Alone Time~ [open for 2]

"Fyuuuh," Rin menghela nafas panjang. Ia tengah duduk sendirian di pinggir jalan. Ia melihat ada begitu banyak orang yang ada di sekitarnya berlalu lalang, begitu juga kendaraan yang datang silih berganti melaluinya. Rin mengenakan kacamata hitam di tengah siang yang terik itu. Alasannya yang pertama karena ia tidak ingin diperhatikan oleh orang karena warna matanya, dan yang kedua, sinar matahari terasa terlalu menyilaukan baginya. Sinar matahari di Zornykh memeang terasa lebih panas karena pengaruh global warming di dunia yang hampir hancur ini. Akan tetapi, Zornykh adalah tempat yang menyenangkan bagi Rin, karena ia bebas menyendiri tanpa harus khawatir ada orang yang menanyakannya kenapa. Itulah salah satu ciri manusia di planet ini, terlalu individualis.

Rin duduk di atas salah satu pagar pembatas jalan trotoar. Kedua kakinya diangkat di atas pagar dan ia sendiri menyandar di pohon besar yang berada di dekatnya. Rin meregangkan dirinya. Sudah lama ia tidak merasakan kesendirian selama ini. Orang-orang yang lewat sekilas melihatnya, lalu melangkah lebih cepat tanpa peduli. Mungkin ia dikira gelandangan atau orang gila. Rin tidak mau ambil pusing tentang pandangan orang lain terhadapnya.

Bang!

Tiba-tiba, ia mendengar dentuman keras di dekatnya. Tampak ada sebuah kecelakaan antara mobil dengan motor terjadi. Mulai banyak orang yang datang mengerumuni tabrakan itu untuk melihat apa yang terjadi.

Huh, hanya bisa melihat.. Tapi tidak ada niat untuk menolong..

Rin sama sekali tidak peduli apa yang terjadi dengan planet yang sudah membusuk, baik tanahnya maupun orang-orangnya ini. Tetapi, ini juga alasannya untuk datang kemari. End Earth terlalu damai baginya. Ia merasa bosan dengan kedamaian yang terus terjadi setiap hari itu. Lain halnya dengan Xion yang sudah corrupted, ada banyak perang, perkelahian, krisis moral, dll. Maka itu ia menyelinap keluar ke Xion meski tidak ada misi yang diberikan untuknya. Rin memejamkan mata dan berusaha tidur di kebisingan yang sebenarnya 'hampa' itu.

Ryazely saat itu sedang merindukan rumahnya di Zornykh yang sudah lama tidak ia kunjungi sama sekali sejak kejadian bersama Kira. Sejak kejadian bersama Kira itu membuat Ryazely semakin rindu akan rumahnya yang berada di Zornykh. Hari itu sangat terik dan panas tetapi hari itu sangat menyenangkan bagi Ryazely.

Ia turun ke Zornykh melihat - lihat keadaan di sekitarnya dengan senang dan riang gembira karena dapat melihat lagi negri nya sebelum ia berada di End Earth bersama dengan Ryo. Ia berjalan - jalan dengan santainya karena sepanas apapun suhu yang berada di manapun dapat dikendalikan oleh Ryazely karena ia memiliki kekuatan es yang bisa dibilang 'master of Ice'.

Bang!

Terdengar suara dentuman saat Ryazely berjalan - jalan. Kejadian itu datang ketika Ryazely berada di tempat yang cukup dekat dari tempat kejadian tersebut. Segera Ryazely berlari melihat kejadian tabrakan mobil dengan motor tersebut. Ryazely berusaha mendesak para kerumunan orang agar ia dapat melihat apa yang terjadi dengan pengendara tersebut dan apakah sudah ada yang menolongnya atau belum.

Ryazely yang akhirnya bisa mendesak kerumunan orang - orang, ia melihat dengan jelas 2 orang yang terluka parah. Seorang laki - laki yang mengendarai motor terluka parah di kepalanya dan seorang lagi terluka parah di sekujur tubuhnya. Dilihatnya tidak ada seorang pun yang menolongnya. Ia segera berlari di antara kedua orang itu.

" Jangan Menutupi jalan! Beri mereka udara! Mereka butuh udara banyak!!" kata Ryazely sambil berteriak.

Orang - orang segera menyingkir. Ryazely yang berada di sana hanya bisa berpikir untuk memberikan mereka obat yang pernah ia berikan dahulu saat Kira terluka. Dengan segera mengambil 2 pil obat dan memasukkan ke mulut kedua orang itu untuk menahan rasa sakit itu. Ryazely segera melihat ke orang - orang dan memohon bantuan pada mereka.

"Ada yang bisakah membantuku untuk membawa mereka berdua ke rumah sakit?? mereka butuh pengobatan yang intensif!" kata Ryazely mencoba untuk meminta bantuan. walaupun ia bisa membawa mereka berdua dengan segera hanya saja ia tidak ingin terlalu menonjolkan kekuatannya di sana. Sudah berakhir masa kejayaannya di mana ia pernah menjadi bangsawan yang cukup dikenal bersama dengan Andre dan yang lainnya.

Jangan Menutupi jalan! Beri mereka udara! Mereka butuh udara banyak!!

Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang cukup keras di antara kerumunan itu. Rin langsung bangkit, ia yakin sekali bahwa ia sangat mengenali pemilik dari suara khas itu. Suara yang lembut, tapi tegas dan ada wibawa yang dirasakan di sana.

Ryazely? Kenapa dia ada di sini? Apa yang sedang ia lakukan?

Dengan perasaan campur aduk antara malas dan bingung ia berjalan mendekati kerumunan itu. Rasa malasnya mendominasi karena ia melihat gerombolan manusia yang tidak ia sukai. Akan tetapi, ia merasa bahwa dirinya harus menghampiri Ryazely, sesuatu yang sangat jarang dilakukannya (baca: mendekati orang lain). Rin memang bisa membayangkan Ryazely yang berusaha menolong korban-korban itu karena sifatnya.

Malas berteriak atau mengeluarkan suara, Rin hanya menatap orang-orang di sekitarnya dengan tatapan tajam. Satu per satu dari mereka pun menyingkir untuk membuka jalan. Rin memang sudah biasa diperlakukan seperti itu. Apa memang matanya terlihat begitu menakutkan bagi manusia biasa ya?

Ada yang bisakah membantuku untuk membawa mereka berdua ke rumah sakit?? mereka butuh pengobatan yang intensif!

Rin menghela nafas mendengar suara Ryazely yang begitu terdengar panik. "Apa yang kau lakukan? Biarkan saja mereka mati," ujar Rin dingin. Rin memang sudah merasa muak atas semua tindakan manusia di sekitarnya. Terdengar jahat memang, tapi itulah yang ada di pikiran Rin saat itu.

Ramainya.... Pikir Kira yang sedang berada di pusat kota. Di sini tidak jauh berbeda dengan Eternia, ramai dan bising. Hanya saja di tempat ini orang-orang tidak peduli satu sama lain, tidak seperti di Eternia. Pemuda itu menutupi kepalanya dengan hood yang menempel di jaketnya, Ia tidak suka tato yang terukir di wajahnya itu terlihat orang lain, apalagi yang tidak dikenalnya.

Kira mengingat-ingat saat Ia terakhir berada di sini. Waktu itu Ia bersama Ryazely. Ia juga bertatap wajah dengan orang yang selama ini Ia cari-cari, orang yang merupakan akar dari dendam dalam diri Kira. Tapi sepertinya perasaan itu sudah sedikit luntur. Kesempatan kedua yang diberikan padanya di Eternia seolah telah sedikit mengubahnya. Ia mulai melupakan orang itu, dan sepertinya hal itu berkat Ryazely. Mungkin bocah itu dianggap teman pertamanya di Eternia. Keringat mulai bercucuran di tubuh Kira, Ia memang tidak seharusnya mengenakan jaket di hari sepanas ini, namun Kira tidak mempedulikan rasa panas tersebut dan mulai melihat sekeliling.

BANG!

Suara dentuman keras mendadak terdengar jelas oleh Kira. Ia yang penasaran akan apa yang terjadi buru-buru berlari untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Sebuah kecelakaan. Sebuah sepeda motor yang bertabrakan dengan mobil tersebut terlihat rusak berat, tidak jauh berbeda dnegan mobilnya.

Jangan Menutupi jalan! Beri mereka udara! Mereka butuh udara banyak!!

Suara ini... Suara orang tersebut terdengar sangat familiar baginya. Kira mulai mencari sumber suara barusan, dan benar saja. Ryazely. Ia terlihat panik melihat kedua korban kecelakaan tersebut. Memang dasar bocah ini terlalu peduli dengan orang lain.

Ada yang bisakah membantuku untuk membawa mereka berdua ke rumah sakit?? mereka butuh pengobatan yang intensif!

Hhhh..... Kira menghela napas mendengar Ryazely. Selalu saja... Kira mendekati Ryazely dan kedua korban kecelakaan itu lalu menggendong salah seorang korban di punggungnya.
"Dasar kau, terlalu peduli dengan orang. Kubantu." katanya pada Ryazely.

Tepat saat Kira akan meninggalkan tempat itu menuju rumah sakir terdekat, seorang lagi yang dikenalnya muncul di hadapannya, Rin.

Apa yang kau lakukan? Biarkan saja mereka mati

Sejak awal Kira memang tidak menyukai bocah iblis satu ini. Ia sempat berpikir bocah ini telah berubah sejak kejadian di hutan pada waktu itu, namun sepertinya pikirannya itu salah total.
"Apa pedulimu? Memang dasar kau, sama sekali tidak berubah. Apakah perkataanmu di hutan waktu itu hanya bualan belaka?" ujar Kira dingin pada Rin.

Ryazely yang berteriak kemudian melihat seseorang yang ia kenal dan menurutnya merupakan temen baik yang dapat membantunya. Ryazely tersenyum pada pemuda yang ia kenal itu dan berteriak, " KIRA!"

"Dasar kau, terlalu peduli dengan orang. Kubantu."

Kira membantu Ryazely mengangkat salah satu orang - orang yang terluka itu. Ryazely dengan wajah senang dan gembira tersenyum pada Kira.
"Kira memang baik!" kata Ryazely

Ryazely melihat Kira membawa seseorang itu dan ketika ia bersiap - siapa untuk mengangkat orang yang lain untuk dibawa ke rumahnya, ia melihat seseorang yang sangat jarang sekali ia lihat dan benar 0 benar tidak terduga jika ia akan pergi ke Zornykh. Dia adalah Rin. Selama ini Rin yang ia kenal selalu tertutup dan tidak terlalu perduli pada keadaan sekitar tapi bagi Ryazely, Rin sudah merupakan keluarganya dan ia aingin sekali Rin terbuka padanya tetapi itu mungkin butuh waktu yang cukup banyak agar Rin dapat terbuka padanya.

"Apa yang kau lakukan? Biarkan saja mereka mati,"

Ryazely sedikit bingung dengan perkataan Rin. Mengapa Rin tidak ingin menolong mereka dan mengapa ia malah menyuruh mereka mati saja. Hal itu sangat membuat Ryazely bingung.

"Tentu kita harus menolongnya. Jangan membiarkan mati. Kasian mereka Rin. dan apa yang sedang kau lakukan di sini?" kat ryazely.

Sambil bertanya itu, Ryazely mengangkat tubuh orang yang terluka itu ke bahunya dengan kedua tangannya. Ia mendengar Kira mengatakan sesuatu pada Rin.

"Apa pedulimu? Memang dasar kau, sama sekali tidak berubah. Apakah perkataanmu di hutan waktu itu hanya bualan belaka?"

perkataanmu? Ryazely berpikir bahwa terjadi sesuatu antara Kira dengan Rin tapi ia tidak mengetahui itu sama sekali dan Ryazely tampak penasaran dengan hal itu.

"Memangnya perkataan apa yang dikatakan Rin sampaia kau berkata seperti itu kIra?

Apa pedulimu? Memang dasar kau, sama sekali tidak berubah. Apakah perkataanmu di hutan waktu itu hanya bualan belaka?

Siapa yang akan menyangka kalau masih ada orang yang dikenalnya berada di sana? Tiba-tiba saja Rin mendengar suara Kira yang khas dari arah belakang Ryazely. Kira segera menghampiri Ryazely untuk membantu korban itu sambil menyindir kata-kata Rin.

Perkataan di hutan? Bualan?? Apa maksudnya?

Rin agak merasa bingung karena ia tidak mengerti maksud dari perkataan Kira. Apa maksudnya dengan kata-katanya dirinya di hutan? Rasanya Rin tidak pernah mengatakan maupun menjanjikan apapun pada orang lain. Kata 'janji' sudah lama dihapus dari kosakata dalam kamus kehidupan Rin. Akibat masa lalunya, Rin sudah tidak ingin lagi mempercayai orang maupun memberikan harapan kepada orang lain karena Rin merasa bahwa janji yang diucapkannya hanyalah janji kosong belaka.

Tentu kita harus menolongnya. Jangan membiarkan mati. Kasian mereka Rin. dan apa yang sedang kau lakukan di sini?

Rin hendak menjawab pertanyaan Kira, tapi Ryazely sudah menjawab pertanyaannya terlebih dahulu. Ini mengurungkan niat Rin untuk berdebat dengan Kira.

Ryazely memang terlalu baik.. Kasihan? Apa makhluk bernama manusia itu patut untuk dikasihani?

"Aku tidak mengerti perkataanmu, Kira," ujar Rin singkat tanpa banyak bicara. Rin melanjutkan ucapannya, "Tak ada untungnya bagiku. Aku hanya kebetulan berada di sana untuk menyendiri. Kau juga kenapa bisa ada di tempat ini?"

Aku tidak mengerti perkataanmu, Kira

Dasar... Sama sekali tidak berubah... Kira memang sudah menduganya sejak awal, seorang Rin tidak akan mudah berubah, tetap saja seperti biasa.
"Whatever..." jawabnya pendek, malas berdebat. Lalu Kira teringat dengan orang yang ada di punggungnya, yang hampir saja dilupakannya.

Kira memang baik!

Kira bukanlah orang yang sering dipuji, dan sekali begitu, biasanya Ia akan sedikit salah tingkah, seperti sekarang. Bukannya Ia besar kepala atau bagaimana, hanya saja Ia tidak terbiasa mendengar pujian. "Berisik... Hanya seperti ini bukan apa-apa."
"Oi, dia akan kaubawa kemana?" tanya Kira sambil mengacungkan ibu jarinya ke orang di punggungnya. Tidak mungkin, kan, Ia terus menggendongnya sampai sora nanti.

Ugh, hari semakin panas saja. Dahi Kira sejak tadi sudah basah oleh keringat. Ternyata tempat ini lebih panas dibandingkan Eternia. Lagipula, polusi udaranya juga tergolong parah, sangat tidak nyaman. Kira mungkin sedikit bersyukur sekarang Ia tinggal di Eternia sehingga Ia tidak harus hidup di dunia yang semakin hancur ini.