Alone.. Again.. [FINISHED]

Rin memandang ke arah langit dari atas pohon yang ia duduki. Hutan memang salah satu tempat favoritnya. Apalagi hutan yang ada di End Earth ini. Hutannya begitu tenang, sejuk, rimbun, dan luas. Selain itu, banyak hewan-hewan mistis yang hanya bisa ditemui di sini. Rin merasa damai di sini. Rin hanya memandang seluruh hutan yang ada di sekitarnya. Tanpa terasa, Rin tertidur di atas pohon itu..

Akhirnya, Kira menemukan tempat yang tenang. Kepalanya serasa mau pecah, lelah memikirkan bagaimana nasibnya setelah terlempar ke end earth.

Udaranya sejuk, sinar matahari terhalang oleh pepohonan yang sangat rindang dan besar.
Aaaahhh... A perfect place for a rest. Kira duduk di bawah sebuah pohon yang besar dan menyiapkan perapian.
Ia mulai memasak jamur yang ditemukannya sepanjang perjalanan. Bau harum menyebar ke seluk-beluk hutan end earth.

Rin sedang asyik tertidur di atas pohon tiba-tiba mencium bau yang sangat membuat lapar di dekatnya. Mau tidak mau, matanya pun terbuka.

Argh sial.. Sedang asyik-asyiknya tidur juga! Tapi, bau apa ya ini?? Kelihatannya enak sekali..

Rin mencari-cari arah datangnya bau itu. Ia melihat Kira duduk di bawah pohon tempat ia naiki sambil memasak jamur yang kelihatannya lezat.

Apa yang harus kulakukan di saat seperti ini??

Rin hanya diam memperhatikan Kira.

Sepertinya sudah matang...
Berhubung kira sejak dulu selalu tinggal sendiri, ia jadi bisa mengurusi semua kebutuhan pribadinya, termasuk memasak. Memang image Kira tidak cocok bila ternyata Ia pintar memasak, tapi kenyataan hidupnya mengharuskannya untuk seperti itu. Kira sudah lapar. Ia suka lupa makan karena terlalu malas bangun dari tempat tidurnya.

Baru saat kira akan menyuapkan jamur itu ke mulutnya, tiba-tiba Pluk!
sebuah buah keras jatuh tepat diatas kepalanya. Mengira bahwa ada orang jahil yang melemparinya dengan batu, Kira menoleh keatas.

"....!!!"

Argh! Aku kurang hati-hati sampai menjatuhkan buah seperti ini..

Mau tidak mau, Rin pun melompat turun dari pohon yang cukup tinggi itu. Badannya yang mengalir darah setengah iblis ini memang lebih kuat dari manusia biasa.

"Maaf Kira, aku tidak bermaksud melukaimu," jawab Rin datar. "Sedang apa kau di sini?" tanyanya lagi.

Oh... Hanya Rin..
Kira menoleh kearah Rin, tidak menyangka Ia selama ini berada diatasnya.
"...No problem...,'' kata Kira cuek, lalu Ia melanjutkan, "Bisa dilihat, aku memasak sesuatu. Mungkin kamu mau mencobanya? Tapi itu kalau kamu tidak keberatan mengkonsumsi makanan vegetarian." sambil menyodorkan masakannya pada Rin. Ya, Kira memang vegetarian, Ia merasa tidak mau disamakan dengan vampire yang bertahan hidup dengan membunuh makhluk lain.

Ia lalu memasak beberapa jamur lagi, siapa tahu Rin meminta lebih. Jarang Kira berkelakuan seperti ini. Suasana hatinya sedang baik, kalau tidak, berbicara saja sudah malas, apalagi 'beramal' seperti itu, jangan harap.

Ryazely yang keluar kerajaan kemudian pergi ke Forest untuk mencari buah - buahan dan mungkin untuk berpetualang sebentar di Forest untuk menyegarkan badannya yang selama ini terus berada di Kerajaan.

Pada saat sampai di hutan, ia melihat Rin dan seorang pemuda berambut navy di sana beserta dilihat adanya masakan jamur yang ada di sana.

wah, ada Rin! sedang apa dia di sana? dan... seorang yang tak kukenal, siapa dia ya? aku ke sana menyapanya ah..


"hai, Rin sedang jalan - jalan? dan hai pemuda di sana, siapa namamu? namaku Ryazely. Salam kenal." kata Ryazely sambil mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan.

Cih... bertambah seorang lagi orang asing, merepotkan.
Kira menoleh ke arah pemuda berambut biru yang barusan menghampirinya.
Dipandangnya pemuda itu dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Sepertinya orang ini tidak berbahaya...
Kira menjabat tangan pemuda bernama Ryazely itu, "Kira...Nokuto." katanya dingin.
Memang, kelakuannya yang satu ini tidak bisa diubah.

Terlalu banyak bicara membuatnya malas makan. Lalu, daripada mubazir, Ia menawarkannya pada Ryazely.
"...kamu mau?" tanyanya datar pada Ryazely.

Bisa dilihat, aku memasak sesuatu. Mungkin kamu mau mencobanya? Tapi itu kalau kamu tidak keberatan mengkonsumsi makanan vegetarian.

Hmm.. Tawaran makan? Apa yang biasa dilakukan manusia pada saat begini ya? Kelihatannya dia lapar sekali sampai memasak sebanyak itu..

Rin hanya duduk di sebelah Kira sambil terdiam memandangi api yang menyala. Otaknya berpikir keras tentang jawaban yang akan diberikannya pada Kira. Apa lebih baik dia jujur saja ya tentang kondisinya? Lagipula tampaknya Kira sedang begitu lapar hingga memasak sebanyak itu.

"Haha.. Terima kasih atas tawaranmu Kira. Tapi sepertinya aku tidak bisa menerimanya. Kau tahu kalau tubuhku ini tidak sama dengan orang lain? Aku tidak bisa menerima makanan manusia," ujar Rin jujur.

Memang kata Rin ada benarnya, tapi sebenarnya Rin juga tidak mau menerima sesuatu dari orang yang baru dikenalnya. Ia tidak mau terlalu baik pada seseorang karena traumanya di Xion dulu. Jadi, lebih baik ia menjaga jarak dengan orang baru.

hai, Rin sedang jalan - jalan? dan hai pemuda di sana, siapa namamu? namaku Ryazely. Salam kenal.

Ryazely? Sedang apa dia di sini?? Ini kan tempatku bersantai..

"Hai Ryazely.. Aku.. Aku sedang tidur di sini sampai dibangunkan oleh Kira," jawabnya singkat. Meski Rin mengenal Ryazeli, ia masih belum begitu dekat dengan anggota kerajaan yang satu ini. Rin memang baru pindah dari Xion ke End Earth. jadi, masih banyak anggota kerajaan yang belum ia kenal dekat.

Terlalu banyak bicara membuatnya malas makan. Lalu, daripada mubazir, Ia menawarkannya pada Ryazely.
"...kamu mau?" tanyanya datar pada Ryazely.

aduh.. bagaimana menolaknya ya? aku tidak suka dengan jamur. semoga dia tidak sakit hati. maafkan aku Kira Nokuto.

Ryazely yang melihat jamur yang disuguhkan oleh Kira, dia menatapnya dengan sedikit ragu karena ia tidak menyukai jamur dan takut menolaknya.

"maaf, Kira Nokuto.. aku tidak menyukai jamur. Boleh aku memanggilmu hanya Kira?" tanya Ryazely yang tidak ingin dibilang terlalu sok kenal

"Hai Ryazely.. Aku.. Aku sedang tidur di sini sampai dibangunkan oleh Kira," jawabnya singkat

"Oh kau dibangunkan Kira? bagaimana cara?" tanya Ryazely sedikit penasaran.

"....fine. No problem. Panggil saja Kira." katanya singkat sambil menyimpan masakannya, Ia sudah malas makan karena terlalu banyak bicara. Lalu Kira merebahkan diri di rumput. Memandang langit. Dengan cepat pikirannya melayang, lupa dengan sekelilingnya.

"Oh kau dibangunkan Kira? bagaimana cara?"

Kira terlepas dari lamunannya, Ia menoleh ke arah Ryazely kemudian menatap Rin,
"Mungkin karena bau masakanku." tebak Kira datar, tapi bisa saja benar. Kalau sudah melamun, Kira jadi semakin asal bicara, tidak peduli bagaimana perasaan orang lain.
Kira yang mulai bosan mengambil pistolnya dan memainkannya. Bisa saja orang terganggu dengan kebiasaannya itu, tapi Ia tidak peduli.

"Mungkin karena bau masakanku."

"Oh bau masakan. maaf ya Kira aku tidak bisa menerima masakanmu dan mengapa kau tidak memakannya?" tanya Ryazely ingin tahu.

Ryazely sedikit tertarik dengan orang yang bernama Kira ini.

Anak bernama Kira ini cukup menarik dan yang bisa kutebak dia adalah seorang Gunner karena memiliki pistol. gayanya memegang juga kupikir sudah ahli.

Rin tidak menjawab pertanyaan Ryazely dengan panjang lebar . Rin merasa tidak perlu menjawab pertanyaan Ryazely dengan jawaban yang sama. Itu hanya akan membuang-buang waktu.

"Yah begitulah," jawab Rin datar. Rin memang agak canggung menghadapi orang yang belum kenal dekat dengannya. Bukan bermaksud untuk berlaku sombong, tapi ia memang tidak terbiasa bersosialisasi. Meski begitu, ia sangat teguh terhadap janjinya sendiri. Ia berusaha menepati janjinya pada Ryo, maka ia berusaha untuk mencari topik pembicaraan.

"Kira, apa yang kau lakukan dengan pistolmu?" tanya Rin. Pertanyaan bodoh memang, tapi lebih baik daripada tidak ada topik pembicaraan. Meski sebenarnya, ia tidak tertarik pada pistol Kira.

"Oh bau masakan. maaf ya Kira aku tidak bisa menerima masakanmu dan mengapa kau tidak memakannya?"

Orang ini benar-benar cerewet, tapi sepertinya menarik.
"...Malas..."katanya cuek.
Moodnya memang mudah berubah.

"Kira, apa yang kau lakukan dengan pistolmu?"

"...Bisa dilihat kan?" jawab Kira jutek sambil terus memainkan pistolnya, bosan. Ahh... bertambahlah satu lagi orang yang mungkin tidak menyukainya.

Kira memang seorang gunner, tetapi dengan style menembak yang tidak biasa.
Mungkin itu adalah pengaruh dari clannya di kehidupan sebelumnya. Ia kembali menatap kosong langit biru, mengingatkannya tentang seseorang. Ia memejamkan matanya, menenangkan diri. Kenangan demi kenangan mulai terlintas di benaknya. Termasuk dendamnya terhadap vampire yang tidak mungkin dilupakannya berhubung Kira adalah pendendam sejati. Ia mengerutkan alisnya, tidak ingin mengingat kejadian itu.

"...Malas..."

Sepertinya orang ini tidak menyukaiku. apa lebih baik aku kembali ke kerajaan ya? aku juga belum terlalu akrab dengan Rin.

Ryazely berpikir sejenak untuk memikirkan apa lebih baik ia pergi atau tidak. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk pergi dari sana daripada mengganggu mereka.

"Kira.. Rin... permisi. Aku pergi dulu ya! Ada hal yang penting yang harus kukerjakan. Sampai ketemu." kata Ryazely yang kemudian segera pergi dari tempat itu.




(Ryazely out)

Reaksi yang pendek.. Mungkin aku memang tidak cocok bergaul dengan manusia?

Rin sudah berusaha semampunya untuk mendekatkan dirinya dengan kedua orang yang ada di hadapannya ini. Tapi, melihat reaksi Kira yang tidak begitu responsif, ia merasa bahwa Kira memang tidak suka pada eksistensi makhluk seperti dirinya.

"Maaf Kira kalau kau tidak suka dengan keberadaanku di sini," ujar Rin ketus. Rin memang sering salah paham dengan tingkah laku orang yang ada di sekitarnya. Kebiasaan anti sosial miliknyalah yang membuatnya seperti ini. Ia makin yakin dengan pemikirannya karena melihat dahi Kira yang berkerut dan berpaling memandang langit biru.

"...Ok, sampai jumpa," kata Kira pendek pada Ryazely.

Rasanya sulit sekali bagi Kira untuk merespon pertanyaan orang lain.
Memang karena sifatnya yang tidak banyak bicara dan pengalaman hidupnya yang membuatnya lebih memilih diam dan sendiri daripada dikhianati lagi.

"...Sorry." kata Kira pada Rin.
Sadar juga dia bahwa bila sikapnya itu tetap dipelihara, Ia tidak akan bisa bersosialisasi dengan orang lain. Kata maaf itu bermaksud '...aku tidak bermaksud seperti itu', tapi memang Kira itu aneh. Ia tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata. Ia hanya bisa berharap kalau Rin tidak tersinggung dengan kata-katanya ini. Dan semakin dilihat, sepertinya Ia dan Rin mempunyai beberapa kemiripan, Kira tidak terlalu yakin akan hal itu, tapi Ia dapat merasakannya. Tatapan mata yang sebenarnya kesepian.

Argh sial.. Suasana memburuk lagi.. Kenapa satu-satunya orang yang bisa mencairkan suasana itu malah pergi??

Rin tidak mau ambil pusing dengan kepergian Ryazely. Toh dia juga sudah biasa sendirian. Kalaupun Kira ikut pergi, ia tidak akan melarangnya. Tapi, ditinggal berdua dengan orang yang setipe dengannya, rasanya sulit juga. Bisa jadi, mereka akan diam terus sampai pagi.

Maaf? Apa manusia suka meminta maaf?Aku tidak tahu soal ini..

"Ya, tapi maaf untuk apa?" tanya Rin.

"...err...Nevermind."
kata Kira pendek. Sepertinya sulit sekali untuk mengungkapkan perasaannya pada orang lain, Kira kembali mengerutkan alisnya. Padahal hanya ingin mengatakan kalau Ia tidak keberatan dengan keberadaan Rin, tapi malah jadi seperti itu... Kepalanya penat.

Repot juga hanya berdua dengan Rin. Sepertinya mereka akan terus diam sampai besok.
Kira kembali menatap langit biru, wajahnya menjadi tenang kembali.

...err...Nevermind.

Kata-kata yang pendek. Sama seperti hal yang dilakukannya pada orang-orang baru. Canggung? Gugup? Bukan hal yang seperti itu.. Tipe-tipe orang seperti ini memang sulit menunjukkan perasaannya kepada orang lain.

Melihat Kira yang kembali menatap langit dengan wajah yang tenang, Rin pun jadi ikut melihat langit.. "Indah ya.." ujar Rin.

"Indah ya.."

Kira menoleh kearah Rin, terkejut. Tumben sekali Ia bicara seperti itu. Kira yang merasa Rin mirip
dengannya jarang sekali bisa mengekspresikan perasaannya seperti itu.

"....Satu-satunya hal yang bisa membuatku tenang, melepaskan semua beban, bahkan dendam sekalipun..."
kata Kira pada Rin. Entah kenapa langit membuatnya begitu jujur, begitu terbuka. Seakan seluruh dendamnya
lenyap entah kemana. Ahh... Ingin Kira naik ke langit, agar dapat merasakan damai, merasakan kebebasan
yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Mendengar respon dari Kira, Rin agak terkejut. Sebenarnya, ia hanya terbawa suasana langit yang dilihatnya tadi. Rin memang suka mengatakan pikirannya sendiri.

Dendam? Apa maksudnya ya? Apa yang sebenarnya terjadi padanya?

"Dendam? Apa maksudmu Kira?" tanya Rin penasaran. Memang aneh dia bisa merasakan penasaran seperti ini. Mungkin ini dikarenakan Kira yang sangat mirip dengannya.

"Dendam? Apa maksudmu Kira?"

Kira bingung harus menjawab apa. Memang selama ini Ia bertahan hidup karena dendamnya pada seseorang.
Ia terdiam sebentar, memikirkan kata-kata yang pantas untuk diucapkan pada Rin.

"...Hal yang membuatku tetap bertahan hidup, juga yang membuatku kesini." jawabnya pendek, bingung harus menjawab apa.
Memang Kira menemui ajalnya padakehidupan sebelumnya karena dendam yang sudah menguasai dirinya.
Motivasi hidupnya hanya dendam semata. Namun berbeda sejak Ia menginjakkan kaki di end earth.

...Hal yang membuatku tetap bertahan hidup, juga yang membuatku kesini.

Mendengar jawaban Kira, Rin menjadi kembali berpikir apa apa alasan yang membuatnya mau ke End Earth. Dirinya memang selalu terkungkung oleh masa lalu. Semua yang telah ia lalui selama ini selalu menjadi patokan baru dalam hidupnya. Ia merasa bahwa Kira memiliki alasan yang sama dengannya, terbelenggu masa lalu yang tak bisa ia lupakan.

"Dendam? Kata-kata yang sudah lama tidak kudengar.." ujar Rin sambil kembali memikirkan masa lalunya.

"Dendam? Kata-kata yang sudah lama tidak kudengar.."

Kira semakin yakin bahwa orang ini setipe dengannya, yang benar-benar tidak dapat melepaskan,
menyingkirkan, apalagi melupakan masa lalunya. Kira sadar, akhirnya ia menemukan orang yang
setipe dengannya. Biasanya orang lain akan protes bila Ia menyebut kata 'dendam', tetapi lain dengan
Rin. Sepertinya Ia benar-benar mengerti apa arti dendam. Memang hanya orang yang senasib yang dapat
mengerti.

"...Aku tidak akan tenang sampai dendamku terbalas."