the second chance

dunia yang dilihat oleh rosarium semakin gelapdan dingin, pandangan terakhirnya menunjukan bahwa ia telah ditebas oleh pedang suci prtnernya yang telah dirasuki oleh setan. tawa kejam sang setan masih terngiang di kepalanya, badanya telah terbelah menjadi dua, kesadarannya hilang.

ia tersadar. Berdiri di tengah-tengah kerumunan orang dan berada di dunia yang baru membuat ia terdiam.
dimana? ia hanye mengingat bahwa ia sedang bertarung dengan partnernya yang kerasukan di ruang utama markas tenebra (kegelapan, latin). ia melihat sekeliling dansadar, badannya masih utuh.

bukankah seharusnya aku telah dibelah dua oleh pedang sucinya??pikir rosarium sambil memegang bagian yang sehrusnya terpotong itu....mungkinkah...aku ...hidup lagi?

berusaha membuktikan teorinya ia mencari ke sekliling dan mencoba bertanya pada orang lain."permisi, apakah saya boleh tanya di sini dimana?" tanyanya kepada salah satu orang yang melewatinya.

Spoiler:

Timeline : Patroli mingguan

Rin kembali menjejakkan kakinya dengan malas di tengah pusat kota. Pusat kota, tempat yang paling tidak disukai Rin. Bagaimana tidak, hampir semua syarat tempat yang ia sukai tidak ada di sana. Suasana yang selalu dihiasi hiruk pikuk keramaian, lalu lalang orang, kebisingan yang tidak ada habisnya, dan terik matahari yang begitu menyengat tidak pernah bersahabat bagi Rin.

Kalau bukan karena perintah Ryo, aku tidak mungkin ada di tempat seperti ini..

Berada di tempat seperti ini memang tidak pernah membawa suasana hati yang baik bagi Rin. Tidak heran kalau ia akan bersikap dingin pada orang yang ditemuinya. Padahal, tujuan Ryo menugaskan Rin di tempat ini adalah untuk bersosialisasi.

permisi, apakah saya boleh tanya di sini dimana?

Terdengar suara seorang perempuan yang bertanya pada orang-orang yang melaluinya. Rin tadinya hanya memperhatikannya dari kejauhan. Merasa kasihan karena pertanyaannya diabaikan, ia pun menjalankan tugasnya untuk membantu di End Earth. Tampaknya gadis ini juga baru tiba di tempat ini.

"Jangan berdiri di tengah jalan. Kau mengganggu lalu lalang. Di sini End Earh, tepatnya Kerajaan Eternia. Kau baru di sini?" tanya Rin dingin. Ia memang sulit berhadapan dengan orang lain.

Spoiler:

Marianne sedang berjalan-jalan siang ke plaza. Ia sedang ingin melihat-lihat keramaian kota. Moodnya sekarang lagi bagus jadi tidak masalah ada keributan di sekelilingnya.

Saat ia melihat-lihat dan mencoba mencari-cari sesuatu yang menarik. Ia melihat ada dua orang. salah satunya pernah ia temui.
Kenapa ia ada di sini?? sedang menegur orang seperti waktu itu lagi??

"permisi, apakah saya boleh tanya di sini dimana?"

"Jangan berdiri di tengah jalan. Kau mengganggu lalu lalang. Di sini End Earh, tepatnya Kerajaan Eternia. Kau baru di sini?"

"Hey!", katanya seraya menghampiri kedua orang tersebut. " Salam kenal (ke arah Rosarium). Kau (berbalik ke arah Rin : dengan tampang kesal), sedang mnegur orang lagi huh?? seperti yang kau lakukan padaku?!" tanya Marianne kepada Rin.

Spoiler:

Nyaris tak pernah ada rasa bosan untuk pergi ke Plaza bagi Treavana karena disanalah ia bisa bertemu banyak orang baru.. Baginya, berkenalan adalah hal yang menyenangkan. Kali ini ia sendirian karena Sagu-chan, kelinci peliharaannnya sedang tidak ikut karena tidak dalam kondisi prima. Ia tidak mau membuat kelinci yang sedang tidur nyenyak di ruamhnya itu pingsan di tengah jalan.

"Jangan berdiri di tengah jalan. Kau mengganggu lalu lalang. Di sini End Earh, tepatnya Kerajaan Eternia. Kau baru di sini?"

Suara itu..
Kalimatnya yang kurang bersahabat dan dingin namun bermaksud baik..
katanya dalam hati.

"Rin-san.. apa kabar? Hehehe.."
sapanya riang. Ternyata Rin sudah disapa terlebih dahulu oleh gadis berambut biru.
"Mmm.. permisi. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"
tanya Treavana pada gadis berambut biru tersebut.

Spoiler:

"Jangan berdiri di tengah jalan. Kau mengganggu lalu lalang. Di sini End Earh, tepatnya Kerajaan Eternia. Kau baru di sini?"

Jawaban pertama yang diterima oleh Rosarium adalah jawaban ketus, namun dirinya sendiri sudah kebal akan kata-kata sinis dari pekerjaannya yaitu menangani setan , ia pun mengganggap teguran itu hanyalah sesuatu yang biasa. Ia tersenyum dar berkata " Terima kasih telah memperingatkan saya, benar saya baru saja sadar..." jawabnya dengan tetap tersenyum

" Salam kenal

"Mmm.. permisi. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

wah...tempat yang ramai... Begitu pikir Rosarium yang terbiasa hiduup di dunia gelap di bawah Vatikan. " kalau begitu, semuannya salam kenal, namaku Meraorcus Rosarium, panggil saja Mer...ah, tidak Rosarium." jawab Rosarium sambil tetap tersenyum. air mukannya tak berubah, tetap tersenyum,baik marah, sedih ataupun senang.

Sebenarnya panggilannya di tenebra adalah Mera, tetapi itu adalah namanya saat bertugas, Ia pikir ini berbeda dari dunianya yang lama.
"Boleh saya bertannya, Saya sendiri yakin saya baru saja mati...lalu, bisa tolong jelaskan bagaimana saya bisa berada di sini..?" Tanya Rosarium.

Spoiler:

Rin sadar bahwa ada orang yang sedang berdiri di dekat mereka. Ia mendengar orang yang mendekati mereka itu berkata,

Salam kenal (ke arah Rosarium). Kau (berbalik ke arah Rin : dengan tampang kesal), sedang mnegur orang lagi huh?? seperti yang kau lakukan padaku?!

Rin berpaling ke arah orang yang mengeluarkan suara tersebut. Dilihatnya seorang anak perempuan muda berambut biru yang ia temui di plaza juga saat patroli beberapa saat yang lalu.

Rin melihat wajah anak perempuan itu tampak kesal. Rin pun tidak menunjukkan ekspresi apa-apa. Ia hanya menjawab perkataan anak itu seadanya, "Apa urusanmu? Aku juga tidak mau berurusan dengan kalian kalau itu bukan tugasku." Suara Rin terdengar dingin, tapi Rin tidak peduli. Rin tidak terlalu suka bersosialisasi dengan orang lain, apalagi orang yang belum ia kenal sebelumnya.

Rin-san.. apa kabar? Hehehe..

Lagi-lagi Rin mendengar suara yang familiar di telinganya. Pemilik suara ceria itu pastilah Treavana, gadis yang selalu membawa kelinci peliharaannya ke mana-mana itu.

Kenapa hari ini ada banyak sekali orang-orang??

Inilah salah satu alasan ia tidak menyukai plaza. Ia selalu bertemu dengan banyak orang di tempat seperti ini. Rin hanya menjawab dengan singkat dan padat pertanyaan Treavana, "Baik. Kau juga kelihatannya baik, Trea."

Boleh saya bertannya, Saya sendiri yakin saya baru saja mati...lalu, bisa tolong jelaskan bagaimana saya bisa berada di sini..?

Memecah keheningan dari dirinya, gadis yang baru ia temui itu membuka mulutnya. Cukup jelas dan umum pertanyaan yang diajukan olehnya.

Pertanyaan klise..

Memang itulah pertanyaan yang biasa diajukan oleh orang-oprang yang pertama kali tiba di End Earth. Merasa malas, Rin memenuhi tugasnya sebagai anggota kerajaan untuk menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak penting itu, "Singkat saja, kau ada di End Earth, berarti kau diberi kesempatan kedua untuk hidup setelah mati di dunia."

Rin memasang wajah tanpa ekspresi. Ia hanya melihat orang yang lalu lalang dan merasa risih karenanya. Ingin rasanya ia pergi ke tempat yang lebih sepi dan berteduh di sana.

"Mmm.. permisi. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

Marianne melihat kearah asal suara. Ternyata dari seorang gadi berambut biru dengan kelincinya. Ia sepertinya pernah bertemu dengannya.
"Ehm, sepertinya iya. Apakah di Church, kalau aku tak salah ingat?", jawab Marianne.

"Apa urusanmu? Aku juga tidak mau berurusan dengan kalian kalau itu bukan tugasku."

Marianne pun berbalik ke arah Rin.
"Memang itu bukan urusanku. Tapi aku hanya menasehati. Tidak kau pedulikan, juga tidak ada ruginya untukku.", balas Marianne seraya menatap Rin lekat-lekat.
Orang yang aneh. Apa masalahnya? Kenapa nada bicaranya seperti itu?

Setelah menyapa Rin dan gadis berambut biru itu, Treavana masuk ke dalam perbincangan kelompok kecil itu.

"Baik. Kau juga kelihatannya baik, Trea."

Treavana membalasnya dengan senyuman polos dan ceria. Bukan untuk mencari perhatian dengan sering tersenyum, tapi memang sudah kebiasaannya.

"Ehm, sepertinya iya. Apakah di Church, kalau aku tak salah ingat?"

Mendengar perkataan Marianne, ia mengingat-ingat.
Church,..?
Hmmm.. kalau tak salah ketika aku bertemu dengan Freya-san, Catriel-san dan Kira-san yang terluka ya?
Aku juga bertemu dengan beberapa orang lainnya..

"Ah! Iya, benar, kita pernah bertemu di Church. Tapi waktu itu, kita belum berkenalan ya?"
tanyanya. Treavana menghadap ke arah Marianne serta gadis yang baru saja tiba di End Earth, lalu memperkenalkan dirinya.
"Salam kenal semuanya.. Namaku Treavana Airnnet. Panggil saja dengan Treavana"

"Singkat saja, kau ada di End Earth, berarti kau diberi kesempatan kedua untuk hidup setelah mati di dunia."

Perkataan Rin yang diucapkan dingin dan padat, menurut Treavana, hal itu cukup membuat orang terkejut dan bisa saja yang mendengar hal itu pertama kalinya amat terkejut mendapati dirinya telah mati. Kalau ditujukan bagi Treavana, pernyataan itu tidak membuatnya resah karena detik-detik terakhir hidupnya, ia mengetahui kalau ia pasti akan mati.
"..kau.. tidak apa-apa..?"
tanya Treavana dengan cemas pada gadis yang bernama Rosarium itu.

"Singkat saja, kau ada di End Earth, berarti kau diberi kesempatan kedua untuk hidup setelah mati di dunia.

"ah! begitukah, wah kalau begitu terima kasih atas penjelasan padat dan singkatnya Rin..." Bukan kaget, shock atau menjadi emosional, Rosarium malah tersenyum . hatinya malah Senang, Berarti ia diberi berkah oleh tuhan Ia dapat hidup lebih lama lagi. Hidupnya di Vatikan telah membawa dampak religius padanya.

..kau.. tidak apa-apa..?"

" Tidak apa-apa kok...tenang saja" kata rosarium sambil terus tersenyum. Ia senang ada orang yang mengkhawatirkannya.

Ia melihat ke arah Rin, Sejak tadi ia merasa samar-samar aura setan yang berasal dari rin. Ia mengambil keputusan bertanya padanya. " Rin....kamu...half-breed??" Tanyanya langsung pada Rin. Dia emang bekeja sebagai pemburu setan di Vatikan makanya ia menyadari aura yang dimiliki oleh Rin.

ah! begitukah, wah kalau begitu terima kasih atas penjelasan padat dan singkatnya Rin...

Memang itu bukan urusanku. Tapi aku hanya menasehati. Tidak kau pedulikan, juga tidak ada ruginya untukku.

"... Aku hanya menjalankan tugasku. Baguslah kalau begitu, Nona," jawab Rin atas ucapan kedua anak perempuan ini.

Kedua anak perempuan ini memang aneh..

Rin tidak mau terlalu ambil pusing dengan kata-kata Marianne. Ia memang sudah biasa diperlakukan sinis oleh orang-orang di sekitarnya, jadi itu bukan masalah bagi Rin. "Lalu sekarang kau mau apa?" tanya Rin dingin pada perempuan bernama Rosa. Memang sudah jadi tugas anggota kerajaan untuk membimbing anggota baru di End Earth.

Rin....kamu...half-breed??

Bukan dijawab, ia malah ditanya kembali oleh orang yang baru ditemuinya ini. Rin agak bingung karena tidak biasanya ada orang yang langsung menanyakan jati dirinya seperti ini. Merasa Rosa tidak bermaksud buruk, Rin pun menjawab seadanya, "Lantas kenapa kalau ya?" Rin tidak memperdulikan kesan yang dimiliki Rosa atas sikap dinginnya.

"Ah! Iya, benar, kita pernah bertemu di Church. Tapi waktu itu, kita belum berkenalan ya?"

"Sepertiya belum..", sahut Marianne dengan senyum tipis di bibirnya.

"Salam kenal semuanya.. Namaku Treavana Airnnet. Panggil saja dengan Treavana"

"Salam kenal juga. Namaku Marianne."
Marianne senang dapat berkenalan dengan orang-orang baru dan ramah.
Baru saja ia berpikir begitu, tiba-tiba pria angkuh di depannya angkat bicara

"... Aku hanya menjalankan tugasku. Baguslah kalau begitu, Nona,"

"Menjalankan tugas? Ah, tak peduli apa tugasmu kau tetap harus ramah pada orang.", balas Marianne, menatap tajam Rin.

"Salam kenal juga. Namaku Marianne."

Treavana tersenyum mendengar perkenalan Marianne.
Merasa senang, ada orang yang bersikap ramah padanya padahal sudah pernah bertemu sebelumnya tapi tidak memperkenalkan dirinya. Bagi Treavana, tidak berkenalan dengan orang yang baru dikenal bukanlah hal yang baik.

" Tidak apa-apa kok...tenang saja"

Wajahnya tampak lega. Rosa di mata Treavana adalah seorang perempuan yang tangguh dan bisa menerima kenyataan dengan kepala dingin.
Mendadak terlintas di benaknya,
Gadis ini sudah membuatku repot dengan mengkhawatirkan dirinya. Sejak awal memang gadis ini tampak tegar tapi untuk apa kutanyakan keadaannya? Hanya membuang-buang tenaga saja.
Sadar dari pemikiran tersebut, Treavana segera berusaha membuang pemikiran itu jauh-jauh.

Aku sudah tidak mau berpikir seperti lagi.
Aku tak mau menyesal untuk kedua kalinya..
Treavana kembali tersenyum seperti biasa dan berusaha menunjukan tidak terjadi apa-apa.

"Menjalankan tugas? Ah, tak peduli apa tugasmu kau tetap harus ramah pada orang."

Kepalanya dianggukan, tanda setuju atas pernyataan Marianne.
"..dan kalau ramah harus dengan tulus"
sambungnya, sambil tetap mempertahankan senyumnya.

"Lantas kenapa kalau ya?"

Rosa tidak peduli dengan nada yang dingin yang dikeluarkan oleh Rin. " Wah! benar!!saya kira salah merasakan... ah...sudah lama saya tidak menemukan Half-breed, hahaha..." kata Rosa sambil tersenyum riang seperti biasa.

Rosa mulai berpikir, dulu Jarang sekali ia bertemu dengan half-breed, bukannya tidakada, tetapi jarang, padahal populasi setan di vatikan dapat tergolong sangat banyak. Ia kemballi menyeletuk." saya penasaran...Rin lahir dari negara apa ya....setahu saya tidak banyak setan yang berkeliaran...apa saya salah ingat ya...." Katanya pada dirinya sendiri.

Rosa mempunyai sindrom, ia dapat melupakan hal penting dalam sekejab saja, jadi wajar jika ia susah mengingat- ingat kejadian masa lampau selama masih hidup. lalu Rosa berkata" ah, sebelum itu, mari kita kesampingkan hal itu. Boleh saya bertannya lagi. sebenarnya...end earth ini termasuk surga atau...??...saya kurang mengerti." katanya

Menjalankan tugas? Ah, tak peduli apa tugasmu kau tetap harus ramah pada orang.

Sebenarnya mau apa gadis cerewet ini?

Rin tidak mau beradu mulut dengan orang lain saat menjalankan tugasnya. Rin lebih memilih tidak mengambil pusing dan mengacuhkan kata-kata perempuan berambut biru terang ini. Rin hanya menghela nafas panjang dan berkata dengan malas, "Terserah apa katamu, Nona."

..dan kalau ramah harus dengan tulus

Entah mimpi apa yang dilihat Rin kemarin malam sehingga hari ini ia bisa mendapat banyak ceramah seperti ini. Bukannya Rin tidak mau untuk berlaku ramah pada orang lain, tapi kebiasaannya sejak lama sudah membuatnya lupa bagaimana cara untuk berlaku ramah. Rin memang bermaksud baik, tapi mungkin sikap yang ditunjukkannya tidaklah ramah. Tapi, Rin memang tidak memperdulikan hal itu.

Biar saja kalau mereka mau berpikir kalau aku orang yang dingin. Toh lebih baik begitu..

Rin hanya tersenyum tipis basa-basi untuk menanggapi perkataan Treavana. Lagi-lagi, Rin mendengar kata-kata Rosa yang panjang lebar mengenai half-breed. Rosa juga menanyakan soal asal-usul Rin.

".... Kau tidak perlu sampai seperti itu saat bertemu half-breed bukan? Aku lahir di Jepang. Entah soal jumlah setan yang berkeliaran. Aku tidak peduli," ujar Rin datar. Rin memang tidak tahu mengenai sosok ayahnya, masa lalu ibunya, ataupun kenapa ayahnya bisa ada di Jepang. Rin tidak pernah mau tahu akan hal itu karena ia sangat membenci sosok ayahnya.

h, sebelum itu, mari kita kesampingkan hal itu. Boleh saya bertannya lagi. sebenarnya...end earth ini termasuk surga atau...??...saya kurang mengerti.

Rin menghela nafas lega saat tahu tugasnya kembali berjalan. "Mana mungkin ada iblis di surga? End Earth adalah tempat perbatasan bumi, surga, dan neraka," ujar Rin dingin. Rin sudah berusaha memperhalus perkataannya agar tidak menyinggung siapa pun.

"..dan kalau ramah harus dengan tulus"

Marianne mengangguk setuju. Ia sangat setuju. Ramah dan tulus. Kedua hal yang saling mendukung.

"Terserah apa katamu, Nona."

"Baiklah. Aku tidak akan mencampuri keinginan dan tindakanmu lagi. Tak ada untungnya juga buatku.", balas Marianne dengan menghela nafas panjang.
Marianne melihat-lihat sekeliling. Ia tidak terlalu senang dengan keramaian di situ.

"Mana mungkin ada iblis di surga? End Earth adalah tempat perbatasan bumi, surga, dan neraka,"

"Perbatasan? Apakah tempat ini mengambang atau melayang? Jika perbatasan.....berarti...", kata Marianne setengah berbisik pada dirinya sendiri. Ia berpikir keras bagaimana sebuah tempat dapat berada di perbatasan surga, bumi, dan neraka.

Senyum basa-basi Rin ia tanggapi dengan biasa saja. Memberi tahunya seperti itu sudah cukup. Toh ia tidak menjelaskan pada anak kecil.

"Mana mungkin ada iblis di surga? End Earth adalah tempat perbatasan bumi, surga, dan neraka,"

"Perbatasan? Hm.. wajar saja kalau tempat ini bernama End Earth."
kata Treavana dengan raut wajah bingung.
Pertanyaan Rosa.. belum pernah kudengar ada orang yang bertanya seperti itu. Tapi memang hal ini belum pernah kupikirkan sebelumnya sih. Benar-benar orang yang panjang pikirannya

Treavana teringat akan pertanyaan yang pernah muncul dalam dirinya di dalam hati.
"Mmm.. Rin-san.. apakah kita bisa berada selamanya di perbatasan ini?"
tanyanya.

"Mana mungkin ada iblis di surga? End Earth adalah tempat perbatasan bumi, surga, dan neraka,

Rosa berpikir dua kali. banyak pertanyaan yang mulai muncul di kpalanya. begitu banyak pertanyaan yang masih ingin ditanyakan . tetapi hanya satu pertanyaan yang sangat-sangat ia ingin tanyakan.

"jika memang kita di perbatasan antara surga, bumi dan nerakaa....akankah....kita akan mati lagi suatu hari??" tanyanya . Ia kurang menyukai sensasi yang dinamakan kematian. ia tidak suka terombang-ambing dalam ketidak pastian. menunggu untuk melakukan sesuatu tanpa kejelasan, bahkan untukhidup tanpa suatu tujuan adalah sesuatu yang Rosa sangat benci.

Ia hanya emandangi rin untuk jawabannya.

Mmm.. Rin-san.. apakah kita bisa berada selamanya di perbatasan ini?

jika memang kita di perbatasan antara surga, bumi dan nerakaa....akankah....kita akan mati lagi suatu hari??

Tampaknya ucapan Rin tentang 'perbatasan' menimbulkan banyak pertanyaan baru di benak 2 anak perempuan yang ada di hadapannya. Rin hanya bisa menjalankan tugasnya dengan baik pada saat-saat seperti ini.

"Yah.. Bisa dibilang kalian akan ada di sini selamanya. Kalian tidak akan pergi ke surga maupun neraka. jalani saja hidup keduamu di sini. Dan sebagai tambahan, kau tidak akan mati lagi di sini," ujar Rin panjang lebar. Baru kali ini Rin berkata panjang lebar seperti ini.

Ya.. Kalian memang tidak bisa mati, kecuali anggota-anggota kerajaan yang dibawa ke sini oleh Ryo..

Kalau diperhatikan, di End Earth memang tidak pernah ada tempat yang bernama 'pemakaman'. Ryo memang tidak pernah mendirikannya, karena pendirian tempat itu hanya akan sia-sia. Kenyataan bahwa sebenarnya sebagian besar anggota kerajaan adalah orang yang masih hidup juga tampaknya tidak diketahui oleh masyarakat End Earth.

Rin hanya melihat ke arah 2 anak perempuan itu untuk meyakinkan bahwa awabannya sudah jelas. Entah apa reaksi mereka.

"Yah.. Bisa dibilang kalian akan ada di sini selamanya. Kalian tidak akan pergi ke surga maupun neraka. jalani saja hidup keduamu di sini. Dan sebagai tambahan, kau tidak akan mati lagi di sini,"

Setelah lama membisu dan berada di alam pikirannya sendiri, Marianne akhirnya tersadar oleh perkataan Rin.

Kehidupan kedua? Tidak bisa mati? Apakah mungkin...

Marianne kebingungan dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Rin. Ia tidak pernah tahu adanya kehidupan seperti itu. Ketika ia di bumi, ia hanya mengetahui adanya surga, bumi, dan neraka. Tetapi bukan perbatasannya. Temapat seperti apakah sebenarnya End Earth ini? Marianne bertanya-tanya dalam hati.

Ia sangat ingin tahu tempat apa sebenarnya tanah yang ia pijak sekarang. Bagaimana mungkin sebuah tempat ada di perbatasan antara surga, bumi, dan neraka. Apakah seperti semacam Api Penyucian?

"Izinkan aku bertanya. Jika kita di perbatasan, dimanakah letak perbatasan itu tepatnya? Dan jika kita tidak bisa mati lagi, akankah kita pada akhirnya ditentukan akan ke surga atau neraka?", tanya Marianne kepada Rin. Ia ingin pertanyaan dalam kepalanya segera mendapatkan jawaban.