serius. Kedua pelurunya ditangkis oleh
gadis itu. Di saat Catriel melompat dan mengayunkan pedangnya untuk menebas Kira, Ia ikut melompat dan
menendang gadis itu di udara.

"Aku memang tidak peduli dengan 'harga diri' knight yang sangat kau banggakan itu. Kau memang manja.
Hidup hanya untuk hal semu bernama 'harga diri.'" kata-kata yang keluar dari mulut sang gunslinger sedikit
sesuai dengan kehidupannya di masa lampau. Ia memang mempunyai harga diri yang tinggi, namun Ia paling
benci dengan orang yang berlagak tahu akan harga diri.

Harga diri Kira yang tinggi habis diinjak-injak oleh makhluk itu, buktinya adalah bekas luka memanjang dari bahu
hingga pinggangnya. Screw the dignity, sekarang ini Kira hanya memikirkan tentang dendamnya terhadap makhluk
itu. Ia memang sudah terlalu lama hidup dalam bayang-bayang dendam.

Catriel menangkis tendangan Kira sehingga tidak terkena langsung ke tubuhnya dengan Griffith, walau sebagai impactnya, tangan kananya menjadi sedikit kebas akibat tendangan itu. Namun saat ia terlempar beberapa kaki ke belakang, ia menggoreskan Griffith ke lengan kirinya sendiri. Darah segar mengucur dengan deras dari luka itu...

"Aku memang tidak peduli dengan 'harga diri' knight yang sangat kau banggakan itu. Kau memang manja.
Hidup hanya untuk hal semu bernama 'harga diri.'"

Catriel membiarkan darahnya membasahi seluruh tangan kirinya, kemudian menempelkan Griffith di atasnya. Dengan cepat, tetesan darah itu berputar dan berubah menjadi tato yang langsung menyelubungi Griffith.

"Aku tidak peduli... Aku telah gagal mempertahankan baik harga diriku maupun nyawa orang-orang yang berharga bagiku... Sejak malam itu, aku telah kehilangan semuanya, baik sebagai seorang Rune Knight ataupun manusia. Tapi aku tidak akan membiarkan orang yang hidup demi diri sendiri sepertimu mengomentari hidupku...!"

Catriel melangkah mundur, dan mengibaskan Griffith yang sekarang memiliki ukiran darah. Aura keperakan membelah tanah, diikuti dengan sulur-sulur merah kehitaman yang berpencar dari pedangnya.

Kira mendarat dengan mulus di tanah, tendangannya tidak sepenuhnya kena, namun Ia dapat melihat akibat
yang ditimbulkannya terhadap Catriel. Dalam sekejap gadis itu mengeluarkan sulur-sulur merah kehitaman
dari pedangnya. Kira berusaha menghindari sulur-sulur itu, namun tidak berhasil dihindarinya dengan sempurna.
Lengan kirinya tergores sulur itu, darah segar mengucur dari lengannya.

Aku tidak peduli... Aku telah gagal mempertahankan baik harga diriku maupun nyawa orang-orang yang berharga bagiku... Sejak malam itu, aku telah kehilangan semuanya, baik sebagai seorang Rune Knight ataupun manusia. Tapi aku tidak akan membiarkan orang yang hidup demi diri sendiri sepertimu mengomentari hidupku...!

Kira melepas pakaian atasnya. Tato di wajahnya ternyata terus bersambung sampai di lengan kirinya, karena itulah
Ia selalu menutupu lengan kirinya. Tato merah di tubuh sebelah kirinya menyala merah. Kecepatannya menjadi dua kali
lipat. ia mencabut handgunnya yang satu lagi, Hades.

"Kehilangan?? Apa yang kau tahu tentang kehilangan seseorang yang berharga bagimu?? Apa yang kau tahu
tentang kehilangan harga dirimu sebagai manusia?? Huh.. Kau tidak tahu apapun. Aku telah ditandai sebagai
makhluk hina, tato ini adalah buktinya!! Hanya karena harga diri sialmu itu kau mengeluh?! Jangan bercanda!!"
Kira mengumpulkan tenaga di sekitarnya ke dalam tubuhnya. Semacam petir hitam menyelimutiya. Ia menembakkan
aura-aura hitam yang berperan sebagai peluru ke arah Catriel, lalu melesat ke arahnya dan menendangnya tepat
di tengah perut gadis itu.

Catriel melompat ke belakang saat Kira memperlihatkan tatonya. Aura di sekitar pria itu telah berubah drastis, dan itu, tentu saja, berbahaya...

"Kehilangan?? Apa yang kau tahu tentang kehilangan seseorang yang berharga bagimu?? Apa yang kau tahu
tentang kehilangan harga dirimu sebagai manusia?? Huh.. Kau tidak tahu apapun. Aku telah ditandai sebagai
makhluk hina, tato ini adalah buktinya!! Hanya karena harga diri sialmu itu kau mengeluh?! Jangan bercanda!!"

Catriel tidak menurunkan kewaspadaannya saat Kira maju, namun kecepatan pria itu telah berlipat ganda dari sebelumnya. Tendangan itu berhasil ditangkis oleh Griffith, namun tidak sempurna. Catriel terlempar mundur sejauh empat kaki.

Namun ia tidak peduli. Sesakit apapun tubuhnya, hatinya tetap berteriak, dan pria ini telah membuat semua itu tumpah keluar... Semua yang selama ini dipendamnya di kegelapan yang paling dalam...

"Jangan meninggikan dirimu sendiri...!! Apa yang kau tahu tentang aku?! Kau tidak tahu apapun!!" teriak Catriel sambil kembali menyelimuti diri dan pedangnya dengan aura perak yang kini mengalir lebih deras. Wajahnya bersimbah air mata, hasil campuran antara emosi kekesalan, kebencian, dan penderitaan...

Catriel melompat maju, kali ini dengan kecepatan lebih.

"Rune Knight adalah orang yang dipercaya untuk menjaga kedamaian dan negara... Tapi apa yang bisa kuperbuat?! Dalam misi pertamaku menjadi setelah dilantik, kota yang harusnya kulindungi telah seluruhnya hancur tanpa sisa...!! Termasuk juga keluargaku!!"

Rune Knight adalah orang yang dipercaya untuk menjaga kedamaian dan negara... Tapi apa yang bisa kuperbuat?! Dalam misi pertamaku menjadi setelah dilantik, kota yang harusnya kulindungi telah seluruhnya hancur tanpa sisa...!! Termasuk juga keluargaku!!"

Kira menatap gadis itu lekat-lekat dengan matanya yang sekarang berubah merah. Ia betul-betul mirip dengannya.
Kehilangan sesuatu yang berharga karena dirinya sendiri, sama seperti Kira yang bahkan membunuh seluruh anggota
keluarganya. Gadis itu tampak marah, ia melesat ke arahnya dengan kecepatan yang tidak biasa.

"Keluarga...Huh! Aku sudah membuang hal itu sejak lama. Beruntung kau masih mempunyai seseorang untuk
dilindungi. Bahkan anggota clanku yang selama ini kuanggap sebagai keluargakulah yang mengakhiri hidupku di
Xion! Menjaga kedamaian, seseorang yang kaulindungi, bull shit!! Selama ini yang membuatku tetap bertahan hidup
hanyalah dendam. Ya, kau itu terlalu naif!"

Kira melesat ke belakang gadis itu dan menarik pelatuk enver dan hades, handgunnya yang berarti neraka.
Ya, selama ini Kira hidup dalam neraka dendam dan kebencian, selama ini ia hidup tanpa cahaya. Karena itu Ia
benci dengan namanya, nama yang sangat bertolak belakang dengan dirinya. Kira...yang berarti cahaya.

Catriel melesat maju, mengayunkan Griffith yang langsung membelah tanah dan udara dalam sekali ayun dengna aura perak dan sulur darahnya, daya hancur yang paling ditakuti seorang Rune Knight, Aura Blade...

"Keluarga...Huh! Aku sudah membuang hal itu sejak lama. Beruntung kau masih mempunyai seseorang untuk
dilindungi. Bahkan anggota clanku yang selama ini kuanggap sebagai keluargakulah yang mengakhiri hidupku di
Xion! Menjaga kedamaian, seseorang yang kaulindungi, bull shit!! Selama ini yang membuatku tetap bertahan hidup
hanyalah dendam. Ya, kau itu terlalu naif!"

Saat Kira memutar ke belakang Catriel dan menarik pelatuk, Catriel merendahkan tubuhnya kemudian memutar tubuhnya dengan cepat sambil mengayunkan Griffith.

"Kau kira aku memiliki sesuatu untuk dilihat dalam hidupku?! Tidak ada...! Kemanapun aku pergi selalu sama saja!" teriak Catriel marah sambil mengayunkan Griffith.

"Aku tidak peduli kenaifan atau apa, tapi kenyataan yang ada di hadapanku selalu saja mengulang-ulang hal yang sama! Jeritan dan teriakan mereka yang tidak berhasil kulindungi, mereka selalu terulang-ulang dalam diriku sampai aku muak dan merasa gila!!"

Aura blade... Serangan terkuat seorang Rune Knight. Ia berusaha menghindarinya, namun sulit. Paha dan bahunya
tergores serangan catriel, darah kembali memancar keluar.

Kau kira aku memiliki sesuatu untuk dilihat dalam hidupku?! Tidak ada...! Kemanapun aku pergi selalu sama saja!

Kira melihat gadis itu mengayunkan pedangnya sekali lagi. Kira melompat dan menginjak pedang gadis itu, lalu
manghantam pipinya dengan Enver.

Aku tidak peduli kenaifan atau apa, tapi kenyataan yang ada di hadapanku selalu saja mengulang-ulang hal yang sama! Jeritan dan teriakan mereka yang tidak berhasil kulindungi, mereka selalu terulang-ulang dalam diriku sampai aku muak dan merasa gila!!

Jeritan... Ia benar-benar seperti Kira. Setiap malam, Kira selalu bermimpi tentang hari di mana keluarganya mati
ditangannya sendiri, hari di mana Ia dihukum mati oleh anggota clannya. Karena itulah Kira jarang tidur. Tidur hanya
akan mengingatkannya pada kenangan yang sangat tidak ingin diingatnya.

"Kau hanya berlagak seperti hanya kau yang mengalami hal seperti itu. Lihatlah kenyataan!! Jeritan, teriakan, apa
lagi yang menjadi alasanmu untuk lari dari fakta bahwa kau tidak mampu melindungi orang yang berharga bagimu.
Fakta bahwa kau belum pantas disebut sebagai seorang knight!"

Catriel nyaris tidak sempat bereaksi saat Kira menjadikan Griffith sebagai tumpuan kakinya. Ia terhantam oleh Enver...

"Kau hanya berlagak seperti hanya kau yang mengalami hal seperti itu. Lihatlah kenyataan!! Jeritan, teriakan, apa
lagi yang menjadi alasanmu untuk lari dari fakta bahwa kau tidak mampu melindungi orang yang berharga bagimu.
Fakta bahwa kau belum pantas disebut sebagai seorang knight!"

Ia tidak bergerak...
Aura keperakan berhambur keluar dari diri dan pedangnya, kemudian menguap ke udara malam dan menghilang.
Catriel jatuh berlutut di atas hamparan rumput, menggenggam liontin perak yang ia kenakan dengan tangan yang tidak memegang Griffith. Itu adalah liontin tanda bahwa seseorang telah dilantik oleh Raja untuk menyandang gelar Rune Knight, tingkat paling tinggi dalam jajaran Knight. Air mata membanjiri wajahnya....

"Tahu apa kau mengenai Knight...? Kalau memang seperti itu apa yang kuperjuangkan selama ini...? Apa kau mengatakan bahwa liontin dan pedang perak ini hanya ilusi yang tidak pantas kudapatkan?!"