Just passing by.. [open]

Rin menjejakkan kakinya dengan malas di tengah kegelapan malam kota di End Earth. Merasa lelah berjalan dari pagi setelah patroli, Rin bermaksud beristirahat di suatu tempat. Diliriknya ke tempat-tempat di sekitarnya yang memungkinkan untuk dijadika tempat istirahat barang sejenak. Matanya tertuju pada sebuah bangunan yang masih terang benderang di tengah-tengah bangunan lain yang penghuninya sudah tidur.

Bar.. Sudah lama sekali aku tidak kesini..

Bisa dibilang Rin memang menjauhi tempat itu setelah insiden dengan Kapten Bolt. Tapi, Rin sadar bahwa tidak selamanya ia bisa kabur seperti ini. Merasa malas, dengan gontai ia masuk ke dalam bangunan itu. Tidak terlihat dari luar, ternyata tempat itu sangat ramai dan berisik. Sistem kedap suara di bar itu memang cukup canggih sehingga suara-suara keributan yang ada di dalamnya tidak mengganggu keluar.

Tidak ingin berbaur dengan keramaian, Rin memilih untuk duduk di pojok belakang bar yang tidak dipenuhi banyak orang. Ia lebih suka duduk tenang sambil memperhatikan keadaan orang lain di sana. Rin merasa sangat lelah. Entah kenapa tubuhnya seperti habis digunakan untuk olahraga berat selama berhari-hari. Mungkin, ini dikarenakan ia kembali mengingat masa lalunya beberapa hari yang lalu. Me-rewind masa lalunya memang tidak pernah membawa dampak baik bagi tubuhnya.

Rin duduk bersandar pada kursinya. Rin memejamkan matanya. Rin berusaha tidur, tapi dengan keadaan waspada dan setengah dirinya terjaga. Ia memang sudah terlatih tidur seperti ini sejak kecil.

Ryazely yang sudah larut malam masih ingin berjalan - jalan di daerah luar kerajaan melihat salah satu tempat masih menyala dan masih dapat dikunjungi tengah malam.

Tempat itu adalah Bar. Jarang sekali Ryazely ke bar. terakhir kali ia ke sana pada saat bersama dengan Andre, Freya dan Ryazelu lupa dengan siapa saja ia. Ryazely masuk ke dalam bar bermaksud menghilangkan penatnya juga darii berjalan - jalan. Ia tidak ingin pulang ke kerajaan. Ia merasa dirinya tidak pantas memasuki kerajaan.

Ryazely perlaha - lahn masuk ke dalam bar itu. Lampu - lampu di sana membuatnya sedikit pusing tetapi membuat dirinya cukup tenang karena tidak ada orang yang mengetahui jati dirinya di sana. Ia melihat sekeliling bar itu mengharapkan tempat yang kosong untuk diduduki.

Sesaat matanya tertuju pada pojokkan. Dilihatnya punggung seseorang yang ia kenal sedang bersandar di kursi bar itu.

Rin.

Sedang apa dia berada di sana, pikir Ryazely. Menghilangkan penat juga kah? Rin terlihat lelah. Bagi Ryazely, Rin merupakan orang sedikit susah untuk didekati di keluarga kerajaan tetapi baginya itu tidak masalah. Dihampirinya pelan - pelang ke tempat Rin agar tidak mengganggunya. Ryazely bermaksud memberikan kesejukkan pada Rin. Akhirnya Ryazely memberikan udara sesejuk es untuk menyegarkan Rin.

Ice Air
Angin - angin sejuk keluar dari tangan Ryazely dan dihembuskannya ke arah Rin berharap Rin merasakan kesejukannya dan menjadi tenang.

Suara bel pintu bar kembali berbunyi. Tampaknya ada tamu lain yang datang tidak kalah malamnya dengan Rin. Ramai dan terlalu bising, Rin malas membuka mata dan melihat siapa yang datang. Ia lebih memilih tetap memejamkan matanya dan tetap setengah terjaga.

Tampaknya ada orang yang mendekati Rin. Ia bisa merasakan aura orang itu mendekati dirinya. Aura yang rasanya familiar. Merasa cuek, ia malas bereaksi apa-apa.

Tiba-tiba Rin merasa ada angin sepoi-sepoi keluar di sekitarnya. Sejuk dan nyaman memang, tapi Rin tidak terbiasa adanya orang di sekitarnya saat ia sedang setengah tertidur seperti itu. Tapi, merasa angin itu tidak memiliki niat buruk, ia tidak mau ambil peduli.

Perlahan, Rin membuka matanya.

Ryazely.. Sudah kuduga..

Rin menyapa Ryazely untuk sekedar basa-basi. "Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanyanya. Rin memang sedang tidak baik keadaan hatinya. Kadar sifat menyebalkannya meningkat beberapa persen dari biasanya.

Ryazely memposisikan dirinya duduk di meja yang sama dengan Rin dan berharap Rin tidak keberatan ia duduk di sana.
"Apa tidak apa - apa aku duduk di sini?" tanyanya

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

Ryazely yang suasana hatinya sedang tidak baik dan ditambah dengan berbagai masalah yang terjadi padanya belakangan ini hanya bisa duduk diam sambil memikirkan cara yang tepat untuk menjawab pertanyaan Rin. Ryazely ingin sekali menceritakan sesuatu ke orang lain agar hatinya sedikit bisa lebih tenang daripada rasa penat yang ia alami ini. Hatinya rasanya sakit memikirkan hal yang terjadi belakangan ini.

Akhirnya Ryazely memaksakan dirinya tersenyum dan berharap senyumannya seperti biasanya. Ryazely ingin menceritakan ke Rin masalahnya tetapi dirinya belumlah dekat dengan Rin. Ia bingung apakah harus menceritakan atau tidak. Akhirnya Ryazely memutuskan untuk hanya tersenyum pada Rin dan berbohong padanya.

"Sedang jalan - jalan karena bosan di istana." kata Ryazely datar.

mendengar pertanyaan Ryazely, Rin mengangkat alisnya. Jarang sekali Ryazely menanyakan pertanyaan konyol seperti itu. Bukankah kalau dia memang mau, ia akan tetap berada di sana? Ini kan tempat umum, bukan tempat pribadi milik Rin seorang.

"Boleh saja," jawab Rin singkat. Rin tidak mau terlalu ikut campur pada urusan Ryazely. Baginya, kalau seseorang ingin bercerita, ia akan mendengarkannya, tapi bukan berarti dia akan menanyakannya sendiri.

"Sedang jalan - jalan karena bosan di istana.

Palsu! Jelas sekali itu senyum palsu..

Rin tahu persis bagaiman senyum palsu karena ia sering memperagakannya. Apalagi, Rin sering sekali melihat senyum tulus Ryazely, yang berbeda dari senyumnya sekarang ini. Entah apa yang telah terjadi pada Ryazely, Rin enggan menanyakannya karena ia tidak mau terlalu ikut campur.

"Berarti kau sama sepertiku," reaksi Rin datar. Matanya hanya bisa menerawang jauh ke arah keramaian orang-orang. Ia biarkan saja suasana hening yang tercipta di antara mereka berdua. Mungkin ini yang sedang mereka butuhkan.

"Boleh saja,"

Ryazely tersenyum mendengar Rin berkata seperti itu walaupun senyumannya terlihat dipaksakkan tetapi tetap saja dalam hatinya ia merasa senang juga walau mungkin untuk saat itu hanya sedikit dari rasa senang itu.

"Berarti kau sama sepertiku,"

Ryazely terkejut mengetahui kenyataan bahwa Rin tahu bahwa dirinya sedang dalam kesedihan yang mendalam. Ryazely ingin menceritakannya tetapi itu merupakan hal yang susah baginya dan ia takut untuk melihat reaksi yang Rin berikan padanya karena ia masih belum terlalu kenal dengannya.

Akhirnya hanyalah keheningan yang tercipta di bar itu antara ia dengan Rin. Ternyata terkadang suasana tenang itu sangat menyenangkan. Membuat hati sedikit lebih baik daripada biasanya. Ryazely terus memikirkan hal yang benar - benar membuatnya sedang tak semangat saat itu.

Ia memikirkan apa gunanya di dunia ini? untuk apa Ryo membawanya ke End Earth ini?

Terus - terusan kedua pertanyaan itu berada di pikiran Ryazely. Entah berapa lama ia berpikir terus - terusan seperti itu. Tersadar juga bahwa ia sudah berada di bar sangat lama. Rin masih terus di hadapannya. diam juga seperti Ryazely. Ryazely akhirnya ingin membuka pembicaraan. Mungkin dengan sebuah pembicaraan dapat mengubah moodnya hari itu.

"Rin, apakah semua orang di dunia ini berharga dan berguna?" tanya Ryazely datar.

Rin, apakah semua orang di dunia ini berharga dan berguna?

Rin hanya tersenyum simpul. Itu adalah pertanyaan yang terus menghantui dirinya sedari kecil. Hari-hari di mana ia meragukan keberadaan dirinya sendiri. Hari di mana ia ingin membunuh dan menghapus keberadaan dirinya dari dunia ini. Ia merasa bahwa dirinya memang tidak dibutuhkan di dunia ini.

"Bukankah jawaban itu sudah ada di lubuk hatimu sendiri?" reaksi Rin datar. Ia tidak pintar mengutarakan isi hati ataupun isi pikirannya kepada orang lain. Mungkin waktu yang telah mengubah kebiasaannya menjadi seperti ini.

Rin yakin bahwa sedang ada yang tidak beres dengan Ryazely saat ini. Tidak biasanya ia berlaku seperti ini. Sepertinya ia memang harus membantunya.

Bagaimana aku mengungkapkannya? Tadinya aku juga berpikiran hal yang sama seperti Ryazely, tapi kemarin kata-kata semua orang itu menyadarkan diriku. Aku masih bisa berguna bagi orang lain, sekecil apapun peranku untuk membantu mereka..

Rin menghela nafas. "Apa yang terjadi padamu Ryazely? Aku rasa kau mempertanyakan hal yang bodoh," ujar Rin singkat dan padat.

Rin tersenyum. pertama kalinya Ryazely melihat Rin tersenyum padanya. Walaupun ia tidak mengetahui maksud dari senyuman itu, Ryazely senang Rin mau tersenyum padanya.

"Bukankah jawaban itu sudah ada di lubuk hatimu sendiri?"

Jawabannya di lubuk hariku?Benarkah?

Ryazely berpikir jika ia memakai kata 'lubuk hati' maka yang ia pikirkan saat ini adalah bahwa ia tidak berguna untuk semua orang. Yang ia alami adalah ia merasa bahwa ia sama sekali tidak dapat membantu orang yang penting baginya. Seperti keluarganya di End Earth. Hanya keputus asaan yang menghantui Ryazely.

Pikiran Ryazely kosong. Ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan untuk menghilangkan penat ini. Apakah ia harus meminum semua minuman di bar ini agar ia dapat melupakan semua masalahnya dan dapat beristirahat walaupun hanya sebentar saat - saat itu tetapi jika itu membuatnya bisa melupakannya sebentar ia ingin melakukannya.

"Apa yang terjadi padamu Ryazely? Aku rasa kau mempertanyakan hal yang bodoh,"

Ryazely akhirnya sadar dari alam bawah sadarnya. Ia kembali ke kenyataan lagi ketika ia mendengar Rin bertanya padanya. Ryazely bertanya - tanya apakah Rin pernah merasa seperti ia sekarang ini atau tidak? Ryazely akhirnya tidak tahan dengan apa yang ia alami sekarang dan akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan hal ini pada Rin karena ia percaya Rin akan membantunya menemukan sebuah jalan.

"Apakah itu merupakan pertanyaan yang bodoh Rin? Aku hanya merasa diriku sama sekali tidak berguna. Di mana - mana jika ada masalah aku sama sekali tidak pernah diminta bantuan. Aku hanya bisa diam dan tidak tahu apa - apa. Apakah aku ini tidak dibutuhkan? Jika mereka membutuhkanku bukankah seharusnya mereka meminta bantuanku juga?" tanya Ryazely dengan wajah yang sedih dan terlihat putus asa.

Apakah itu merupakan pertanyaan yang bodoh Rin? Aku hanya merasa diriku sama sekali tidak berguna. Di mana - mana jika ada masalah aku sama sekali tidak pernah diminta bantuan. Aku hanya bisa diam dan tidak tahu apa - apa. Apakah aku ini tidak dibutuhkan? Jika mereka membutuhkanku bukankah seharusnya mereka meminta bantuanku juga?

Rin tersentak mendengar pertanyaan Ryazely. Entah kenapa dia bisa bertanya seperti itu padanya. Rin benar-benar bingung menjawabnya, karena dirinya sudah tidak pernah meminta tolong lagi pada siapapun selama waktu yang sangat lama. Hal ini membuat dirinya sulit untuk menjawab.

Apa yang sebiaknya kukatakan??

Rin sandarkan punggungnya pada kursi sambil mendongak ke atas. Rin menatap langit-langit bar yang hanya dihiasi oleh lampu remang-remang dengan dekor yang indah.

Sulit untuk menjawab pertanyaan yang tidak terlalu erat dengan karakterku..

Tidak ingin mengecewakan Ryazely, Rin berusaha menjawab pertanyaan Ryazely dengan pikiran Rin.

"Apa ada orang yang pernah bahwa dirimu tidak pantas di dunia ini?" tanya Rin datar. Ia sudah pernah dikatakan untuk menghilang dari dunia oleh orang-orang yang ia sayangi. Menurut Rin, itu baru tanda keberedaannya tidak diinginkan.

"Kalau mereka tidak mau meminta bantuanmu, hanya ada 1 kemungkinan bagiku. Mereka tidak ingin merepotkanmu," ujar Rin. Dirinya memang tidak pernah mau meminta bantuan dari orang lain, terlebih kepada orang yang berarti baginya. Rin tidak mau merepotkan mereka atau bahkan membuat mereka cemas.

"Apa ada orang yang pernah bahwa dirimu tidak pantas di dunia ini?"

Ryazely berpikir sejenak mendengar pertanyaan Rin. Ia menelusuri ke belakang apakah ada yang pernah mengatakan bahwa ia tidak berguna. Ia mengingat - ingat siapa saja anggota keluarganya di End Earth. Ada Ryo, Resshin, Wind, Andre, Freya, Royal guards dan tentu saja Rin sendiri.

Ia mengingat - ingat ucapan yang keluar dari mereka semua apakah pernah mengatakan bahwa ia tidak berguna. Ternyata sama sekali tidak pernah. Mereka sama sekali tidak pernah mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak berguna.

"Tidak. mereka tidak pernah mengatakannya." kata Ryazely datar tanpa sadar.

Tetapi hal itu tetap tidak menghilangkan rasa ketidak berartinya dia. Karena ia selalu yang tidak pernah diminta bantuannya selalu saja orang lain yang diminta bantuannya. Apakah sebegitu repotnya untuk meminta bantuan darinya? memang benar jika dia sama sekali tidak mengetahui apa - apa hanya saja Ryazely pasti berusaha untuk itu.

"Kalau mereka tidak mau meminta bantuanmu, hanya ada 1 kemungkinan bagiku. Mereka tidak ingin merepotkanmu,"

Ryazely mencerna kembali pernyataan yang diberikan oleh Rin. Merepotkan? benarkah mereka takut merepoykan nya? bahkan sebaliknya, Ryazely ingin sekali diminta bantuannya. Baginya hal itu sama sekali tidak merepotkannya. Malah ia senang sekali bisa membantu.

"Benarkah begitu, Rin? kalau begitu maukah kau janji satu hal padaku? maukah kau meminta bantuanku di saat kau sedang susah? Aku ingin sesekali berguna untuk keluargaku. " tanya Ryazely berharap.

Melihat reaksi dari Ryazely, Rin pun hanya bisa memberikan respons pendek, "See? You've got the answer."

Rin hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat pria berambut biru ini merasa bimbang seperti itu. Bagi Rin, pertanyaan Ryazely terlihat bodoh karena (menurut Rin) Ryazely menanyakan pertanyaan retoris yang tidak perlu dijawab lagi. "Ki ni shinai de (jangan dimasukkan ke hati)," ujar Rin sambil menepuk pundak Ryazely. Hal ini adalah hal yang sangat jarang terjadi karena Rin biasanya tidak pernah mau peduli dengan masalah orang lain. Memang, kali ini Ryazely yang datang menghampirinya, sehingga Rin mau mendengarkannya dan membantu Ryazely semampunya.

Benarkah begitu, Rin? kalau begitu maukah kau janji satu hal padaku? maukah kau meminta bantuanku di saat kau sedang susah? Aku ingin sesekali berguna untuk keluargaku.

Rin terdiam dan berpikir sejenak. Bukan karakter Rin untuk meminta bantuan pada orang lain. Hal ini memang sudah menjdai kebiasaan yang sudah ia terapkan selama ratusan tahun hidupnya.

Menghela nafas dan mengangkat bahu, Rin menjawab dengan ekspresi yang datar, "Akan aku kuingat kata-katamu Ryazely." Rin tidak tahu jawabannya ini tepat atau tidak. Ia tidak mau mengecewakan Ryazely, tapi ia juga tidak mau sampai menyeret Ryazely ke dalam masalahnya. Tapi sepertinya itu adalah hal yang akan terjadi jauh di masa depan, Rin tidak mau memikirkannya sekarang.

"Ki ni shinai de (jangan dimasukkan ke hati),"

Ryazely tiba - tiba mendengar bahasa yang tak ia mengerti. Bahasa apakah itu? Ryazely sama sekali tidak pernah keluar Zornykh pada saat ia masih berada di Xion. Ia selalu berada di tempat itu dan tidak mengetahui dunia luar.

Sepertinya Xion selain Zornykh itu banyak dan terlihat sangat menyenangkan dari Zornykh karena banyak sekali yang dapat dilihat.

"Arti nya apa Rin? maaf aku tidak mengerti bahasamu." kata Ryazely malu dan dengan muka yang sedikit memerah.

"Akan aku kuingat kata-katamu Ryazely."

Ryazely sedikit senang dengan perkataan yang dikatakan Rin karena akan mengingat apa yang diinginkan Ryazely tetapi apakah Rin akan benar - benar meminta bantuannya jika ia sedang memiliki masalah.

"Rin, apakah dengan menutup hatimu itu rasanya menyenangkan? Tidakkah sesekali kau ingin marah, membunuh, berteriak dan menghancurkan segalanya di sekelilingmu? Jawab yang jujur ya." Kata Ryazely.

Selama ini Ryazely sering sekali melihat Rin. Ia merasa Rin selalu tertutup dengan orang lain. Sebenarnya Ryazely tidak ingin mencampuri urusan Rin tetapi perkataannya kali ini benar - benar diluar kendalinya dan keluar begitu saja. Mungkin karena ia sedang labil perasaannya.

Spoiler:

Spoiler:

Rin tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Kebiasaannya untuk menyembunyikan emosi memang sudah terlanjur sulit diubah. Rin ingin menghibur Ryazely agar Ryazely bisa bersemangat seperti biasanya, tapi Rin tidak tahu bagaiman cara yang tepat untuk melakukannya.

Mendengar pertanyaan Ryazely mengenai ucapannya, Rin baru sadar bahwa ia membawa logat asalnya yang sudah lama sekali tidak ia gunakan. "Tidak apa-apa. Maksudku jangan dimasukkan ke hati," jawab Rin santai. Ia sama sekali menganggap reaksi Ryazely sebagai reaksi yang wajar bagi orang yang tidak mengetahui bahasa daerahnya itu.

Rin, apakah dengan menutup hatimu itu rasanya menyenangkan? Tidakkah sesekali kau ingin marah, membunuh, berteriak dan menghancurkan segalanya di sekelilingmu? Jawab yang jujur ya.

Rin tersentak mendengar pertanyaan Ryazely. Rin sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa Ryazely akan menanyakan hal seperti ini. Rin hanya menghela nafas. Ia mengangkat bahunya dan mendongakkan kepalanya ke atas sembari menatap lampu gantung yang ada di bar itu.

Aku hanya tidak mau mengulang kesalahan yang sama.. Aku hanya marah pada diriku sendiri.. Pada ketidakmampuanku untuk mengendalikan diri.. Sama sekali tidak pernah terpikir olehku untuk membunuh orang lain.. Siapapun itu..

Rin agak sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan Ryazely. Ia tidak terbiasa bicara panjang lebar. Rin kembali mengarahkan wajahnya dan menatap Ryazely lekat-lekat. "Ern.. Sendirian itu tidak akan pernah menyenangkan Ryazely.. Tapi terkadang hal itu harus dilakukan untuk kebaikan. Aku.. Satu-satunya yang masih belum bisa kumaafkan adalah diriku sendiri," ujar in akhirnya sambil terbata-bata.

Ia tidak tahu apakah jawaban darinya ini bisa menjawab sedikit dari pertanyaan Ryazely dan memuaskannya. Rin memang tidak bisa mengungkapkan pikirannya dengan baik. Mungkin itu juga yang menyebabkan orang lain berpikir kalau dirinya dingin.

"Kenapa kau bertanya seperti itu Ryazely?" tanya Rin datar. Baginya, Ryazely hari ini sangatalah aneh. Entah apa yang sudah terjadi padanya.

"Tidak apa-apa. Maksudku jangan dimasukkan ke hati,"

Ryazely baru mengerti kalau itu arti dari perkataan Rin. Ternyata Rin itu menguasai banyak bahasa. Itulah yang dipikirkan Ryazely. Ryazely benar - benar menginginkan agar bisa akrab dengan Rin.

Masalah yang dipendamnya kali ini benar - benar terasa lega karena ia bercerita pada Rin. Tidak pernah ia rasakan rasa lega ini saat bercerita dengan orang lain. Rin mampu membuatnya lega dan tenang kembali.

"terima kasih Rin." kata Ryazely tersenyum seperti biasanya.

"Ern.. Sendirian itu tidak akan pernah menyenangkan Ryazely.. Tapi terkadang hal itu harus dilakukan untuk kebaikan. Aku.. Satu-satunya yang masih belum bisa kumaafkan adalah diriku sendiri,"

Ryazely benar benar tidak mengerti apa yang dibicarakan Rin. Tidak bisa memaafkan diri sendiri? Apa maksudnya? Mengapa rin begitu membenci dirinya sendiri? Bagi Ryazely, Rin sama sekali bukanlah orang yang jahat atau Keji.

"Kalau tidak enak, mengapa kau selalu saja sendirian? Dan kau tidak bisa memaafkan dirimu sendiri? Apakah karena kau half demon? dan jangan - jangan, kau pernah mencoba membunuh dirimu sendiri? Sekarang pu masih?" tanya Ryazely.

Ryazely bertanya sambil berdiri dari bangku karena mengkhawatirkan Rin. Wajahnya pucat pasi. Sedikit berkeringat. Ia sama sekali tidak ingin Rin meninggal. Ryazely tidak ingin kehilangan orang - orang yang berarti baginya.

"Kenapa kau bertanya seperti itu Ryazely?"

Ryazely bingung diberi pertanyaan seperti itu. Ia ingin sekali bisa dekat dengan Rin dan menjadi teman yang bisa dimintai bantuan. Ingin sesekali berguna bagi seseorang.
"Karena rin selalu sendirian dan aku sangat jarang sekali melihatmu tersenyum, Rin." kata Ryazely.

Spoiler:

terima kasih Rin.

Terima kasih.. Kata-kata yang sudah lama sekali tidak Rin dengar. Kata-kata yang sudah hampir tidak pernah lagi ditujukan kepadanya. Rin tersenyum samar saat mendengar perkataan tulus dari Ryazely itu.

Baguslah.. Sepertinya ia sudah lebih bersemangat..

Rin memang merasa bahwa Ryazely memang lebih cocok dengan karakternya yang ceria dan bahik hati seperti biasa ini. Rin senang melihat ketulusan hati Ryazely terhadap orang lain, terlepas dari kenyataan bahwa ia sama seperti dirinya, seorang half-demon. Rin dan Ryazely memang makhluk yang sama dengan sifat yang kontras berbeda. Tapi itu tidak membuat Rin membenci Ryazely, sebaliknya, ia senang melihat Ryazely.

Kalau tidak enak, mengapa kau selalu saja sendirian? Dan kau tidak bisa memaafkan dirimu sendiri? Apakah karena kau half demon? dan jangan - jangan, kau pernah mencoba membunuh dirimu sendiri? Sekarang pu masih?

Malam itu, Ryazely telah banyak kali membuat Rin tersentak karena pertanyaannya. Rin memalingkan wajahnya. Ia tidak ingin Ryazely melihat ekspresi wajahnya yang tidak karuan. Setelah menenangkan diri sejenak, Rin memasang senyum palsu yang sering ia gunakan saat bertugas sebagai mata-mata. Senyum yang terlihat seperti senyum alami.

Aku tidak mau mengkhawatirkan orang lain..

"Tidak apa-apa aku sudah terbiasa. Bukan karena itu. Aku sudah melakukan banyak dosa yang tidak bisa dimaafkan," jawab Rin dengan suara menahan pahit.

Aku tidak tahu harus menjawab apa lagi..

Rin merasa tidak enak untuk menceritakan masalalunya pada Ryazely. Ia tidak ingin membebani orang sebaik Ryazely dengan masa lalunya yang kelam. Jujur saja, dulu ia memang sering mencoba bunuh diri, tapi tidak ada cara yang berhasil membunuhnya. Rin sampai putus asa dan menyerah.

Rin tertawa. "Aku tidak bisa mati semudah itu, Ryazely. Tenang saja," jawab Rin singkat untuk menenangkan Ryazely. "Aku.. Aku tidak akan mencoba untuk bunuh diri lagi.. Mungkin..," lanjut Rin. Kalau ternyata dirinya lepas kendali lagi, Rin bertekad akan meninggalkan End Earth dan menghilangkan keberadaan dirinya sendiri.

Karena rin selalu sendirian dan aku sangat jarang sekali melihatmu tersenyum, Rin.

Rin tersenyum tipis samar-samar. "Terima kasih Ryazely," ujar Rin. Hari ini Rin banyak sekali bicara. Tidak biasanya ia seperti ini.

Ryazely melihat Rin memalingkan muka. Sebenarnya Ryazely ingin tahu seperti apa muka Rin saat ini. Ryazely berpikir bahwa ia telah membuat Rin malah merasa semakin tidak baik perasaanya. Sesaat Ryazely ingin meminta maaf pada Rin tetapi dilihatnya Rin membalikkan mukanya dan menghadap ke arah Ryazely.

Tersenyum. Senyum yang palsu tentunya. Ryazely pernah melihat sekilas seperti apa wajah tersenyum tulus Rin karena jika Rin tersenyum sangat mempunyai ciri khas yang berbeda dari yanag lain. Yang kali ini jelas bohong.

"Tidak apa-apa aku sudah terbiasa. Bukan karena itu. Aku sudah melakukan banyak dosa yang tidak bisa dimaafkan,"

"Rin, berbohong padaku. Senyum tulusmu mempunyai ciri khas, Rin. Saat ini palsu. Dosa? kalau kau berbicara dosa, dan kau berpikir banyak dosa yang tidak dapat dimaafkan lalu dosa apa yang bisa dimaafkan?" tanya Ryazely

Aku tidak bisa mati semudah itu, Ryazely. Tenang saja," .
"Aku.. Aku tidak akan mencoba untuk bunuh diri lagi.. Mungkin..,"

Ryazely mendengar kata - kata Rin membuatnya semakin pucat wajahnya karena ia benar - benar tidak menyangka Rin ingin membunuh dirinya sendiri. Untuk apa? Dan dia bilang mungkin? Ryazely semakin khawatir saja dengan keadaan Rin. Ia ingin sekali membantu Rin tapi tidak tahu bagaimana caranya.

" Rin, kalau kau bilang mungkin, suatu saat jika kau benar - benar bunuh diri dan mati, aku akan sangat marah dan tidak akan memaafkanmu, Rin." kata Ryazely.

Spoiler:

Spoiler:

[quote] Rin, berbohong padaku. Senyum tulusmu mempunyai ciri khas, Rin. Saat ini palsu. Dosa? kalau kau berbicara dosa, dan kau berpikir banyak dosa yang tidak dapat dimaafkan lalu dosa apa yang bisa dimaafkan? [quote]

Lagi-lagi Rin dibuat tercengang oleh Ryazely. Ia tidak menyangka bahwa senyum yang biasanya bisa menipu semua orang itu bisa ketahuan oleh Ryazely. Rin menghela nafas, "Mungkin aku memang tidak bisa membohongimu Ryazely. Aku sudah membunuh banyak orang, termasuk orang tuaku sendiri. Apa menurutmu itu bisa dimaafkan? Entah berapa banyak orang yang hidupnya sudah kuhancurkan." Entah keputusannya untuk menceritakan masa lalunya pada Ryazely itu keputusan yang benar atau tidak.

Rin melihat kedua tangannya. Tangannya yang sering kali berlumuran darah yang ia sendiri tidak tahu siapa saja pemiliknya. Tangannya gemetar. Ia tidak tahu apa yang menyebabkannya seperti ini. Akibat kejadian tadi siang, masa lalunya kembali muncul di pikirannya.

"... Maafkan aku Ryazely," ujar Rin pelan. Ia sadar sudah agak lepas kendali tadi.

Rin, kalau kau bilang mungkin, suatu saat jika kau benar - benar bunuh diri dan mati, aku akan sangat marah dan tidak akan memaafkanmu, Rin.

Rin mengelengkan kepala. Sebenarnya Rin sudah biasa dibenci dan diperlakukan seperti itu, tapi kali ini, ia tidak ingin kehilangan lagi orang-orang yang berarti baginya. Meski itu berarti ia harus membangun tembok dengan orang itu. Menurut Rin, itu lebih baik.

"Tenang saja Ryazely. Aku sudah berjanji untuk tidak mencoba bunuh diri lagi," ujar Rin tenang.

"Mungkin aku memang tidak bisa membohongimu Ryazely. Aku sudah membunuh banyak orang, termasuk orang tuaku sendiri. Apa menurutmu itu bisa dimaafkan? Entah berapa banyak orang yang hidupnya sudah kuhancurkan."

Ryazely tersentak mendengar Rin menceritakan tentang dirinya. Ini pertama kalinya ia mendengar Rin bercerita tentang dirinya. Ryazely di antara sedikit prihatin dan senang karena Rin mau menceritakan kepadanya tentang sedikit masa lalunya.

" Itu pasti karena kau tidak terkendali bukan? Aku juga sama. Aku juga pernah membunuh orang. Apakah itu artinya aku juga tidak termaafkan dosanya? Aku juga sudah membuat keluarga orang itu hancur berantakan. Aku juga tidak termaafkan ya Rin? kalau begitu kita sama." kata Ryazely

Kemudian Ryazely melihat Rin mengamati telapak tangannya. Tangannya gemetar. Ryazely merasa bahwa Rin sekarang sedang dalam ketakutan. Ketakutan yang menghantuinya selama bertahun - tahun mungkin malah beratus - ratus tahun.

"... Maafkan aku Ryazely,"

"Untuk apa kau minta maaf Rin? aku sama sekali tidak menemukan kesalahanmu di mana pun. Rin sangat baik padaku." kata Ryazely tersenyum lembut sekali.

"Tenang saja Ryazely. Aku sudah berjanji untuk tidak mencoba bunuh diri lagi,"

Ryazely mendengar Rin berkata seperti itu sambil menggelengkan kepalanya terlihat sangat sedih tapi di satu sisi Ryazely senang karena kali ini Rin benar - benar berjanji untuk tidak membunuh dirinya sendiri.

"Kalau begitu janji ya! aku pun akan berusaha untuk menjadi orang yang dapat Rin andalkan di saat kau membutuhkanku." kata Ryazely tersenyum lagi.

Itu pasti karena kau tidak terkendali bukan? Aku juga sama. Aku juga pernah membunuh orang. Apakah itu artinya aku juga tidak termaafkan dosanya? Aku juga sudah membuat keluarga orang itu hancur berantakan. Aku juga tidak termaafkan ya Rin? kalau begitu kita sama.

Rin tertegun mendengar perkataan Ryazely. ia tidak pernah menyangka kalau Ryazely juga pernah mengalami hal yang sama dengannya. Apakah ini merupakan kutukan bagi semua makhluk half-demon? Haruskah semua half-demon lepas kendali dan membunuh seseorang yang berarti baginya?? Rin semakin membenci darah terkutuk yang mengalir dalam tubuhnya ini.

"Lantas, apa kau sudah memaafkan dirimu sendiri Ryazely? Aku tidak punya hak untuk menentukan apakah itu pantas dimaafkan atau tidak.." jawab Rin singkat. Rin memesan minuman pada salah satu waiter yang ada di bar. Terlalu banyak bicara ternyata membuat Rin haus juga.

Untuk apa kau minta maaf Rin? aku sama sekali tidak menemukan kesalahanmu di mana pun. Rin sangat baik padaku.

Rin tertawa kecil mendengar perkataan Ryazely. Baru kali ini ada orang di End Earth yang mengatakan bahwa dirinya baik, sangat baik malah. Rasanya, tidak pantas kalau Rin dikatakan seperti itu, tapi Rin sangat senang mendengar kata-kata tulus dari Ryazely itu. Dirinya lupa sejenak akan segala macam masa lalu yang terus menghantuinya sampai sekarang.

"Salahku banyak sekali Ryazely. Masa laluku terlalu banyak dilumuri oleh darah. Kau beruntung bertemu denganku saat ini," jawab Rin menanggapi kata-kata Ryazely.

Kalau begitu janji ya! aku pun akan berusaha untuk menjadi orang yang dapat Rin andalkan di saat kau membutuhkanku.

Rin tidak bereaksi apa-apa. Ia hanya mengangguk sedikit untuk menjawab perkataan Ryazely.

"Lantas, apa kau sudah memaafkan dirimu sendiri Ryazely? Aku tidak punya hak untuk menentukan apakah itu pantas dimaafkan atau tidak.."

Ryazely terduduk kembali ke kursinya dan berpangku tangan. Ia sama sekali belum memaafkan dirinya sendiri karena kesalahannya tetapi ia tidak ingin teman - temannya melihat semua hal tersebut karena Ryazely yang mereka tahu adalah yang seperti ini. Tetapi entah kenapa malam ini, ia tidak bisa menjadi Ryazely yang selalu dikenal semua orang. Ryazely yang ramah, baik hati, ceria dan segalanya.

" Belum. Aku belum memaafkan diriku." kata Ryazely sambil berpangku tangan.

Ryazely melihat Rin tertawa. Walaupun kecil dan tidak benar - benar tertawa lepas tetapi Ryazely senang Rin bisa tersenyum padanya. Coba kepada orang lain seperti itu. Pasti banyak orang yang menyukainya.

"Salahku banyak sekali Ryazely. Masa laluku terlalu banyak dilumuri oleh darah. Kau beruntung bertemu denganku saat ini,"

Salahnya banyak? Dilumuri darah? Oleh sebab itukah Rin menjadi seperti ini. Ryazely semakin ingin mengetahui hal yang terjadi di masa lalu Rin tetapi apakah Rin akan memberitahunya? Apakah Rin akan sedih jika ia tanyakan hal itu? Ryazely ingin sekali mengetahui jadi mungkin ia memberanikan diri dengan bertanya.

"maaf Rin. Tidak bermaksud tetapi apakah kau mau menceritakan masa lalumu itu padaku?" tanya Ryazely dengan suara yang pelan.

Belum. Aku belum memaafkan diriku.

Rin merasa Ryazely pernah mengalami hal yang sama dengannya. Rin meneguk minuman pesanannya yang diantarkan oleh pelayan. Rin kembali membiarkan dirinya larut dalam pikirannya sendiri lagi.

Ternyata memang semua orang belum bisa memaafkan dirinya sendiri..

maaf Rin. Tidak bermaksud tetapi apakah kau mau menceritakan masa lalumu itu padaku?

Merasa dirinya senasib dengan Ryazely, Rin tidak keberatan untuk berbagi masa lalunya dengan Ryazely. Toh, ia juga pernah mengalami hal yang sama. Itu berarti Rin tidak membebani Ryazely bukan?

"Aku.. Aku tidak tahu harus memulai dari mana," jawab Rin akhirnya. "A..Aku pernah membunuh ib-ibuku sendiri," ujar Rin. Suaranya terdengar sangat pahit saat mengucapkan kata 'ibu' dari mulutnya. "Tindakanku membuatnya bunuh diri di mataku.." lanjut Rin.

Ingatan Rin akan masa lalunya saat itu terasa begitu nyata karena pengaruh mimpi buruknya tadi siang. Rasanya Rin kembali ke masa-masa gelap itu lagi. Mata Rin terlihat kosong.

"Aku juga pernah membuat kesalahan bodoh dengan membunuh kedua orang tua angkatku. Aku sudah menghancurkan hidup Akari, orang yang sangat berarti bagiku," ucap Rin pedih. "Entah berapa banyak orang tak bersalah yang sudah kubunuh dengan tanganku," ucap Rin dengan suara bergetar sambil melihat ke arah kedua tangannya. Rin merasa melihat kembali kedua tangannya yang penuh dilumuri darah seperti saat-saat dulu saat ia pernah lepas kendali.

"Bagaimana dengan kau Ryazely?" tanya Rin.

"Aku.. Aku tidak tahu harus memulai dari mana," jawab Rin akhirnya. "A..Aku pernah membunuh ib-ibuku sendiri,"

"Tindakanku membuatnya bunuh diri di mataku..

"Aku juga pernah membuat kesalahan bodoh dengan membunuh kedua orang tua angkatku. Aku sudah menghancurkan hidup Akari, orang yang sangat berarti bagiku,"

Ryazely sama sekali tidak tahu bahwa Rin menyembunyikan masa lalu hingga menjadi Rin yang seperti ini. Rin yang bisa dibilang selalu bersikap tidak baik bila bertemu dengan orang yang belum ia kenal. Mungkin juga sebenernya Rin sendiri pun tidak begitu menyukai Ryazely tetapi karena satu keluarga makanya ia mau menerima Ryazely apa adanya.

"Rin, apakah kau membenciku? bukan benci sekali hanya saja merasa tidak suka padaku karena sifatku ini?" tanya Ryazely.

"Bagaimana dengan kau Ryazely?"

Dirinya? Ia harus menceritakan tentang dirinya? Ia masih belum siap untuk menceritakan masa lalunya pada orang lain. Ia takut. Takut untuk mengingat semua itu. Sesaat kepalanya merasakan kesakitan yang amat sangat! ia memegangi kepalanya berusaha menahan sakit.

"Rin, ma.. maaf! Aku, aku.. tidak bisa menceritakannya. Ji.. Jika aku ingin menceritakannya... kepalaku.. pastii sakit.." Kata Ryazely terbata - bata.

Rin, apakah kau membenciku? bukan benci sekali hanya saja merasa tidak suka padaku karena sifatku ini?

Rin mengangkat alisnya saat mendengar kata-kata Ryazely. "Bagaimana kau bisa berkata seperti itu? Tentu tidak," jawab Rin singkat. Rin tidak pernah membenci seseorang kecuali dirinya sendiri selama hidupnya. Rin benar-benar tidak mengerti kenapa Ryazely bisa berpikir seperti itu.

Rin melihat tiba-tiba Ryazely tampak kesakitan. Ia memegang kepalanya, wajahnya meringis menahan rasa sakit.

Rin, ma.. maaf! Aku, aku.. tidak bisa menceritakannya. Ji.. Jika aku ingin menceritakannya... kepalaku.. pastii sakit..

Rin meminta air pada pelayan. Disodorkan air yang dimintanya itu kepada Ryazely. "Minumlah. Aku tidak akan memaksamu untuk bercerita kok," jawab Rin santai. Ia tidak mau memaksa seseorang untuk menceritakan hal yang tidak ingin mereka ceritakan karena Rin tahu persis rasanya untuk menceritakan hal yang sangat mereka benci dan ingin mereka lupakan.

Ryazely yang sedang merasakan kesakitan pada kepalanya yang amat sangat, tiba - tiba melihat sebuah gelas air yang disodorkan padanya dan yang memberikan air itu adalah Rin.

"Minumlah. Aku tidak akan memaksamu untuk bercerita kok,"

Ryazely meminum air dari gelas yang disodorkan kepadanya. Pelan - pelan ia mengatur nafasnya dan akhirnya ia kembali pada keadaan semula. Ia menatap Rin. Ia merasa sangat bersalah karena tidak bisa menceritakannya pada Rin.

"Rin, maaf ya! aku ingin menceritakannya hanya saja setiap kali aku ingin menceritakannya pasti kepalaku terasa sakit." kata Ryazely merasa bersalah.

Ryazely yang setelah meminta maaf pada Rin tiba - tiba mendapatkan satu ide pertanyaan yang ingin ditanyakan pada Rin. Mengenai dirinya Rin sendiri tentunya. Ryazely berharap Rin menjawab sejujur - jujurnya tentang dirinya itu.

"Rin, apa yang kau sukai dari dirimu?" tanya Ryazely.

Rin, maaf ya! aku ingin menceritakannya hanya saja setiap kali aku ingin menceritakannya pasti kepalaku terasa sakit.

Rin hanya mengangguk kecil saat mendengar perkataan Ryazely. "Berceritalah saat kau mau," jawab Rin singkat dan padat. Rin pun meminum minuman pesanannya lagi.

Rin, maaf ya! aku ingin menceritakannya hanya saja setiap kali aku ingin menceritakannya pasti kepalaku terasa sakit.

Rin melihat Ryazely begitu merasa bersalah. Rin sama sekali tidak keberatan kalau pun Ryazely tidak menceritakan masa lalunya. Ia tahu bahwa setiap orang pasti memiliki masa lalu yang tidak ingin mereka ceritakan. "Tenangkan dirimu. Jangan merasa bersalah seperti itu," ujar Rin. Rin bingung kenapa anak lelaki berhati lembut ini bisa sampai seperti itu hanya karena masalah kecil seperti ini. Entah apa lagi yang harus dilakukan Rin agar Ryazely tidak lagi merasa bersalah.

Rin, apa yang kau sukai dari dirimu?

Pertanyaan Ryazely membuat Rin merasa ingin muntah. Entah apa yang ada dalam pikiran Ryazely sehingga ia bisa menanyakan hal seperti itu. Rin diam berpikir sejenak.

Apa yang harus kukatakan?

"Aku.. Mungkin tidak ada. Sebaliknya aku membenci diriku sendiri. Aku tidak seperti dirimu yang bisa memaklumi, memaafkan, ataupun hal lain yang mirip seperti itu pada diriku," jawab Rin menjelaskan apa isi pikirannya. Mata Rin menerawang jauh. Sudah terlalu banyak hal yang ia pikirkan.

Rin tidak pernah suka dengan dirinya semenjak darah dalam dirinya bangkit. Baginya, darah terkutuk ini hanya selalu membawa masalah baru dalam hidupnya. Rin sempat menyukai diirnya saat masih kecil ataupun masanya saat bersama Akari maupun orang-orang yang baik dalam hidupnya dulu. Tapi, karena berulang kali mengalami kejadian yang sama, lama kelamaan perasaan seperti itu pudar, meninggalkan Rin hingga jadi seperti ini.