Event - Ballroom Party

Cloenthy sangat senang ketika Locke membawanya ke Marianne. Ia sangat senang bisa bertemu dengan Marianne karena dia satu - satunya orang yang ia kenal setelah dia sampai di End Earth.

"Hi Locke, hi Cloenthy! Senang bertemu dengan kalian. Wah! kalian sungguh serasi."

Mendengar perkataan Marianne, Cloenthy tersipu malu dan wajahnya kembali memerah. Ia hanya bisa menundukkan kepala berusaha menenangkan diri dan setelah ia berhasil menenangkan diri, ia menegakkan kepalanya dan tersenyum lembut seperti biasanya.

"Terima kasih Marianne. Pasanganmu?" tanya Cloenthy pada Marianne karena ia sendirian di sana. Baginya tidak mungkin Marianne yang secantik itu tidak memiliki pasangan.

"Lusharda Catriel,"

Cloenthy kaget melihat seseorang yang berambut panjang berada di depannya dan menyapanya dengan gayanya yang bisa dibilang knight. Ia mengangkat gelas wine nya dan tersenyum kecil pada Cloenthy. Cloenthy senang sekali ada orang yang ingin berkenalan dengannya sehingga Cloenthy pun membalas senyuman seseorang yang mirip knight itu dengan gaya putri bangsawan pada zaman dahulu. Ia mengankat gaunnya dan menundukkan kepalanya ke hadapan Catriel.

"Salam kenal. Namaku Cloenthy Firielle." kata Cloenthy dengan suara lembutnya.

CRein yang sedaritadi berdiri dengan bosan di pinggir ruangan mulai gelisah. Semakin lama, semakin banyak orang yang datang. Ia tidak senang dengan keramaaian . Apalagi dengan keadaannya yang sendirian tanpa teman, Hal ini terus menerus mengganggunya.

Kenyataan itu memebuat kepalanya mulai penat, perutnya terasa melilit, Ia mengalami trauma masa kecilnya lagi. Jika keadaan seperti ini , Dirinya tidak akan tahan lagi. Keringat dingin mulai mengalir . Badannya seakan kehilangan kendali.

Ia meringis

aku bodoh sekali, berani-beraninya dataang tanpa teman
padahal aku sudah tahu jadinya akan seperti ini
padahal aku trauma sendirian
apalagi ditengah keramaaian seperti ini....


Kepalanya semakin terasa berat. Ia memegangi kepalanya dengan tangannya yang sebelah . Lalu berusaha menahan keseimbangan dengan tangannya yang satu lagi dengan berpegangan di tembok terdekat.

Suara-suara yang ada di sekitarnya telah berubah menjadi dengungan dan membuat kepalanya semakin pusing. Nafasnya sesak seakaan tempat itu terlalu penuh, padahal tempat itu cukup luas. Tetapi halusinasi yang dibuat oleh traumanya telah menguasai dirinya

Akhirnya ia tidak tahan dan rubuh, kesadarannya hilang sepenuhnya. dan jatuh ke lantai dengan bunyi yang cukup keras.
Brugh!!

Haru merasa setiap orang dapat berubah di hall, termasuk Devon salah satunya. Devon menawarinya dan Marianne untuk mengambilkan minuman. Haru dan Marianne tidak menolaknya dan Devon hanya menanggapinya dengan berkata,

"Tentu saja tidak merepotkan. Kalau begitu, tunggu sebentar."

Beberapa menit kemudian, Devon kembali dengan membawa dua gelas cocktail. Devon menyerahkannya pada Haru dan Marianne sambil berkata,

"Ini."

Marianne pun berkata,

"Terima kasih."

Begitu juga Haru. Lalu Haru melihat ke arah Devon yang menatapnya tajam namun bagi orang lain kelihatan lembut. Lalu Devon berkata kepadanya,

"Haru, setelah ini kita berdansa,"

Kukira dia sudah lupa tentang ajakannya berdansa, tenyata tidak. pikirnya dalam hati.
Lalu datanglah Locke dan pasangannya dan berkata,

"Hei."

Tiba-tiba ada seorang wanita berambut merah menghampiri Devon.
Sepertinya orang ini mengenal Devon, tapi Devon tidak mengenalnya pikirnya dalam hati.
Gadis itu memberi tahu Devon tentang dirinya,

"Aku Mashka. Marishka Arista. Devon, kau ingat? Aku kakakmu. Kita berpisah sepuluh tahun lalu, karena aku dan ibuku harus pindah ke Paris."

Tiba tiba gadis itu terlihat limbung dan Devon pun langsung memapah Mashka dan pergi sebentar.
Dari arah pintu masuk, datanglah seorang gadis mengenakan dress putih dan berambut gelap menghampiri Marianne. Dia pun mengenalkan dirinya,

"Lusharda Catriel,"

Lalu pasangan Locke pun mengenalkan diri pada gadis itu dengan suara yang lembut,

"Salam kenal. Namaku Cloenthy Firielle."

Haru memperkenalkan dirinya pada Catriel, "Salam kenal. Namaku Haruhi."

"Salam kenal. Namaku Cloenthy Firielle."

Catriel mengangguk sopan ke arah gadis itu. "Firielle, kalau begitu."

Tidak jauh darinya, seorang gadis berambut cokleat kini ganti memperkenalkan dirinya:

"Salam kenal. Namaku Haruhi."

Kembali mengangguk, ia menyapa orang-orang yang baru dikenalnya di End Earth. Yah, masalahnya kalau dalam kesehariannya, ia tidak akan punya terlalu banyak waktu untuk berkenalan dengan orang lain. Alih-alih ia akan lebih memilih menghabiskan waktu di tempat-tempat sunyi yang dekat dengan alam atau berlatih tanding dengan senjatanya.

Saat Catriel hendak mengambil gelas Red Wine kedua yang disuguhkan pelayan pesta kepadanya, ia mendengar suara "Brugh!!" dari salah satu sudut ruangan yang besar dan dipenuhi pilar itu.

Mencari-cari sumber suara, ia menemukan sesosok anak kecil yang sudah tidak asing di matanya. Crein.
Mendesah, dengan cepat ia menghampiri anak itu dan membantunya untuk bangun.
"Crein...?" tanyanya ragu. "Hei, ini aku. Sadarlah."

"Crein...?" tanyanya ragu. "Hei, ini aku. Sadarlah."

Crein perlahan sadar. Ia merasakan sentuhan seseorang. matanya masih kabur, tetapi ia mengenalisuarau yang berhasil membangunkannya.

"Catrielnee-chan?" tanyanya lemah.
Ia mengusap matanya. Pening di kepalanya belum juga hilang sehingga ia merasa bahwa dunia disekitarnya berputar-putar.

Ia berusaha mengingat-ingat apa yang sedang ia lakukan. SEingatnya ia sedang berada di hall sendirian dan pingsan. Lalu ia mencoba berdiri. Ia memgang tembok sebagai Bantuannya tetapi ia tidak dapat bertahan lama. Tangannya tidak mempunyai kekuattan untuk menopang tubuhnya. tetapi ia berhasil berdiri sambil menyenderkan diri ke Tembok.

" Maaf....Aku...tidak apa-apa catrielnee-chan...tenang saja" katanya dengan sangat pelan.
hanya saja sudah lama aku tidak mengalami serangan ini...

ia lalu meluruskan posisi-badannya.

"Ya, sudah cukup lama kita tidak bertemu,"

"Kenapa kau baru datang? Aku tidak ada teman yang tidak berpasangan di sini. Sampai-sampai aku hampir merasa iri terhadap pasangan-pasangan lainnya. hahahaha..", kata Marianne sambil bercanda kepada Catriel.

Marianne melanjutkan meminum cocktailnya sampai habis. Ia memejamkan mata untuk menikmati tetes terakhir. Memang seperti anak kecil yang sungguh menikmati susunya. Tak apalah.. Kan aku berjiwa muda.. hehehe. Marianne tersenyum geli terhadap dirinya sendiri.

Marianne melihat Catriel memperkenalkan dirinya. Lalu Cloenthy menjawabnya,

Terima kasih Marianne. Pasanganmu?"

Marianne tersenyum. "Aku datang sendirian Cloenthy. Tidak ada pasangan." Yah, apa boleh buat. Aku kan tidak mengajak dan diajak siapa-siapa. Ia kembali tersenyum agar terlihat ceria. Ia tidak ingin hanya karena ia tidak berpasangan seperti yang lainnya, ia menjadi sedih.

Marianne melihat Catriel mengambil gelas wine kedua dan tiba-tiba menolong seorang anak kecil. Ternyata Crein. Marianne melihat bahwa Crein sudah ditangani oleh tangan yang tepat sehingga ia tetap di posisinya. Walau ia merasa tak enak tidak menghampiri Crein dan menanyakan keadaannya.

"Kenapa kau baru datang? Aku tidak ada teman yang tidak berpasangan di sini. Sampai-sampai aku hampir merasa iri terhadap pasangan-pasangan lainnya. hahahaha.."

Catriel tersenyum balas menganggapi candaan Marianne walau ia tidak tahu harus berkomentar apa.

"Catrielnee-chan?"

"Ya," jawabnya, tidak beranjak dari sisi anak itu, takut kalau Crein roboh lagi, atau malah tersandung dan menabrak ini-itu, kebiasaan lamanya bila anak itu memang tidak berubah.

" Maaf....Aku...tidak apa-apa catrielnee-chan...tenang saja"

"Sama sekali tidak," bantah Catriel tegas. Ia mengambil segelas air putih (satu-satunya minuman netral di situ) dan memberikannya pada Crein untuk membantunya agar lebih segar.

"Kau datang sendiri, Crein?" tanya Catriel baru menyadari bahwa ia tidak menemukan orang dewasa bersama anak itu.

Tak disangka, Catriel juga datang ke pesta itu. Ia nampak sangat terbiasa dengan acara-acara semacam ini, mengingat dirinya adalah ex rune knight. Pastinya dulu Ia sering mendatangi acara-acara formal seperti ini.

Namun tak lama setelah bincang-bincang singkat mereka. Kira mendengar duara debuman yang cukup keras. Crein! Kira yang memang sejak tadi tidak melihat Crein terkejut saat melihat sepupunya tiba-tiba terjatuh. Buru-buru Ia menghampiri Crein, raut wajahnya terlihat sangat khawatir. Namun sepertinya Catriel lebih dulu mencapai Crein. Kakak macam apa aku ini? pikirnya.

"Hei! Kau tidak apa-apa?" tanya Kira cemas.

Maaf....Aku...tidak apa-apa catrielnee-chan...tenang saja

Lega mendengar Crein berkata demikian, Kira menatap Catriel. "Thanks, again." katanya sambil mengangguk pelan.

Devon baru sebentar meninggalkan Haru untuk mengantarkan wanita yang bernama Mashka ini ke pinggir hall karena kondisinya yang kurang sehat.
Sekembalinya Devon di hadapan Haru, ternyata sudah ada banyak kejadian yang terlewatkan dan banyak tamu baru yang datang.
"Haru, apa yang terjadi? Kelihatannya aku sudah kelewatan banyak hal. Oh ya, gadis itu baik-baik saja. Tapi, aku benar-benar tidak mengenal gadis itu. Kenapa dia kelihatannya seolah-olah sungguh mengenalku? Sebaiknya kau hibur aku, mari berdansa," kata Devon sambil menggenggam tangan Haru dengan sopan dan hormat layaknya seorang ksatria yang memegang tangan seorang putri yang telah diselamatkannya.

Mashka yang tiba-tiba merasa kehilangan keseimbangan karena orang yang dikira dan diyakininya adalah adiknya malah mengingkarinya langsung dipapah oleh orang yang dikira dan diyakininya adalah adiknya ini, Devon.

"Anda tidak apa-apa?"

Mashka tidak bisa menjawab. Cara Devon memberikan perhatian sama persis dengan adiknya. Benarkah mereka adalah orang yang berbeda?
Kenapa nama depan mereka sama? Walau nama belakang mereka berbeda. Begitu juga denagn suara dan rupanya. Mashka sudah lama tidak bertemu dengan adiknya itu. Apakah karena terlalu rindu, maka ia menganggap semua yang nampak dari laki-laki yang bernama Devon ini seperti adiknya? Yah, mungkin begitu.

Devon memapah Mashka ke pinggir hall setelah sebelumnya minta izin dulu kepada pasangannya, seorang gadis berambut coklat. Mashka merasa tidak asing dengan gadis itu. Nampaknya ia merasa pernah bertemu dengannya entah di mana.

Sesampainya di pinggir hall, Devon mendudukkan Mashka di bangku-bangku yang berada di sana.
Lalu pamit pergi,

"Sebaiknya anda beristirahat sejenak disini. Saya harus kembali ke sana. Permisi."

Tunggu! Jangan pergi!
Tapi suara Mashka tidak bisa keluar. Maka Devon pun meninggalkannya dan kembali ke kerumunan tadi. Mashka merasa sedikit sedih. Tapi tak apalah. Mashka yakin dapat menemukan adiknya kembali di dunia yang belum terlalu ia kenal ini.

Setelah merasa enakkan, Mashka memutuskan untuk mengambil minuman. Maka ia beranjak menuju tempat minuman. Sambil meminum segelas red wine, ia melihat ke sekeliling hall.

Banyak orang baru yang belum dikenalnya. Ada pria berambut hitam dengan wajah dinginnya, seorang wanita berambut hitam panjang dengan dress putihnya (Mashka belum melihatnya tadi, pasti dia baru datang), seorang gadis bermabut pirang, seorang gadis lainnya berambut keunguan, seorang laki-laki berambut merah, dan masih banyak lagi.

Mashka berharap pesta dansa ini menyenangkan, walau ia hanya hadir disini sebagai penonton saja, dan bisa menghibur hatinya yang sedih karena belum berhasil menemukan adiknya.

Haru melihat Devon kembali setelah mengantar Mashka pergi sebentar. Devon pun kembali dan berkata,

"Haru, apa yang terjadi? Kelihatannya aku sudah kelewatan banyak hal. Oh ya, gadis itu baik-baik saja. Tapi, aku benar-benar tidak mengenal gadis itu. Kenapa dia kelihatannya seolah-olah sungguh mengenalku? Sebaiknya kau hibur aku, mari berdansa,"

Haru merasa bingung dengan Devon dan perempuan itu. Haru pun berkata kepada Devon, " Rasanya sedikit aneh bila perempuan itu mengenalmu sementara ku tidak mengenalnya. Kau memang sudah melewatkan beberapa kejadian."
Haru pun berbisik kepada Devon agar yang lain tidak mendengarnya, "Kalau soal berdansa, itu bisa dilakukan nanti. Bukankah lebih nyaman bila berdansa bersama-sama yang lain?"
Haru melihat Mashka berada di dekat tempat minuman dan mengambil segelas red wine. Dia pun ingin menghampiri Mashka.
Haru berkata lagi kepada Devon, "Aku akan mengambil minuman untukmu agar kau lebih tenang. Tunggulah di sini."

" Rasanya sedikit aneh bila perempuan itu mengenalmu sementara ku tidak mengenalnya. Kau memang sudah melewatkan beberapa kejadian."

jawab Haru sedikit bingung.
Kemudian ia berbisik pada Devon,

"Kalau soal berdansa, itu bisa dilakukan nanti. Bukankah lebih nyaman bila berdansa bersama-sama yang lain?"

Devon akhirnya mengangguk pelan menjawab bisikan itu.
Lalu Haru berkata lagi,

"Aku akan mengambil minuman untukmu agar kau lebih tenang. Tunggulah di sini."

Devon segera menahan Haru dengan memegang tangannya,
"Jangan pergi! Tetaplah disini! Aku tidak apa-apa,"kata Devon pada Haru.

Setelah sekian lama akhirnya Ryo berhasil menyelesaikan segala pekerjaannya yang tiba-tiba saja didatangkan oleh Rei. Belakangan ini Ryo memang sering sekali meninggalkan End Earth untuk melihat-lihat keadaan Xion. Tampaknya banyak wajah-wajah baru yang ia baru pernah lihat. Ryo berdiri dari kursinya dan mulai berjalan-jalan mengelilingi hall yang luas itu. Makanan-makanan terlihat sangat lezat, dekorasi menawan, pengunjung-pengunjung yang berpakaian elegan dan musik yang mendayu-dayu.....

Sepertinya ada beberapa hal yang janggal... Hmm... Pertama, ke mana perginya para juri?.... Kedua, lagu-lagu yang dibawakan terlalu...cengeng dan menusuk hati.... Ketiga..... Mengapa semua orang di sini menghiraukanku?.....

Ryo melihat semua orang terlihat sibuk dengan partnernya masing-masing. Jujur saja Ryo sedikit kaget melihat Rin mencium tangan Hakuei.

Ternyata Rin-san bisa juga berperilaku gentleman seperti itu... Tapi kok agak tidak cocok dengan image Rin-san ya?.... Apa perasaanku saja?

Sebenarnya Ryo ingin berkenalan dengan para peserta. Tapi karena sepertinya kehadiran Ryo sama sekali tidak membuat impact dan bahkan tampaknya beberapa orang tidak tahu bahwa Ryo adalah Raja Eternia, Ryo kemudian mengambil segelas wine dan memojok di sudut hall.

Ruelle baru saja bangun dari tidurnya. Ia memang sedikit aneh, tidur di siang hari dan bangun di malam hari. Dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia tidak menyukai acara-acara formal seperti ini apalagi yang seperti ini, terlalu kaku dan anggun pikirnya. Maklum saja, ia lebih sering hang out di tempat-tempat seperti bar dan night club, dunia malam dan orang dewasa. Kalau Ryo tidak membujuknya dan kalalu Rei tidak mengancam untuk memberitahukan rahasianya kepada Ryo dan Hiko, Ruelle tidak akan mau menjadi juri untuk acara ini.

SILAU. Satu kata terlintas dalam pikirannya saat memasuki hall. Atmosfer yang satu ini sangat tidak cocok dan tidak nyaman baginya. Tapi mau bagaimana lagi, ia telah berjanji kepada Ryo. Dan ia tidak mau rahasianya atau lebih tepat scandalnya ketahuan. Tidak terpikirkan bagaimana nasibnya apabila Hiko dan Ryo mengetahui hal itu.

Mumpung ada ballroom party, kenapa gak sekalian aja gua cari cewe-cewe cantik ato cowo-cowo imut yang bisa gua gaet. Toh lagipula Rei gak bilang gua gak boleh nge-flirt ama orang-orang di sini kan?

Tugas patroli hari ini sudah selesai, Bolt bergegas menuju ke hall. Ia telah ditunjuk menjadi juri untuk lomba dansa pada ballroom party kali ini. Tadinya ia tidak berniat untuk menjadi juri dan merekomendasikan Blaze atau Clayne karena mereka berdua lebih mahir dalam urusan dansa. Namun karena mereka ditugaskan ke Xion, dan kebetulan Masaki juga pergi menjalankan misi, Bolt akhirnya bersedia menjadi juri. Bolt memasuki hall dan ia terdiam melihat keadaan hall.

Hall ini akhirnya terpakai juga.... Sayang sekali kalau tidak digunakan. Ke mana Ryo-sama? Mengapa ia tidak ada di kursinya? Juri-juri yang lain sepertinya belum datang....

Bolt memandangi keadaan sekitarnya, mencari keberadaan juri-juri.

Ah, ternyata 1 telah datang. Tampaknya Rei berhasil memaksa Ruelle-sama mengikuti acara ini. Mungkin karena ia khawatir Ryo-sama akan kecewa apabila 'cinta pertama'nya tidak hadir....

Tiba-tiba Bolt merasakan adanya hawa aneh dari pojok hall. Ia melihat Ryo-sama memojok memainkan gelas wine sambil sekali-kali meminumnya. Ia mendekati Ryo.

"Ryo-sama, mengapa kau memojok seperti ini? Apakah ada hal yang mengganggumu? Walaupun begitu, kau tidak boleh minum terlalu banyak..."ujar Bolt mengingat kejadian waktu Ryo mabuk berat. Kejadian seperti itu tidak boleh terulang lagi...

Makoto sibuk mondar-mandir hall. Kali ini ia ditugasi sebagai juri dan juga sebagai pengurus musik dalam ballroom party. Ia mengumpulkan lagu-lagu yang cocok untuk dilombakan dan membagi-bagikan partitur kepada pemain musik. Tidak mudah baginya untuk mengerjakan hal seperti ini apalagi ia setiap hari bekerja di Distance Corporation sebagai salah satu 'hakim'. Memang ia merupakan salah satu dari sedikit anggota kerajaan yang dulunya normal. Makoto terlihat resah, ia takut lepas kendali dan mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dikatakannya walaupun Bolt telah menyegel kekuatannya. Selama ini, Makoto bertahan untuk tidak berbicara satu kata pun karena trauma yang dideritanya....

Ryo-sama seharusnya tahu betul mengenai sumpahku untuk tidak berbicara. Mengapa ia menunjukku sebagai juri dan pengurus musik apalagi untuk acara penting dan formal ini?....

Makoto mengambil secarik kertas yang tertinggal di atas kursi Ryo.

Hmm.... Apa ini?

Kertas itu bertuliskan : "Makoto, kumohon... Aku tau kalau kau tergila-gila dengan musik yang sedih dan kelam... Tapi paling tidak... mainkan beberapa musik yang gembira dan bersemangat.... =Ryo="

Setelah melihat kertas itu, Makoto segera memberikan partitur-partitur yang baru. Akhirnya tugasnya sebagai pengurus musik selesai dan saatnya bertugas menjadi juri.

Ryo memutar-mutarkan jarinya ke ujung gelas wine sehingga gelas wine menghasilkan bunyi yang merdu. Sesekali ia juga meminum wine itu.

"Ryo-sama, mengapa kau memojok seperti ini? Apakah ada hal yang mengganggumu? Walaupun begitu, kau tidak boleh minum terlalu banyak..."

Bolt? Ia telah datang?....

Ryo memutarkan kepalanya, ternyata yang berbicara memang Bolt.

"Bolt!!!! Kau akhirnya datang...a-aku... hiks... Aku memang raja yang tidak bertanggung jawab.... Aku sering melalaikan tugasku di End Earth dan aku pun tidak mengenali orang-orang yang datang ketika aku tidak ada.... Aku memang pantas dikucilkan!!!! Hiks...."tangis Ryo sambil memeluk Bolt erat-erat.

Rei kembali dari kantornya setelah membereskan dokumen-dokumen yang telah ditandatangani Ryo. Semua juri telah hadir dan tampaknya peserta-peserta telah membawa pasangan masing-masing.

"Bolt!!!! Kau akhirnya datang...a-aku... hiks... Aku memang raja yang tidak bertanggung jawab.... Aku sering melalaikan tugasku di End Earth dan aku pun tidak mengenali orang-orang yang datang ketika aku tidak ada.... Aku memang pantas dikucilkan!!!! Hiks...."

Rei mendengar suara Ryo, ia merasa sedikit cemburu karena Ryo-sama yang dicintainya memeluk erat Bolt. Tapi ia harus tetap sabar, ia tidak boleh mencampurkan perasaan pribadinya. Sudah menjadi takdirnya untuk menjaga dan mengurus Ryo-sama serta tidak menghalanginya dalam urusan cintanya.

Mengapa Ryo-sama berpikir seperti itu?... Bukan salahnya kalau ia seringkali meninggalkan End Earth.

Rei melihat Ruelle yang tadinya berbincang-bincang mesra dengan sekelompok orang memandangi Bolt dengan tampang kesal.

Ruelle selalu berkata kalau ia tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Ryo-sama...tapi sebenarnya ia tidak suka melihat Ryo-sama bersama dengan yang lain...

Rei pun sebenarnya iri dengan Ruelle yang dapat mengekspresikan segala yang ia pikirkan kepada orang lain termasuk Ryo. Rei tidak merasa memiliki hak untuk melakukan hal itu, hidupnya telah didedikasikan untuk kepentingan End Earth dan kebahagiaan Ryo. Rei mengambil microphone dan mulai berbicara.

"Selamat datang di ballroom party dan terima kasih kepada para peserta dan pengunjung yang bersedia merelakan waktunya. Karena juri-juri sudah berkumpul, mari kita mulai lomba dansa ini. Para peserta bersama pasangannya harus menarikan tarian yang sesuai dengan lagu yang dibawakan. Akan disediakan 2 lagu. Untuk tarian penutup, para peserta diharapkan memberitahukan lagu pilihannya kepada juri dan akan menari berdasarkan lagu yang dipilih tersebut. Lagu terakhir merupakan lagu bebas. Sekarang.... lagu pertama.... Beyond The Sea (George Benson)!"

Rin menghela nafas panjang. Sebenarnya, ia paling benci dengan keadaan ramai seperti ini. Apalagi lampu-lampu yang ada dalam hall istana yang terang membuat sakit mata Rin yang sudah terbiasa dengan kegelapan. Rin hanya berusaha menyenangkan Akari.

Sabar..

Rin sudah tidak memperhatikan lagi orang-orang yang sudah datang ke dalam hall kerajaan. Ia tidak mau mengambil pusing dengan keberadaan orang-orang yang tidak terlalu ia kenal. Toh, Rin juga tidak ingin bersosialisasi dengan mereka. Satu-satunya prioritas Rin sekarang hanyalah Akari.

Rin menerima tangan Akari dengan lembut sambil berdiri perlahan. Terdengar sayup-sayup suara Ryo, Ruelle, dll. Itu tanda bahwa pesta dansa sudah resmi dimulai. Rin hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala saat mendengar irama lagu dari musik pertama.

Lagu macam apa ini??

Rin tidak pernah mengikuti perkembangan lagu selama ada di Planet Xion. Ia hanya tahu bahwa kemungkinan besar ini adalah lagu jazz atau apapun jenisnya. Rin mengajak Akari ke samping aula tempat berdansa. Sudah lama sekali Rin tidak berdansa.

Rin menggenggam tangan kiri Akari dan menempatkan tangan kanan Akari pada bahu Rin. Ia letakkan tangan kanannya di pinggang Akari dengan lembut. "Ikuti saja aku," kata Rin halus. Mereka mulai melangkah ke kiri dan ke kanan.

Rasanya jantung Hakuei akan melompat keluar saat Rin menarik tangannya dan mengajaknya ke tengah hall.

Ikuti saja aku,


Terdengar musik lembut yang mulai mengalir dalam aula luas itu. Muka Hakuei merah padam saat Rin menariknya ke tengah kerumuna. Apalagi pada saat Rin meletakkan tangan di pinggangnya. Muka Hakuei pasti sangat merah mengingat mereka sedang berada di tengah kerumunan seperti ini.

Jaraknya.. Jaraknnya terlalu dekat!!!!!

Jantung Hakuei berdegup kencang. Ia malu sekali berada di tengah kerumunan seperti ini karena ia sudah terbiasa di keadaan yang sepi. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian. Apalagi wajah Rin sekarang dekat sekalli dengannya. Hakuei bertambah gugup. Pemandangan di sekitarnya jadi terlihat kabur.

Rin mulai melangkah ke kiri dan ke kanan menyesuaikan irama lagu. Tampaknya Rin ingin dengan lembut menuntun gerakan Hakuei. Sayang, akibat kegugupan dan pengalaman pertamanya untuk berdansa, Hakuei kurang dapat mengikuti gerakan Rin. Kaki kanannya menginjak kaki Rin saat berdansa.

Semakin banyak orang yang datang dan berseliweran di ruangan itu. Devon tidak terlalu mengenali wajah mereka semua. Ada satu orang yang mencolok. Kelihatannya dia adalah Raja di dunia ini. Benarkah?? Devon sudah merasa tidak peduli lagi akan kehadiran orang-orang itu.
Yang terpenting tugasnya disini sebentar lagi akan selesai. Yah, hanya menemani Haruhi berdansa beberapa lagu dan hutangnya terbayar lunas.

Lalu seseorang mengumumkan bahwa lomba dansa dimulai dan lagu ayng ditentukan pun mulai dimainkan. Terlihat beberapa pasang orang mulai melangkah berdansa mengikuti irama lagu itu.

Devon mendekatkan mulutnya ke telinga Haruhi lalu berbisik pelan,
"Haruhi, orang-orang sudah mulai berdansa. Apakah kau mau berdansa sekarang?"