Event - Ballroom Party

Sial, lagi - lagi aku terlambat . Kenapa aku tidak bisa tepat waktu ketika aku sedang mempunyai janji dengan Anju ? !
Pemuda itu terus berlari melangkahkan kakinya . Nafasnya sengal . Sekarang ini tujuannya hanya satu , yaitu ke arah Istana di End Earth .

Beberapa menit berlalu , akhirnya pemuda itu sampai di gerbang Istana . Kedua matanya tertangkap oleh sosok seorang gadis yang tidak lain adalah Anju , kekasihnya . Seketika itu , pemuda itu langsung merapihkan penampilannya yang sudah hancur akibat berlari . Malam itu , Maro memang memakai pakaian yang sudah lama tidak dikenakannya . Ia memakai setelan jas hitamnya , dengan vest berwarna putih , serta kemeja hitam dengan garis - garis merahnya . Rambutnya yang biasa terurai kini diikatnya menjadi satu , walaupun begitu masih saja terlihat sedikit berantakan . Ikat pinggangnya tidak terlalu terlihat karena tertutup vest putihnya . Untuk sentuhan akhirnya , Maro memakai kedua sarung tangan putihnya .

Kemudian , jalanlah Maro dengan tegap layaknya seorang bangsawan . Hal itu biasa dilakukannya karena dulu dia adalah seorang bangsawan muda . Ia berjalan lurus ke arah kekasihnya , Anju . Sejujurnya ia cukup berdebar melihat kekasihnya itu . Ketika sampai di dekat Anju , Maro setengah berlutut , menggerakan tangannya dan mencium tangan Anju .

" Sungguh suatu kehormatan saya bisa datang bersama anda ke pesta ini . "

Ia bangkit berdiri kemudian menggerakan tangannya sebagai ancang - ancang untuk menggandeng Anju .

" Bagaimana kalau kita masuk sekarang ? "

Anju terdiam, Ia tersenyum senang melihat kedatangan kekasih yang dicintainya. Sejujurnya ia sangat ketakutan saat sendirian tanpa Maro. tetapi sekarang Maro sudah datang. Keresahannya sudah hilang.

" Sungguh suatu kehormatan saya bisa datang bersama anda ke pesta ini . "

Anju tersenyum lembut layaknya seorang bangsawan. setelah tangannya dilepaskan, Ia membungkuk sedikit, mengangkat sedikit rok-nya dengan gerakan halus dan membalas kepada Maro.
" Dengan senang hati tuanku, diri hamba merasa tersanjung telah dapat menerima kehormatan untuk menemani anda."

" Bagaimana kalau kita masuk sekarang ? "

" baik, " Jawab anju singkat dan langsung menggandeng tangan Maro.
Ah, tangan maro begitu hangat

Ia lalu perlahan-lahan mendekatkan diri pada Maro menaruh sedikit kepalanya di pundak Maro sambil berbisik penuh kemesraan.

" Aku mencintaimu Maro. " setelah ia Anju kembali berdiri tegak dan mengencangkan pegangan tangannya pada Maro. Wajahnya sedikit bersemu merah.

Maro akhirnya berjalan masuk ke dalam Hall dengan menggandeng Anju . Sesaat didengarnya Anju membisikkan sesuatu di telinganya . Wajahnya sedikit bersemu merah . Kemudian ia hanya tersenyum kecil , senyum bahagia yang benar - benar sudah hilang selama ini .

Masuklah ia dan Anju ke dalam Hall . Lampu - lampu bersinar dengan kilau - gemilangnya , membuat ruangan itu berwarna keemasan . Suasana di sana sudah mulai hiruk - pikuk . Walau begitu , Maro tetap berjalan sambil menggandeng Anju dengan tegapnya . Ia benar - benar asing di tempat itu . Tiada satu orangpun yang dikenalnya . Pada awalnya ia takut untuk datang kemari , namun atas permintaan Anju iapun menuruti . Selain itu ia juga berpikir untuk refreshing di End Earth . Maro berjalan menuju tempat dimana bangku - bangku telah bersanding .

" Silahkan duduk di sini , Nona . Aku pergi ke sana sebentar . "

Maro pergi meninggalkan Anju sejenak untuk mengambil dua gelas cocktail . Benar - benar asing tempat itu ketika ia berjalan . Setelah mengambil minuman , kembalilah ia ke tempat di mana Anju duduk .

" Silahkan . Ini minumlah agar kerongkonganmu tidak kering . "
Maro memberikan segelas cocktail kepada Anju . Kemudian ia tetap berdiri di samping Anju . Pandangannya mengitari Hall itu . Sebenarnya Maro sedikit membenci keramaian . Jadi , ia hanya berdiri bersandar di sebuah pillar hall itu sembari menenggak cocktail yang diambilnya tadi . Kedua matanya mengatup , tapi ia tak tertidur . Ia hanya mendengarkan alunan musik yang mewarnai pesta dansa itu .

Kira-san, sudah lama menunggu?

Pikiran Kira yang sudah sedikit melayang karena bosan dikembalikan dengan suara Trea. Kira sedikit terkejut melihat Trea malam ini, walaupun ekspresinya tidak tampak dari wajahnya. Gaun emas Trea yang membalut tubuhnya terlihat pas sekali, Ia yang biasanya terlihat ceria, blak-blakan, dan sedikit heboh malas ini terkesan anggun.

"Tidak juga. Tumben kau terlihat seperti wanita sungguhan?" goda Kira. Senyum tipis disinggungkannya di wajahnya. Niat Kira sebelum diajak Trea menghadiri pesta dansa ini sebenarnya hanya satu, tidur. Namun sekarang Ia tidak merasa rugi telah datang ke pesta. Ia bisa melihat pemandangan-pemandangan yang tidak biasa.

Hmm bagaimana kalau kita menyapa salah satu dari mereka? Tapi sebaiknya kita tak mengganggu dua pasangan lovebirds disana hehe

Menanggapi Trea, Kira hanya bisa tertawa kecil. Benar juga. Tidak seharusnya Ia 'mengganggu' dua pasang sejoli itu, mereja terlihat sangat serasi. Apalagi pendamping prianya adalah Rin dan Locke, pasti mereka tidak akan senang bila orang lain melihat ekspresi mereka.
"Hahaha... Seharusnya kau lihat ekspresi mereka." sahut Kira.

Namun kalau kau ada ide yang lebih bagus, katakan saja

Jujur saja, Kira juga tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan dansa belum juga dimulai. Orang-orang juga masi saling berbincang. Bingung harus menjawab apa, akhirnya Ia berkata, "No idea..." dengan ekspresinya yang kembali datar.

"Tidak juga. Tumben kau terlihat seperti wanita sungguhan?"

"Oh, maksudmu berpenampilan seperti ini, memang sudah sewajarnya bukan?"
jawabnya sambil tersenyum. Senyumannya yang biasanya ceria kali ini terkesan seperti seorang lady yang anggun. Maklum , walau ia tidak dibesarkan dalam kemewahan, orang tuanya mengajarkan hal-hal yang dilakukan bangsawan pada umumnya. Walau ia tidak terlalu senang dengan aturan seperti itu, ada gunanya juga ia mengetahui hal itu. Contohnya untuk acara formal seperti yang ia datangi.

"Hahaha... Seharusnya kau lihat ekspresi mereka."

Wah, Kira-san tertawa! Dan ya.. ekspresi mereka amat berbeda dari biasanya. Bagaikan seorang pangeran selayaknya berlaku pada seorang putri. Sungguh romantis.
Trea menjawabnya dengan tenang,
"Ya, amat berbeda dari biasanya"

Tapi, apa yang harus mereka lakukan sekarang?
Sepasang partner yang baru datang memasuki hall. Baru kali ini Treavana melihat mereka. Gadis tersebut berambut pink dengan gaun merah menyala dan pasangannya memakai vest putih dilapisi jas hitam dengan rambut dikuncir.

Baru kali ini kulihat mereka..
Sepertinya ada pasangan lovebirds lagi..
"Kira-san, kau mengenal mereka?"
tanya Treavana. Siapa tahu kalau Kira mengenali mereka, Kira bisa mengenalkan dirinya pada mereka. Atau bila tidak, mereka dapat menyapanya dan berkenalan. Setidaknya mereka tidak terdiam mematung.

Haru yang menerima tawaran Devon untuk berdansa pun sedikit bingung untuk menentukan tariannya. Devon hanya menanggapi pertanyaannya dengan berkata,

"Terserah kau saja. Aku akan mengimbangimu,"

Namun dia ingin melakukan sesuatu sebelum berdansa, maka Haru berkata kepada Devon, "Baiklah, aku memilih waltz. Tapi sebelumnya kita pergi menghampiri Trea dahulu."
Haru pun segera mengandeng tangan Devon dan membawanya menuju Trea dan pasangannya. Haru berkata kepada Trea, "Hai, Trea."

"Devon Aristarchus. Nice to meet you too."

Marianne mengangguk.

"Haru, maukah kau berdansa denganku?"

Akhirnya Devon mengajak Haru untuk berdansa.
Ya, mereka akan menikmati berdansa berdua. Aku sendiri lagi. Tak apalah. Ini kan aku yang ingin sendri. Marianne berkata kepada dirinya sendiri menenangkan hati.

Marianne akhirnya menyingkir dan meninggalkan Devon dan Haru berdua. Ia kembali bersandar pada dinding. Marianne melihat-lihat ke sekeliling. Siapa tahu ada yang ia kenal datang. Ketika ia menoleh, ia melihat Kira bersama dengan Trea. Ia jarang bertemu dengan Trea, mungkin hanya sekali-dua kali. Marianne hanya diam dan kembali melemparkan pandangan ke arah pintu masuk Hall.

Setelah sekian waktu ia terlamun melihat pintu itu, ia melihat sepasang partner yang baru pertama kali ia lihat. Gadis berambut pink dengan pasangannya terlihat begitu serasi. Mereka orang baru lagi ya? Semakin banyak saja orang-orang yang tak kukenal.

Marianne terdiam dan kembali memerhatikan teman-temannya. Ia melihat Haru dan Devon berjalan menghampiri Trea. Marianne yang merasa bosan akhirnya ikut menghampiri Kira dan Trea. Daripada aku menjadi patung, lebih baik aku menyapa mereka. Ia pun menghampiri mereka dan menyapa, "Hi Kira. Dan kau Trea bukan? Bolehkah aku ikut bergabung Haru?", katanya menoleh bergantian ke arah teman-temannya.

"Hai, Trea."

"Hi Kira. Dan kau Trea bukan? Bolehkah aku ikut bergabung Haru?"

"Selamat malam, Haru-san. Ya, Marianne-san, aku Treavana"
kata Treavana sopan.
"dan kau? Kurasa ini pertama kalinya kita bertemu. Namaku Treavana Airnnet, salam kenal."
katanya memperkenalkan diri pada pria yang sepertinya menjadi partner Haru.

Hmmm kalau tak salah, Haru belum mengenal Kira bukan?
"Haru-san, ini partner dansaku malam ini, Kira-san"
Treavana memperkenalkan Kira pada temannya itu. Setidaknya dengan mereka menyapa dan berkenalan, mereka tidak akan merasa canggung di pesta itu karena tak tahu harus berbuat apa.

Kira-san, kau mengenal mereka?

Di saat yang sama, pandangan Kira tertuju pada sepasang kekasih yang tidak familiar. Entah mengapa Kira merasa pasangan itu terlihat seperti tokoh romeo and juliet karya Shakespear, terlampau mesra. Mungkin mereka orang baru.
"Tidak." jawabnya singkat.

Hi Kira. Dan kau Trea bukan? Bolehkah aku ikut bergabung Haru?

Suara Marianne membuatnya tidak lagi menebak-nebak siapa pasangan baru itu. Seperti biasa, gadis itu selalu terlihat ceria, dengan dibalut minidress biru yang simple, cocok dengan pribadinya yang juga simple.
"Hi...Kau sendirian?" jawabnya sambil selanjutnya melontarkan pertanyaan.

dan kau? Kurasa ini pertama kalinya kita bertemu. Namaku Treavana Airnnet, salam kenal.

Lagi-lagi orang baru. Wajah Kira kembali datar dan terkesan dingin. Lagi-lagi sifat buruknya bila bertemu dengan orang baru muncul, padahal sudah sekian lama. Kira diam saja, tidak berusaha menyapa.

Haru-san, ini partner dansaku malam ini, Kira-san

Kira menatap gadis berambut coklat yang bernama Haru, masih terdiam. Tadinya Ia berniat untuk tetap diam, namun Ia merasa tidak enak pada Trea. Yah...untuk malam ini sajalah...
"Kira, salam kenal." katanya sambil mengulurkan tangan.

Cloenthy memasuki ruang hall istana dengan gugup sambil menggandeng lengan Locke dan wajah Cloenthy menjadi merah karena malunya. Ini pertama kalinya ia menggandeng pria seperti Locke dan pergi ke pesta bersama orang yang baru ia kenal dan ia kagumi.

Cloenthy memasuki hall dan melihat banyak sekali orang - orang di hall istana yang datang dan sama sekali belum ia kenal. Yang ia kenal hanyalah orang yang menjadi pertnernya. Cloenthy merasa sedikit takut dan semakin gugup karena ia masih belum mengenal orang - orang yang berada di dunia ini. Dunia yang baru ia datangi.

Cloenthy mengeratkan telapak tangannya menggegam tangan Locke karena takut. Ketika ia melihat sekeliling, ia melihat Marianne. perempuan pertama yang ia kenal di sini. Menurutnya Marianne adalah teman pertamanya dan berharap dapat menjadi sahabatnya.

"Locke, di sana ada Marianne. Maukah kita ke sana? aku tidak mengenal siapapun di sini kecuali kalian. Boleh?" kata Cloenthy lembut.

Ajakan Devon bersansa, dijawab Haru dengan,

"Baiklah, aku memilih waltz. Tapi sebelumnya kita pergi menghampiri Trea dahulu."

Devon hanya mengangguk pelan dan mengikuti yang telah lebih dahulu menggandeng tangannya menuju ke arah seorang gadis berambut biru dan pasangannya.
Setelah terjadi perbincangan singkat, gadis berambut biru itu menyapa Devon,

"dan kau? Kurasa ini pertama kalinya kita bertemu. Namaku Treavana Airnnet, salam kenal."

Devon menjawab,
"Devon Aristarchus. Senang berkenalan dengan Anda."

Lalu Devon mengalihkan pandangannya ke arah pasangan Trea dan berkata,
"Senang berkenalan dengan Anda juga."

Setelah itu ia memandang Haru dan berkata,
"Haru, kau haus? Apakah mau kuambilkan sesuatu untuk melegakan kerongkonganmu sebelum kita berdansa? Dan Marianne, apakah kau mau juga?"

"Selamat malam, Haru-san. Ya, Marianne-san, aku Treavana"

"Maafkan aku ya. Aku tidak sering bertemu denganmu jd, mohon maklum." kata Marianne menanggapi pernyataan Trea. Ia merasa tidak enak akan keraguannya tadi. Ia pun tersenyum ke arah Trea.

"Hi...Kau sendirian?

"Ya, aku tidak mengajak dan diajak siapa-siapa. Aku hanya menjadi penonton di sini. Lagipula, bukankah bajuku ini saja sudah tidak sesuai?", jawab Marianne seraya tertawa kecil mengejek ketidaksesuaiannya dalam berpakaian. Lihatlah mereka Marianne. Tidak ada yang berdandan sepertimu. Ah, sudahlah. kata Marianne dalam hati, mencoba melupakan kekesalannya terhadap dirinya sendiri.

Marianne menyadari ternyata Kira belum mengenal Haru. Trea pun terlah memperkenalkan. Ekspresi yang ditampilkan Kira seperti biasanya, dingin. Tapi kali ini ia mengulurkan tangan memperkenalkan diri. Bagi Marianne itu bukan hal yang biasa dilakukan Kira, berdasarkan yang ia lihat selama ini. Kemudian ia berpikir bahwa orang dapat berubah kapan saja. Jadi ia hanya tersenyum memerhatikan teman-temannya.

"Haru, kau haus? Apakah mau kuambilkan sesuatu untuk melegakan kerongkonganmu sebelum kita berdansa? Dan Marianne, apakah kau mau juga?"

"Ah, terimakasih. Apakah merepotkanmu? Jika tidak, boleh saja. Sekali lagi terimakasih.", jawab Marianne kepada Devon. Marianne tidak ingin merepotkan orang lain. Jika sampai itu terjadi, maka ia akan merasa tidak enak (sungkan).

Dress selutut sederhana berwarna broken white, dengan motif pita - pita dan renda hitam melekat di tubuh Matahari. Pesta. Sudah lama sekali dia tidak pergi ke pesta. Matahari tersenyum, merasa bersemangat saat melihat beberapa pasangan yang asyik berdansa di hall mewah itu. matany mencari - cari orang - orang yang dikenalnya. ada gadis yang ia temui di tepi jembatan itu tempo hari. Haru, ia ingat namanya. Ada cowok bernama fergus dan seorang latina pasangannya. (Hmm, mereka serasi!). Ada Locke dan Rin juga. Semuanya tampak asyik berdansa dnegan pasangan masing - masing. Tapi ada juga yang mengobrol di pinggir hall. Sepertinya penonton juga, sama seperti dirinya

Haru yang menghampiri Trea mengetahui nama pasangan Trea. Trea mengenalkan pasangannya dengan berkata,

"Haru-san, ini partner dansaku malam ini, Kira-san"

Kira pun mengulurkan tangannya dan berkata,

"Kira, salam kenal."

Haru pun mengulurkan tangannya ke Kira dan berkata, "Salam kenal. Namaku Haruhi."
Pria ini memiliki ekspresi yang dingin, apa dia melakukan ini dengan terpaksa? tanyanya dalam hati.
Setelah itu Haru melihat Devon memandangnya dan bertanya,

"Haru, kau haus? Apakah mau kuambilkan sesuatu untuk melegakan kerongkonganmu sebelum kita berdansa? Dan Marianne, apakah kau mau juga?"

Marianne pun lebih dahulu menjawab pertanyaan Devon dengan sedikit sungkan,

"Ah, terimakasih. Apakah merepotkanmu? Jika tidak, boleh saja. Sekali lagi terimakasih."

Haru pun menjawab pertanyaan Devon, "Terima kasih. Maaf bila merepotkanmu."

Tawaran Devon untuk mengambilkan Haru dan Marianne minuman dijawab dahulu oleh Marianne dengan,

"Ah, terimakasih. Apakah merepotkanmu? Jika tidak, boleh saja. Sekali lagi terimakasih."

Lalu Haru menyusul dengan jawaban,

"Terima kasih. Maaf bila merepotkanmu."

Maka Devon menyahuti jawaban mereka dengan,
"Tentu saja tidak merepotkan. Kalau begitu, tunggu sebentar."
Devon pergi mengambil minuman, dua gelas cocktail. Satu untuk Haruhi dan satu untuk Marianne. Lalu dia kembali,
"Ini!" katanya sambil menyerahkan masing-masing segelas cocktail untuk Haruhi dan Marianne.

"Haru, setelah ini kita berdansa,"kata Devon sambil memandang Haru dengan tatapan yang tajam tapi kelihatan lembut.

Locke, di sana ada Marianne. Maukah kita ke sana? aku tidak mengenal siapapun di sini kecuali kalian. Boleh?

Seakan terdengar bunyi 'pop' di kepala Locke, Ia menoleh ke arah Cloenthy. Konsentrasinya sedang tidak menentu, Ia gugup dan canggung, sangat tidak terlihat seperti Locke yang biasanya.
Menghampiri mereka?? Locke merasa ragu, Ia takut wajahnya yang sedang tak karuan terlihat oleh Marianne dan orang-orang yang ada di situ. Takut akan mengecewakan Cloenthy, akhirnya Locke pasrah.
"Mmm..." Ia mengangguk tanda setuju tanpa bicara.

Dengan tangan yang masih menggandeng Cloenthy, Locke akhirnya menghampiri Marianne. Segera Locke 'membenahi' wajahnya agar kembali seperti semula.
"Hei." sapanya singkat pada Marianne. Ia terlihat ceria seperti biasa, dan simple, sangat merupakan ciri khasnya. Ada pula Kira dan Trea, mereka terlihat cukup serasi, juga Haru dan seorang pria yang belum dan tidak berharap dikenalnya. Pesta dansa malam ini benar-benar ramai.

Mashka melangkah masuk ke dalam hall. Suasana di dalam hall sangat ramai. Banyak sekali orang yang berada disana. Mashka memang sengaja berada di tengah pusat keramaian, agar ia dapat menemukan seseorang yang sangat ingin ditemuinya, yaitu adiknya.

Mashka mengenakan mini dress silver dengan tali spaghetti. Bahannya bersifat loose, sehingga tidak terlalu ketat di badannya, tetapi tetap saja siluet badan Mashka yang ramping itu terlihat jelas di balik baju itu. Ia juga mengenakan stilleto silver setinggi 10 cm untuk menutupi ukuran badannya yang mungil. Dan untuk rambutnya, ia cukup mengenakan bando yang berhiaskan mawar berwarna perak. Cukup manis, ia semakin terlihat muda dengan pakaian itu. Orang-orang memang sering salah memperkirakan usianya karena ukuran tubuhnya yang mungil itu. Sekarang pasti bisa lebih salah lagi.

Mashka langsung menuju tempat minuman, mengambil segelas minuman, meminumnya sedikit, lalu mulai memperhatikan orang-orang yang datang ke pesta dansa itu.
Ada gadis berambut biru muda yang terlihat ceria, ada gadis yang berambut biru tua dengan pasangannya yang terlihat dingin, ada gadis yang berambut keemasan dengan pasangannya yang berambut merah, dan ada juga gadis yang berambut kecoklatan yang kelihatan ramah dengan pasangannya yang berambut hitam, berkulit putih dan matanya yang berwarna biru tua. Sama seperti mata Mashka.

Kelihatannya aku mengenali sosok itu. Rambut itu, warna kulit itu, dan warna matanya. Dia adikku. Devon! Akhirnya, ketemu juga!

Dan Mashka pun segera menghampiri mereka lalu memegang tangan laki-laki yang berambut hitam dan bermata biru tua itu,
"Kau Devon kan?"

Setelah berbisik kepada Haru, tiba-tiba saja Devon merasa ada yang memegang tangannya, Devon menoleh, seorang perempuan berambut merah dengan mini dress berwarna silver. Perempuan ini tampak mengenal dirinya.

"Kau Devon kan?"

Devon diam mendengar pertanyaan itu. Setahunya, ia tidak mengenal perempuan ini. Tapi, ia memutuskan untuk menjawab,

"Ya. Anda siapa ya?"

"Ya. Anda siapa ya?"

Mashka jelas terkejut dengan respon laki-laki yang dikiranya Devon itu. Apakah dia salah orang? Tapi dia benar-benar mirip, tidak mungkin di dunia ini bisa ada orang yang benar-benar memiliki wajah sama persis seperti adiknya.

"Aku Mashka. Marishka Arista. Devon, kau ingat? Aku kakakmu. Kita berpisah sepuluh tahun lalu, karena aku dan ibuku harus pindah ke Paris."

Perempuan itu lalu menjawab,

"Aku Mashka. Marishka Arista. Devon, kau ingat? Aku kakakmu. Kita berpisah sepuluh tahun lalu, karena aku dan ibuku harus pindah ke Paris."

Kelihatannya perempaun ini benar-benar mengenalnya. Tapi Devon benar-benar tidak ingat siapa perempuan ini.

"Aku memang Devon. Tapi, maaf, saya sungguh tidak mengenal anda. Setahu saya, saya adalah anak tunggal di keluarga saya dahulu. Mungkin anda salah orang. Tapi saya merasa senang dapat berkenalan dengan anda."

"Aku memang Devon. Tapi, maaf, saya sungguh tidak mengenal anda. Setahu saya, saya adalah anak tunggal di keluarga saya dahulu. Mungkin anda salah orang. Tapi saya merasa senang dapat berkenalan dengan anda."

Mashka benar-benar terkejut mendengar jawaban itu. Ia tidak mungkin salah. Wajahnya, matanya, rupanya, suaranya, benar-benar mirip.

Mashka merasa limbung.

Devon yang melihat keadaan perempuan itu yang tiba-tiba saja limbung langsung memapahnya.

"Anda tidak apa-apa?"kata Devon kepada Mashka.
Lalu Devon mengalihkan perhatiannya kepada Haru,
"Haru, aku mengurus wanita ini sebentar. Nanti aku akan kembali lagi. Dan aku akan memenuhi janjiku."

Dan Devon berjalan ke arah pinggir hall sambil memapah wanita itu. Dia mendudukkan wanita itu di bangku-bangku yang berada di pinggir hall.

"Sebaiknya anda beristirahat sejenak disini. Saya harus kembali ke sana. Permisi."

Lalu Devon meninggalkan perempuan itu dan kembali bersama Haru dan yang lainnya.

Event di Hall adalah hal yang baru didengar Catriel.
Karena ini adalah event yang dilaksanakan bagi seluruh penduduk End Earth, maka Catriel pun terpaksa harus menghadirinya.
Ia memang terbiasa dengan feast macam ini walau tidak pernah beanr-benar menyukainya. Lebih tepatnya, ia hanya menganggap acara semacam ini sebagai formalitas biasa.

Berjalan anggun dengan mengenakan dress putih yang sangat kontras dengan rambut gelapnya, ia memasuki Hall yang sudah dipenuhi dengan orang. Ia terlambat, dan itu tidak terlalu menjadi masalah. Bukankah--setidaknya--ia sudah hadir?
Dress putih yang tidak simetris itu terlihat pas pada Catriel (walau ia sama sekali tidak menyukainya karena keterbatasan geraknya), satu penahannya melingkari bahunya, sedangkan yang lain mengalungi lehernya dan membuat simpul rumit dengan hiasan bros perak. Ia sengaja tidak memilih dress yang menyentuh lantai dan memilih dress yang berakhir setelah lutut dan menyimpang ke kiri, terutama atas alasan kenyamanan gerak. Rambut gelapnya yang panjang juga kini disampirkan di sisi bahu kanannya, hal yang jarang ia lakukan.

Mengambil segelas Red Wine, Catriel mengamati setiap pengunjung Hall yang ramai ini.
Beberapa tampak berpasangan, namun ada juga yang datang tanpa pasangan seperti dirinya. Bahkan ia dapat menemukan muka-muka yang sudah ia kenal. (Ia menahan geli melihat Steinhart yang terlihat canggung, dan nyaris melepaskan gelas wine-nya saat melihat Kira). Beberapa muka baru juga terlihat menemani orang-orang yang sudah ia kenal.

Mungkin lebih baik bila ia mencoba sedikit membaur...
Maka, ia berjalan ke arah Marianne, orang yang ia kenal dan paling dekat jaraknya dari tempat ia berdiri, dan menyapanya. "Kau datang, Marianne," sapanya berbasa-basi.

Marianne melihat Devon telah kembali dengan membawa dua gelas cocktail.

"Ini!"

"Terimakasih.", kata Marianne pada Devon seraya mengambil gelas cocktail dari tangannya.

Marianne menikmati gelas cocktail itu dalam diam. Ia melihat bahwa teman-temannya sungguh menikmati event ini. Ia meminum cocktail itu. Rasa manis membuatnya segar kembali.

Ketika melihta ke sekeliling, Marianne melihat Locke dan Cloenthy sedang menghampirinya.

"Hei."

"Hi Locke, hi Cloenthy! Senang bertemu dengan kalian. Wah! kalian sungguh serasi.", sapa sekaligus puji Marianne pada Locke dan Cloenthy. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Locke dan Cloenthy seperti pasangan serasi dalam dongeng Cinderella.

Marianne kembali meminum cocktailnya. Rasa manis menyelimuti lidahnya. Ia sungguh menikmatinya. Marianne tersenyum pada Locke dan Cloenthy kemudian melemparkan pandangan ke arah pintu masuk. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Serasa ia seperti menunggu seseorang.

Ketika itu, ia melihat sesosok perempuan yang telah ia kenal. Sudah lama ia tidak bertemu dengannya. Catriel. Perempuan itu menghampirinya dan menyapa.

"Kau datang, Marianne,"

"Hi Catriel! Lama tak jumpa. Kau kemana saja selama ini? Sebelum ini, aku belum bertemu denganmu lagi.", sapa Marianne kepada Cloenthy dan tersenyum bercanda.

Spoiler:

"Hi Catriel! Lama tak jumpa. Kau kemana saja selama ini? Sebelum ini, aku belum bertemu denganmu lagi."

Catriel tersenyum tipis. "Ya, sudah cukup lama kita tidak bertemu," balasnya.

Menyadari bahwa Marianne tidak sendirian, ia menatap orang-orang yang ada di sekelilingnya satu per satu. Seorang yang pria baru saja memberikan minuman kepada Marianne, dan ada Steinhart dan pasangannya (yang sangat tidak disangka Catriel mengingat sifat pria itu).

Ia mengangguk anggun kepada mereka, dan memperkenalkan diri kepada kedua orang yang belum dikenalnya. "Lusharda Catriel," katanya tanpa menghilangkan gaya formal ala Knightnya dan mengangkat gelas Red Wine-nya yang separuh terisi. "Salam kenal untuk kalian berdua."

Yah... Setidaknya ia terbiasa dengan acara semacam ini sehingga tidak lagi perlu canggung atau merasa bosan...
Apalagi melihat berbagai reaksi yang sebelumnya jarang ia saksikan, seperti misalnya gerak-gerik Steinhart yang sangat canggung...

"Aku tidak menyangka kau akan rela pergi ke pesta macam ini, Steinhart," 'sapa'nya, tersenyum kecil ke arah pasangannya.