Shoppers' paradise [finished]

"Eh..? Apakah disini tak ada jasa pos merpati?" "Jadi ,mereka semua menggunakan handphone ini ya.. mungkin kapan-kapan saya akan membelinya satu jika sanggup"

"Ah, aku tahu apa itu pos merpati. Makanya aku tanya apa kau punya burung merpati. Tidak semua orang di sini menggunakan handphone. Karena aku berasal dari Xion Planet, makanya aku punya satu. Sebenarnya aku membawa handphoneku supaya bisa menghubungi teman-temanku di Xion. Ahahahaha.."
Kata Freya sambil tertawa sedikit lepas.

"Ah.. silakan, freya. dengan senang hati. terima kasih telah membawaku ke tempat ini, sangat menyenangkan sekali. Sudah sepantasnya saya membalas anda. Saya akan menemani anda"

"Waw! Keren! Kamu sopan sekali. Aku jadi gemas melihatmu. Kamu terlihat cocok jadi orang kerajaan. Hahaha..."
Ujar Freya takjub dengan tutur kata Jelly. Karena Ia tidak bisa berbicara sesopan dan sehalus Jelly, bahkan cenderung sedikit urakan.

"terima kasih sudah mau menemaniku."
Ujarnya kemudian. Lalu mereka berdua berjalan ke toko senjata. Freya membuka pintu toko itu dan pelayan toko itu menyambutnya.
"Ah, nona Freya, selamat datang. Apa gerangan anda datang ke sini? sungguh sebuah kehormatan bagi saya."
Ujar pelayan toko itu memberi salam pada Freya.
"Ah, belati pesanan saya bagaimana? apa sudah jadi?"
Tanya Freya pada si pelayan toko itu.
"Sudah, apa anda ingin mengambilnya?"
Tanya pelayan toko itu kemudian.

"Hari ini saya akan mengambil belati tersebut. Tapi sekarang saya ingin memperbaiki pedang saya yang telah Rest in Peace ini."
Ujar Freya sambil menunjukkan pedangnya pada sang pelayan toko.
"Hmm, cukup parah kerusakannya. Saya belum tentu sanggup memperbaikinya Nona."

"Tolonglah Pak, ini teman seperjuangan saya selama 16 tahun saya hidup di dunia. Kumohon dengan sangat Pak."
Ujar Freya sambil memelas dan meminta pada pelayan toko itu.
"Baiklah, akan kucoba. Tapi, ada beberapa bagian yang harus diganti."
Ujar pelayan toko itu.

"Ah, terima kasih Pak. Saya sangat menghargai kebaikan anda."
Ujar Freya berterima kasih. Kemudian Freya menghampiri Jelly.

"Jelly, apa kamu ingin membeli senjata? Kelihatannya kamu tidak memiliki senjata apapun. Pekerjaanmu apa?"
Ujar Freya pada Jelly.

"Senjata..!? maaf saya tidak bertarung. Dulu saya hanya.. mambantu ibu dan ayah...sedikit bercocok tanam, memperbaiki perkakas dan membantu tetangga.. hanya hal-hal biasa saja kok"
jawab Jelly agak canggung dengan pertanyaan seperti itu.

Memang dari dulu tak ada yang menyuruhnya bekerja,
selama ini ia bekerja atas kemauannya sendiri di bidang yang tak menentu
namun pengalamannya jadi sedikit lebih banyak dari orang lain walaupun tak ada satupun bidang yang ia kuasai dengan pasti.

"yang jelas seingat saya, pekerjaan saya tak ada satupun yang membutuhkan senjata.."
jawabnya menyimpulkan apa yang dikerjakannya di masa lalu

"Senjata..!? maaf saya tidak bertarung. Dulu saya hanya.. mambantu ibu dan ayah...sedikit bercocok tanam, memperbaiki perkakas dan membantu tetangga.. hanya hal-hal biasa saja kok" "yang jelas seingat saya, pekerjaan saya tak ada satupun yang membutuhkan senjata.."

"Wah, aku terharu~"
Ujar Freya sedikit lebay mengeluarkan air mata (buaya)nya.

"Tidak apa-apa Jelly, setidaknya kamu memerlukan sebuah senjata untuk pertahanan diri jika kamu dalam bahaya."
Ujar Freya memberi saran pada Jelly.
"Kalau mau, aku akan membantu memilihkannya. Di sini ada beberapa macam palu, pedang, panah, dan lainnya. Kamu bisa menggunakan palu sepertinya. Jadi, kalau ada maling tinggal memukulnya dengan palumu itu."
Lanjut Freya seraya menawarkan beberapa senjata pada Jelly.

"palu untuk memukul orang..? Sepertinya itu berbahaya, Freya.."
katanya berpikir dua kali sebelum menjadikan perkakas sebuah senjata.
ia membayangkan betapa sakitnya seseorang dipukul dengan palu yang biasa hanya digunakan untuk memaku paku paku

"Apakah senjata diperlukan disini, Freya?"
tanyanya sebisa mungkin Jelly tak ingin membawa senjata.
Berbahaya dan ia agak ceroboh.
bisa saja ia terluka sendiri atau malah senjatanya hilang karena kepikunannya

"palu untuk memukul orang..? Sepertinya itu berbahaya, Freya.."

"Pfft..aha..ahahahaahahaha......"
Freya pun tertawa lepas karena tidak tahan dengan kata-katanya Jelly.
"Jelly, palu itu hanya untuk menjaga dan melidungi dirimu saja. Kalau memang tidak dibutuhkan ya tidak perlu digunakan. Tapi kalau memang terdesak tiada pilihan lain kan? daripada kamu yang celaka."
Ujar Freya menjelaskan sambil sedikit tertawa kecil.

"Apakah senjata diperlukan disini, Freya?"

"Kalau aku memang seorang swordmaster dari Kerajaan, jadi itu mengharuskan aku untuk membawa pedangku kemana-mana. Untuk melindungi dan mempertahankan diriku sendiri. Seperti itu kira-kira. Tapi untuk para penyihir, itu tergantung. Apabila mereka ingin untuk membawa staff mereka, maka mereka akan membawanya. Tapi sebenarnya tanpa staff, mereka juga sudah bisa melindungi dirinya dengan elemen-elemen yang dipelajarinya."
Ujar Freya menjawab pertanyaan Jelly dan kemudian sedikit menjelaskannya.

"Kalau Jelly sendiri, suka dengan senjata macam apa?"
Tanya Freya kemudian.

"hm..."
Jelly mengernyitkan alisnya dan menopangkan dagunya di tangan,
mencoba berpikir tentang manfaat dan jenis senjata.

"Mungkin memang bisa berguna bukan hanya untuk berkelahi sih.."
katanya mulai menemukan pencerahan bahwa memiliki senjata bisa saja digunakan untuk keperluan lain,
tidak melulu berkelahi atau todong2an senjata satu sama lain
"Mungkin pisau kecil... atau palu ya..?"
Ia kembali dilemma oleh sebuah pilihan

"Menurut Freya mana yang lebih praktis dan cocok untukku?"
tanyanya mencoba bertanya agar mendapat masukan untuk dipertimbangkan

"Mungkin pisau kecil... atau palu ya..?""Menurut Freya mana yang lebih praktis dan cocok untukku?"

"Hmm..sepertinya palu lebih cocok kalau menurutku. Entah kenapa perasaanku mengatakan hal itu."
Ujar Freya menjawab pertanyaan Jelly.

"Nona Freya, bisa tolong ke sini sebentar?"
Freya tersentak dengan kata-kata dari seseorang yang tak lain ialah sang pelayan toko.
"Hm, memang ada apa?"
Tanyanya merespon pelayan toko itu.

"Saya ingin memastikan bahwa belati yang anda pesan sudah sesuai dengan selera anda."

"Baik, sebentar ya Jelly. Kamu pilih -pilih senjata dulu saja. Kalau sudah perlihatkan padaku."
Ujar Freya sambil meninggalkan Jelly untuk memilih-milih senjata dan pergi menemui si pelayan toko.

Sementara Freya dipanggil pelayan toko,
Jelly berpikir keras tentang manfaat dan kegunaan senjata,
kemudian juga pilihan jenis senjata yang memungkinkan untuknya.

'hm.. palu.. bisa untuk membuat perkakas sih... tapi saya tak bisa membuat sumpit dan peralatan kayu lainnya..
kalau pisau kecil.. saya takut tertusuk... ;_;
lagipula bagaimana dari tingkat harganya..
aduh bagaimana ini..'

sungguh sebuah keputusan yang sulit diambil bagi Jelly
ia terus menyusuri toko melihat-lihat segala macam jenis benda yang ada
ada yang menyeramkan dan lebih dihindari, namun ada juga yang bentuknya unik dan belum pernah dilihatnya
memang setelah melihat-lihat, hanya ada dua benda di benaknya
palu atau pisau kecil

"Hmm, kurasa ini sudah oke. Bisa kucoba?"
Tanya Freya kepada sang pelayan toko.
"silahkan~"

Freya kemudian berjalan beberapa langkah ke belakang, dan Ia melihat Jelly sedang melihat-lihat senjata. Freya hanya tersenyum kecil. Kemudian pandangannya tertuju pada sebuah karung yang berada di sebuah rak dan tepat berada di belakang pelayan toko.
sasaran yang tepat..heh..
Pikirnya dalam hati.

Kemudian Freya melihat-lihat belatinya itu. Kemudian Ia memicingkan matanya dan akhirnya Ia melepaskan belati itu, membiarkannya melesat dan berakhir tertusuk di karung itu. Freya serasa bermain darts saat itu.

"PRAK PRAK PRAK!"
Isi-isi dari karung itupun berjatuhan. Terdapat banyak sekali timah panas berjatuhan ke lantai. Seketika dilihatnya pelayan toko yang sedang shock melihat timah-timah panas itu berjatuhan.

"Belatinya oke. Hmm, pak, mari saya bantu bereskan peluru-peluru itu."
Ujar Freya sambil berjalan menuju karung tempat belatinya tertancap, serta mengambil belatinya.

Beberapa saat kemudian, ketika peluru-peluru itu sudah beres, Freya melihat ke arah Jelly. Kemudian Ia menghampiri Jelly.
"Jelly, bagaimana?"
Tanyanya.
"Soal harga tidak usah khawatir, karena di sini kamu bisa mendapatkan beberapa benda dengan kualitas bagus dan tentu saja dengan harga yang murah."
Lanjutnya pada Jelly.

"PRAK PRAK PRAK!"

Suara itu membuat Jelly menoleh ke arah sumber suara.
Dilihatnya kejadian yang membuatnya terpukau
Ia pun memandang Freya dengan takjubnya

"Jelly, bagaimana?"

Freya kembali menghampiri Jelly yang baru saja lupa dari kebingungannya
"Selamat datang kembali Freya"

"Soal harga tidak usah khawatir, karena di sini kamu bisa mendapatkan beberapa benda dengan kualitas bagus dan tentu saja dengan harga yang murah."

"Ah! Bagaimana Freya bisa menebak pikiran saya.. Freya memang hebat. Lalu.. saya sedang berpikir apa palu saja ya..?tapi kmudian kalo tidak ada paku bagaimana ya... "
ia pun bergumam panjang sendiri karena bingungnya

"Selamat datang kembali Freya"

"Aku kembali Jelly."
Ujarnya yang masih terbawa suasana. Kemudian Ia menyadari sesuatu yang janggal.
"Akh! gelagatmu seperti seorang istri sedang menyambut suaminya saja."
Ujar Freya kemudian pada Jelly setelah "loading" beberapa saat.

"Ah! Bagaimana Freya bisa menebak pikiran saya.. Freya memang hebat. Lalu.. saya sedang berpikir apa palu saja ya..?tapi kmudian kalo tidak ada paku bagaimana ya... "

"Ah, tidak menebak, karena pertama kali aku belanja di sini aku juga khawatir dengan harganya. Hahahaha...Uhm, soal paku. Daripada kamu membeli paku, lebih baik kamu membeli palu yang mempunyai kekuatan magis. Jadi hanya dengan "spell" palu itu bisa bekerja."
Ujar Freya menanggapi pertanyaan Jelly dan menjelaskannya.

"Bagaimana? sudah memilih yang mana senjatamu?"
Tanyanya beberapa saat kemudian.

"Keren sekali..."
Jelly terkagum mendengar penjelasan Freya tentang palu ajaib yang berada dihadapannya
"Jika demikian apa tak sekalian ada saja benda yang berubah bentuk sesuai yang kita inginkan?"

Bukannya memilih, Jelly hanya makin penasaran saja

"Keren sekali..." "Jika demikian apa tak sekalian ada saja benda yang berubah bentuk sesuai yang kita inginkan?"

Freya sedikit tersenyum karena ulah Jelly yang bagitu menggemaskannya.
"Hmm, itu bisa juga. Misalnya seperti belatiku ini."
Ujar Freya sambil memperlihatkan belati yang Ia pesan pada Jelly.

"Ini kupesan tiga minggu yang lalu. Aku memilih modelnya bahkan mendesainnya. Untuk materi-materi yang akan digunakan, itu juga dapat kita pilih. Misalnya pada ujung belati ini ada sebuah permata ruby berwarna merah sama seperti mataku ini kan?hehe"
Ujar Freya kepada Jelly.

"Jadi Jelly, bagaimana?kamu mau membeli yang sudah ada di sini atau ingin mendesainnya sendiri?"
Tanyanya kemudian.

"Waah..benarkah!? sungguh mengagumkan!"
Jelly benar-benar terkagum oleh kemajuan teknologi(?) di End Earth
ia sudah lupa soal uangnya,
kini ia ingin membeli yang praktis saja

"Kalau tidak keberatan, bagaiman jika Freya yang mendesainnya?"
tanyanya agak malu karen ameminta hal yang aneh dan merepotkan pada Freya
Jelly benar-benar senang hari itu dapat berbelanja banyak hal yang ia inginkan
sehingga ia tak bisa berhenti tersenyum kecil

"Waah..benarkah!? sungguh mengagumkan!"

Mata Freya terbelalak dengan tingkah Jelly itu. Perutnya sakit dan tubuhnya gemetaran, tersirat sebuah senyum tersungging di bibirnya. Kian lama dua pasang lesung pipinya mulai tampak dan akhirnya lepaslah Ia.
"HUAHAHAHAHAHAHAHAHA~!!!"
Freyapun tertawa dengan sangat lepas karena tingkah aneh dan lucunya Jelly.
"Haha..ha..a...kamu..hahaha....lucuuu~~!!!"
Ujar Freya yang kemudian mencubit kedua pipi Jelly dan mengguncang-guncangkannya.

"Kalau tidak keberatan, bagaiman jika Freya yang mendesainnya?"

"hmm, boleh. Tapi semua idenya dari kamu ya. Aku hanya menggambarkannya saja. Kalau begitu ayo! Kita lakukan dengan instan."
Ajak Freya menarik tangan Jelly dan kemudian menemui pelayan toko serta meminta sebuah kertas berikut pensilnya.

Spoiler:

Jelly hanya bisa ikut terguncang-guncang dengan pipinya yang ditarik oleh Freya
("hwa..wa..wa..")

Setelah pelayan mengambilkan kertas dan pensil,
Jelly pun mulai berpikir bagaimana palu serbagunanya akan terbentuk
Ia mulai menggores-gores diatas kertas
walaupun gambarnya biasa saja, setidaknya masih berbentuk sesuatu
dan setelah beberapa saat...
..jadilah palu standar yang biasa dijual di toko-toko bangunan..

"Bagaimana ini Freya... saya memang tak bakat mendesain.."
katanya agak terpuruk putus asa

Spoiler:

Freya yang melihat kertas tergores oleh pensil yang sedang dipegang oleh Jelly tetap memperhatikan apa yang Jelly lakukan. Ia terpana denan gambar Jelly.

"Bagaimana ini Freya... saya memang tak bakat mendesain.."

Matanya berbinar-binar melihat gambar Jelly. Terlukis senyum di wajahnya yang berkulit putih itu. Pipinya kemudian bersemu merah bagaikan buah apel yang telah ranum.
"Ini...ini....sangat indah!!!!!"
Puji gadis itu.
"Jelly, ini benar-benar karya yang artistik."
Lanjut gadis itu masih memuji-muji karya Jelly.

"Apanya yang tak bakat mendesain???"
Ujar Freya melirik ke arah Jelly dengan wajah bahagianya.
"Ini sungguh indah! sebentar ya.."

Freya kemudian berjalan menuju pelayan toko itu.
"Pak, tolong buatkan senjata seperti ini. Kira-kira berapa lama akan selesai?"
Tanya Freya.
"Baik nona, hmm...kira-kira tiga minggu. Bagaimana?"

"Hmm, Jelly, palumu ini kira-kira baru selesai tiga minggu lagi. Tak apakah?"
Tanya Freya pada Jelly.

"Eh.. Freya terlalu memuji.. palu ini tak sebagus senjatamu.."
kata Jelly dengan malu karena tak terbiasa dipuji
dilihatnya Freya membawa gambarnya pada penjual

"tiga minggu tak mengapa saya akan menunggu"
Jelly tak sabar melihat palunya selesai
namun sebenarnya ia tak memikirkan akan digunakan untuk apa palu ini nantinya

"Freya.. apa yang ingin kau lakukan lagi sekarang?"
katanya sambil memandang pemandangan matahari dan orang yang berlalu lalang didepan toko melalui sebuah jendela yang ada di sebelah pintu

"Eh.. Freya terlalu memuji.. palu ini tak sebagus senjatamu.."

"Ah...biasa saja Jelly, aku memang suka memuji orang. Hm, senjata?maksudmu belati ini? Ahaha, ini bisa dibilang senjata, bisa juga tidak. Aku memang selalu menaruh belati di sakuku, lihat!!"
Jawab gadis itu sambil memperlihatkan saku dibalik jubahnya pada Jelly.
"Aku menaruhnya untuk berjaga-jaga apabila terjadi sesuatu pada pedangku. Sekarang lihat, pedangku hancur. Jadi satu-satunya senjata normal yang bisa kupakai ya hanya belati. Tapi senjataku tetap pedang kok."

"tiga minggu tak mengapa saya akan menunggu"

"Baiklah, nanti kita kemari lagi setelah tiga minggu. Bagaimana?"

"Freya.. apa yang ingin kau lakukan lagi sekarang?"

"Hmm, belanja baju??baju-bajuku sangat minim setelah di End Earth. Ngg, sebenarnya aku hanya malas bolak-balik Xion hanya untuk mengambil pakaian, itu kan tidak lucu. Jadi, lebih baik aku beli di sini. Hahaha.."

'Freya memang hebat..'
itulah pendapat jelly yang tak berubah sejak awal pertemuan mereka
perempuan yang cantik dan anggun ini juga pandai mempertahankan dirinya dengan baik

"Baiklah, nanti kita kemari lagi setelah tiga minggu. Bagaimana?"

Baiklah, 3 minggu lagi saya akan berada di depan sini

Timeline : 3 minggu setelah hari itu...

Siang hari, di bazaar sungguh ramai. Tapi Freya tetap menunggu Jelly di tempat di mana mereka berdua membuat janji, yaitu di sebuah tempat yang hampir menyerupai sebuah kafe. Hari itu benar-benar panas, jadi Freya hanya mengenakan kaos berlengan pendeknya yang berwarna putih bergaris hitam, dengan bagian luarnya sebuah jaket putih tak berlengan tetapi bertudung. Benar-benar hari itu pertama kalinya Freya keluar dengan menggunakan celana pendeknya yang hampir tidak pernah dipakainya selama Ia di End Earth. Untuk sepatunya, Ia memakai sneakers dengan kaos kaki pendeknya. Selain membuat janji dengan Jelly, sebenarnya ia ingin mengambil pedangnya yang sedang diperbaiki di toko. Selama menunggu, Freya memesan segelas es krim strawberry favoritnya dengan beberapa kue waffel. Memang dasar Freya, makannya banyak.

Jelly memperhatikan tempat seharusnya ia menunggu hari itu
Jelly agak segan masuk ke dalam kafe sendirian
namun di salah satu meja nampak Freya
dengan langkah pasti pun ia masuk ke dalam kafe dan menyapa freya

Agak menyenangkan juga melihat Freya makan dengan hebatnya seluruh waffel yang ia pesan
Ia menyadari penampilan Freya berbeda jauh dari yang sebelumnya
Jelly berpikir bahwa dunia ini memang benar-banar unik dengan segala macam penduduknya

Terkejut dengan sapaan Jelly di tengah-tengah makan, Freya nyaris saja keselek. Matanya terbelalak dengan kehadiran Jelly.
"Jelly!!Sejak kapan kamu di situ???"
Ujar gadis itu masih terkejut.

"Kamu mau memesan sesuatu? biar aku yang traktir.."
tanya Freya kepada Jelly.
"Hari ini sungguh-sungguh panas!!!Aku jadi tidak bisa memakai jubahku. Jika aku pakai, pasti akan membunuhku dengan panas..argghh!!"
Oceh Freya.
Sejujurnya Freya sedikit kesal karena pakaiannya sendiri. Ia tidak biasa memakai pakaian seminim itu, biasanya pakaian yang dipakai membuatnya seperti orang eskimo.

"Ayo kita menghabiskan waktu sebentar di sini sebelum mengambil senjata kita masing-masing.."
Ujar Freya sambil menyantap kembali es krim strawberrynya yang sudah mencapai gelas kelima.

Jelly tertawa geli melihat Freya begitu terkejut melihatnya
"Tak apa Freya aku baru saja datang dengan perut terisi"
Freya mengoceh dan Jelly mendengarkan dengan penuh minat
walaupun itu hanya ocehan, tapi Jelly tertarik saja dengan subjeknya
mungkin tanpa disadari freya adalah seorang komunikator yang baik

"Hawa panas hari ini benar-benar membuat orang malas beraktiiftas
Tak apa saya juga nyaman disini sebentar lagi"
Mereka pun menyelesaikan makanannya dan membayar segalanya,
lalu kembali melanjutkan perjalanan mengambil senjata mereka masing-masing

"Bagaimana keadaan pedangmua sekarang, Freya sudah sembuh?"
tanyanya penasaran bagaimana pedang yang hancur berkeping-keping itu akan dapat diperbaiki

"Tak apa Freya aku baru saja datang dengan perut terisi"

"Awh...baiklah..tunggu sebentar"
Ujar Freya yang kemudian menenggak abis seluruh es krim yang dipesannya.
Setelah selesai membayar, kini Freya dan Jelly pergi untuk mengambil senjata mereka masing-masing.

"Bagaimana keadaan pedangmu sekarang, Freya sudah sembuh?"

"Hmm..entahlah..kalau sampai tidak sembuh, aku tak tahu. Pedang itu sudah menemaniku selama 16 tahun hidupku. Pedang yang benar-benar dari aku lahir sudah diwariskan oleh kedua orangtuaku. Pedang yang menolong banyak orang, dan juga membunuh banyak orang, termasuk orangtuaku sendiri."
Kata gadis itu sambil tersenyum pahit karena mengingat masa lalunya lagi.

"kamu tahu Jelly, pertama kali aku ke sini diajak oleh Ryo, raja dari End Earth ini. Awalnya aku tidak sadar kalau di sini adalah tempat di mana semua orang yang sudah meninggal melanjutkan hidupnya."
Ujar Freya yang mulai bercerita.
"Setelah aku tahu hal itu, kukira aku sudah mati, namun ternyata tidak. Aku belum mati. Hal itu cukup menenangkan pikiranku saat itu. Juga, setelah aku tahu akan hal itu, kukira aku akan menemukan kakakku yang meninggal lebih dulu daripadaku. Namun ternyata tidak, hal itu membuat harapanku pupus sesaat."
Lanjutnya...

"Mungkin hal itulah yang membuatku sedikit bosan berada di sini. Rasanya aku ingin kembali ke Xion untuk beberapa saat. Menikmati hidupku di sana."

Tanpa sadar, mereka berdua sudah tiba di depan pintu toko senjata tersebut.
"ah, maaf, aku jadi kelepasan bicara. hahaha..."
Ujar freya.

Kemudian gadis itu masuk bersama Jelly ke dalam toko itu.
"Ah, selamat datang Nona Freya."
Ujar kepala toko itu sambil membungkukan badan seperti biasa.
"Pedang anda masih bisa direparasi. Hasilnya, silahkan anda coba sendiri."

"Nona yang di sana, pesanan senjata anda juga sudah jadi. Kemari dan lihatlah!"
Ujar pak kepala toko lagi kepada Jelly.

"Ah, terima kasih pak."
Ujar Freya sambil mengambil pedangnya yang sudah dibetulkan itu. Kemudian ia mulai menggerak-gerakkan pedangnya itu, dan beberapa saat mulai mengecek kondisi pedangnya yang kini sudah benar-benar kembali.