Memories about the past [open for Kira, Ryazely and all of kingdom member] (finished)

"Aku mungkin memang bukan manusia tetapi aku setengah manusia. Aku lebih sering menunjukkan perasaanku sebagai manusia bukan? Lain dengan Rin yang sisi demonnya lebih ditunjukkan! Apakah kau beitu membenci manusia??"

Kira kembali tersenyum pahit. Ia mukai menyebut nama Rin. Nama yang paling tidak ingin didengarnya di end
earth. Orang yang menurutnya terlalu sombong untuk menunjukkan ekspresinya. mirip dengan dirinya.
"Heh. Dari mana aku tahu kalau kau sedang menunjukkan perasaanmu sebagai manusia? Dari mana aku tahu
bahwa kau tidak semata-mata berpura-pura berperasaan? Aku tidak pernah berkata bahwa aku membennci manusia,
aku hanya tidak yakin apakah aku masih layak disebut senbagai manusia." katanya sinis.

Kira sudah terlampau lemas. Ryazely menyodorkannya segelas air dan sebuah pil. Mungkin untuk mengurangi rasa
sakitnya. Ia sudah tidak mempunyai tenaga untuk menolak kebaikan Ryazely yang terus-menerus diberikan kepadanya.
Diminumnya obat yang diberikan Ryazely, sekedar untuk membuat Ryazely puas.

Kira, apakah dengan dendam akan mengembalikkan orang yang kau cintai?

Kata-kata Ryazely seperti menusuk jantungnya. Sebelumnya Ia tidak pernah berpikiran seperti itu. Sepertinya
memang Ryazely-lah yang dapat membuka hatinya yang sudah sekian lama tertutup, tidak mengizinkan seorangpun
masuk ke dalamnya. Kira memalingkan wajahnya dari Ryazely, menyadari bahwa perkataannya benar.
"...." Ia tidak mampu berkata-kata.

"Heh. Dari mana aku tahu kalau kau sedang menunjukkan perasaanmu sebagai manusia? Dari mana aku tahu
bahwa kau tidak semata-mata berpura-pura berperasaan? Aku tidak pernah berkata bahwa aku membennci manusia,
aku hanya tidak yakin apakah aku masih layak disebut senbagai manusia."

Ryazely benar - benar bingung dengan orang yang satu ini. Ia tidak bisa melihat sifat orang mungkin. Jelas - jelas yang selama ini diperlihatkan adalah sisi manusianya.

"Kira, yang selama ini aku tunjukkan itu sisi manusiaku. Pertama kita bertemu sampai tadi. Sekarang ini aku sedang dikuasai sedikit sisi demonku sehingga mungkin kata - kataku berubah. Memang tidak terlalu drastis tapi aku orang yang bisa kau percayai, Kira. Tentu kamu ini manusia! kenapa kau mengganggap dirimu tidak cocok disebut manusia?"

"...." I

Ryazely menyadari Kira tidak bisa menjawab pertanyaannya yang satu ini karena memang benar adanya bahwa ia tidak bisa mengembalikkan orang - orang yang dicintainya hanya dengan balas dendam.
"Tidak bisa kembali kan Kira? Jadi apa gunanya kau membalas dendam? apakah jikau kau balas dendam, orang - orang yang kau cintai akan senang kalau kau membunuh orang?" tanya Ryazely lagi.

"Kira, yang selama ini aku tunjukkan itu sisi manusiaku. Pertama kita bertemu sampai tadi. Sekarang ini aku sedang dikuasai sedikit sisi demonku sehingga mungkin kata - kataku berubah. Memang tidak terlalu drastis tapi aku orang yang bisa kau percayai, Kira. Tentu kamu ini manusia! kenapa kau mengganggap dirimu tidak cocok disebut manusia?"

Sebenarnya, lebih tepat jika dikatakan Kira tidak bisa menerima kenyataan bahwa Ia pernah menjadi half vampire.
Menjadi bagian dari sesuatu yang dibencinya. Dan di saat ia terlahir kembali sebagai manusia, Ia masih merasa
kalau Ia adalah seorang monster.

"Aku itu monster. Pembunuh orang-orang yang berharga bagiku adalah aku. Makhluk itu yang menyebabkan semuanya. Ia membuatku haus darah. Membuatku menghabisi nyawa orang-orang yang berharga bagiku.
Apakah itu layak disebut sebagai manusia?"
Kira memalingkan wajahnya, hatinya seperti dicabik-cabik. Ia sangat tidak ingin mengingat hal itu.

"Tidak bisa kembali kan Kira? Jadi apa gunanya kau membalas dendam? apakah jikau kau balas dendam, orang - orang yang kau cintai akan senang kalau kau membunuh orang?"

Ya, untuk apa Kira menggunakan dendam untuk bertahan hidup? Apakah orang-orang yang dibalaskan dendamnya
akan merasa senang? Mungkin tidak, mungkin juga ya.

"...Aku tidak tahu. Aku tidak tahu lagi."

"Aku itu monster. Pembunuh orang-orang yang berharga bagiku adalah aku. Makhluk itu yang menyebabkan semuanya. Ia membuatku haus darah. Membuatku menghabisi nyawa orang-orang yang berharga bagiku.
Apakah itu layak disebut sebagai manusia?"

Ryazely baru pertama kali mendengar Kira mencurahkan masa lalunya kepadanya. Mood Ryazely kembali seperti semula hanya saja ia masih ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang Kira.

"Itu dulu bukan? apakah mereka mempermasalahakn hal itu? Apakah mereka dendam padamu karena kamu membunuh mereka? Crein pun tidak membencimu bukan? malah sayang sekali denganmu." kata Ryazely pelan.

"...Aku tidak tahu. Aku tidak tahu lagi."

Ryazely menghela nafas, lagi. Kali ini ia akan membiarkan Kira tenang dahulu dan tidak akan menanyakan apapun lagi.

"Tenangkanlah dirimu dulu. Aku akan diam dan duduk di sofaku tercinta." kata Ryazely sedikit membuat suasana ceria.

Itu dulu bukan? apakah mereka mempermasalahakn hal itu? Apakah mereka dendam padamu karena kamu membunuh mereka? Crein pun tidak membencimu bukan? malah sayang sekali denganmu.

Ya. Selama ini memang hanya Crein yang dirasa menyayanginya. Dan sebaliknya, Kira merasa hanya Crein yang
dapat ia sayangi. Setelah Ia membunuh keluarganya, ia ditangkap dan dihukum mati oleh anggota clannya yang
selamat. Apakah itu bukan dendam?

"Tenangkanlah dirimu dulu. Aku akan diam dan duduk di sofaku tercinta."

Kira memejamkan matanya. Ia lelah menghadapi hari yang panjang itu. Lelah untuk terus mendendam. Walaupun hal
itu tidak dapat lenyap dari dalam dirinya. Ryazely seudah tenang, sama seperti dirinya. Kira tersenyum tipis.
"Thx man..." katanya setelah akhirnya tenang.

Lukanya sudah terasa tidak begitu sakit. Sepertinya obat yang diberikan Ryazely padanya bekerja dengan baik.
Ia kembali mengenakan pakaiannya. Lalu bangkit untuk duduk. Ukh.. Rasa nyeri kembali dirasakannya. Ia memegang
lukanya sambil terduduk.
"Hei. Bagaimana kau bisa begitu santai menghadapi hidup?" tanyanya tiba-tiba.

"Thx man..."

Ryazely yang saat itu sedang duduk di sofanya dan sedang memejamkan matanya pula tiba - tiba membuka matanya dan tersenyum lembut seperti biasanya ia lakukan pada teman - temannya pada saat ia menjadi manusia.

"sama - sama Kira. Maaf ya tadi aku menunjukkan sifat demonku." kata Ryazely ramah.

Ryazely melihat Kira mencoba duduk dan ia memegang kembali lukanya. Pasti terasa sakit karena duduk membuat luka perih.
"jangan bangun dulu." kata Ryazely memeperingatkna tetapi sepertinya Kira tidak menghiraukannya.

"Hei. Bagaimana kau bisa begitu santai menghadapi hidup?"

Ryazely sama sekali tidak merasa hidupnya santai hanya saja ia tidak ingin ada orang yang ikut sedih dengan masalah yang ia hadapi karena baginya masalahnya bukanlah hal yang penting untuk dikhawatirkan.

"hmm.. Karena aku tidak terlalu memikirkan tentang masa lalu. Memang masa lalu itu penting adanya tetapi janganlah membuat masa lalu itu menjadi penghalang untuk kita menghadapi hari esok. Itulah yang kupikirkan jadi ya hidup bisa lebih santai." kata Ryazely menjelaskan.

sama - sama Kira. Maaf ya tadi aku menunjukkan sifat demonku.

Ahh... Ryazely sudah kembali seperti semula, ceria dan santai. Ryazely tidak cocok marah-marah.
Mungkin bagi Kira ekspresi Ryazely yang sedang marah lebih ke arah konyol daripada menyeramkan.

"jangan bangun dulu."

Ia melihat wajah Ryazely yang khawatir seperti biasa. Ia menyinggungkan senyum tipis, lalu duduk.
"Tenanglah, aku tidak apa-apa." katanya santai.

"hmm.. Karena aku tidak terlalu memikirkan tentang masa lalu. Memang masa lalu itu penting adanya tetapi janganlah membuat masa lalu itu menjadi penghalang untuk kita menghadapi hari esok. Itulah yang kupikirkan jadi ya hidup bisa lebih santai."

Terkejut. Itulah satu-satunya reaksi yang dapat diberikan Kira setelah mendengar jawaban pertanyaannya dari
Ryazely. Let go of the past, and keep moving forward. Mungkin benar kata-katanya. Itulah yang begitu membedakan
antara Kira dan Ryazely. Kira memang selama ini hidup dari bayang-bayang masa lalunya, sedangkan Ryazely tidak.

Ia begitu mudahnya mengesampingkan masa lalunya yang sepertinya menyakitkan. Ia lebih melihat masa depan.
Mungkin Kira dapat belajar darinya. Belajar menjadi orang yang dapat memaafkan.
"...Begitu. Mungkin aku tidak sepertimu." katanya pendek.

Ryazely melihat Kira kaget karena jawaban atas pertanyaannya itu sehingga Ryazely tertawa melihat reaksi Kira.
"Terkejut ya Kira? Kata - kataku puitis ya?" tanya ryazely dengan tersenyum usil.

"...Begitu. Mungkin aku tidak sepertimu."

Ryazely menjadi bingung lagi melihat reaksi Kira. Yah memang Kira berbeda dengannya yang tidak bisa melihat ke depan dan terlalu termakan dengan masa lalu yang kelam tapi Ryazely ingin berusaha membuatnya sadar akan hal yang penting untuk saat ini. Tetapi mungkin akan memakan waktu yang lama. Mungkin harus menunggu Kira mempunyai orang yang berharga lagi untuknya.

"Kalau begitu belajarlah dariku, Kira." kata Ryazely tersenyum.

"Kalau begitu belajarlah dariku, Kira."

Kira tersenyum kecil mendengar perkataan Ryazely. Dasar narsis. Ryazely ini walaupun saat marah menyebalkan,
tetapi Ia mempunyai aura yang hangat sehingga bisa sedikit membuka hati Kira.

Kira bangkit berdiri, Ia sadar bahwa Ia telah terlalu lama berada di Xion. Ia tidak ingin kenangan tentang masa
lalunya merasukinya lagi. Tubuhnya masih sakit karena lukanya, namun Ia memaksakan untuk berdiri, sudah ingin
segera meninggalkan Xion.
"Ugh...Hei, ayo kembali ke end earth." ajak Kira.

"Ugh...Hei, ayo kembali ke end earth."

Ryazely yang melihat dan mendengar Kira ingin pulang akhirnya membantu membopong Kira karena melihat Kira masih terluka. Ryazely pun tersenyum melihat keadaan rumahnya yang sekarang. Berharap suatu saat ia akan sempat untuk pergi ke sini lagi dengan semua anggota kerajaan yang dulu bersama - sama dengannya.

Hari ini bisa dibilang sedih dan bahagia karena selain mengenang masa lalu, Ryazely juga melihat sisi lain Kira yang dulunya cool menjadi tidak cool seperti biasanya.

Sampai jumpa Zornykh